Separation Anxiety, Tips Atasi ‘Drama’ saat Berpisah dengan Anak
Author: Fitri Permata
Editor: dr. Lucyana Alim Santoso, Sp.A
Topik: Separation Anxiety, Lifestyle, Parenting, Featured Articles
Cemas perpisahan atau separation anxiety adalah suatu kecemasan yang timbul apabila MomDad berpisah dengan si Kecil. Separation anxiety merupakan suatu kondisi yang normal terjadi dan dapat mulai timbul pada usia 6 bulan sampai sekitar 3 tahun. Biasanya, hal ini terjadi ketika orang tua yang berpisah dengan anaknya karena harus bekerja. Lantas, gimana, sih cara mengatasi separation anxiety pada bayi dan batita agar tidak menimbulkan ‘drama’ ?
Penyebab Separation Anxiety
Separation anxiety dialami oleh semua anak dengan derajat yang berbeda-beda. Hal ini menandakan adanya ikatan (bonding) yang terjalin antara anak dengan ibu atau pelaku rawat utama, baik itu pengasuh, kakek atau nenek, atau anggota keluarga lain yang dekat dengan anak. Pemahaman anak yang semakin berkembang akan anggota keluarga dan lingkungan yang akrab dengannya akan membuatnya merasa “tidak aman” ketika berada di luar lingkungan tersebut. Separation anxiety dapat muncul dengan derajat yang lebih berat jika anak sedang lapar, sakit, atau mengantuk. Separation anxiety juga dapat timbul pada kondisi yang sering dijumpai misalnya ketika ayah atau ibu harus pergi bekerja, anak dititipkan di daycare atau ke rumah kakek atau neneknya, atau anak mulai masuk sekolah.
Tanda Anak Mengalami Separation Anxiety
Separation anxiety dapat memiliki berbagai spektrum gejala, mulai dari anak yang tidak mau terpisah dari ayah atau ibu dan berusaha dengan berbagai cara untuk menunda kepergian ayah atau ibu (menangis, merengek, tidak mau lepas dari ayah atau ibu, dan lain-lain), sampai anak yang menangis histeris saat ibu hilang dari pandangannya, walaupun hanya ke kamar mandi atau ke ruangan lain.
Mengatasi Anak yang Mengalami Separation Anxiety
Apabila si Kecil mengalami separation anxiety, MomDad dapat mencoba tips berikut:
- Ciptakan ritual perpisahan singkat, misalnya dengan memberikan kecupan singkat ketika MomDad pergi bekerja, melambaikan tangan, atau dengan memberikan boneka atau mainan khusus saat MomDad pergi. Kuncinya adalah menjaga ritual tetap singkat namun tetap memenuhi waktu tersebut dengan kasih sayang. Jika MomDad tergoyahkan karena tangisan anak, atau memperlama ritual maka transisi akan semakin sulit.
- Jadilah konsisten. Lakukan ritual perpisahan di jam dan waktu yang kurang lebih sama setiap harinya. Ritual yang konsisten dapat mengurangi kecemasan anak dan menolong anak untuk membangun kembali kepercayaannya bahwa MomDad akan selalu kembali, dan selama menunggu MomDad, ia dapat melaluinya dengan “baik-baik saja”.
- Atensi. Ketika MomDad pamit, berikan atensi dan kasih sayang penuh kepada anak untuk menunjukkan kepadanya bahwa MomDad tetap menyayanginya meskipun MomDad harus pergi.
- Penuhi janji. MomDad dapat membangun rasa percaya anak dengan senantiasa menepati janji, misalnya “Ibu akan kembali jemput kamu saat makan siang” kemudian lakukan seperti apa yang telah dijanjikan.
- Jadilah spesifik. Hal ini tentunya disesuaikan dengan pemahaman anak tentang waktu, misalnya jika MomDad akan kembali saat anak makan malam atau tidur siang, jelaskan padanya bahwa MomDad akan di rumah di waktu tersebut.
- Lakukan latihan bertahap, misalnya dengan membawa anak ke rumah kakek atau neneknya, atau menitipkan anak kepada pengasuh 1-2 jam setiap akhir pekan, atau berlatih ritual perpisahan bahkan sebelum anak masuk sekolah, dan obrolkan apa yang akan ia lakukan selama MomDad dan anak berpisah.
Penting bagi orang tua untuk memberikan dukungan emosional, keamanan, dan pemahaman kepada anak saat mereka mengalami separation anxiety, serta untuk memberikan dukungan yang diperlukan dalam membantu anak mengatasi kecemasan ini secara bertahap dan positif.
Referensi: