Mitra resmi kami:
Bayi Sering Gumoh, Apakah Aman?
Author: Marisha A
Editor: dr. Dini Astuti Mirasanti Sp.A
Topik: ASI , Gumoh
Gumoh merupakan keluhan yang umum dijumpai oleh para orang tua yang memiliki bayi berumur kurang dari setahun. Kebanyakan bayi tentu sudah pernah mengalami gumoh, yakni keluarnya susu atau cairan dari mulut. Namun, bagaimana MomDad bisa tahu bahwa gumoh yang dialami bayi masih bisa dikatakan normal atau justru harus dievaluasi lebih lanjut? Simak penjelasannya, yuk!
Apa itu gumoh?
Sebelum membahas lebih lanjut tentang gumoh, MomDad perlu tahu apa itu refluks gastroesofageal atau gastroesophageal reflux (GER). GER adalah kembalinya isi lambung ke kerongkongan. Apabila kembalinya isi lambung ke kerongkongan ini terus naik ke atas sehingga keluar dari mulut atau hidung, maka disebut sebagai regurgitasi atau yang umum dikenal sebagai gumoh.
Sebenarnya GER adalah kondisi normal yang dapat terjadi pada semua bayi. GER biasanya mulai terjadi pada usia 2-3 minggu kehidupan, memuncak di usia 4-5 bulan, kemudian berangsur menghilang di usia 9-12 bulan pada bayi yang lahir cukup bulan. Bayi yang mengalami gumoh 'normal' sering disebut sebagai 'happy spitters'.
Bayi biasanya tidak menunjukkan gejala tidak nyaman, rewel, ataupun nyeri saat terjadinya gumoh. Gumoh akan berkurang seiring dengan perkembangan maturasi saluran cerna, pengenalan makanan padat (MPASI) pada bayi, dan perkembangan kemampuan perkembangan bayi, misalnya ketika dia sudah bisa duduk tegak dan melakukan kontrol kepala dengan yang baik.
Mengapa GER bisa terjadi?
Kita semua mempunyai katup yang menghubungkan esofagus (kerongkongan) dan lambung (lower esophageal sphincter). Katup ini akan membuka saat makanan masuk dari kerongkongan ke dalam lambung, kemudian mengunci kembali agar makanan yang sudah berada di dalam lambung tidak kembali masuk ke esofagus. Pada bayi, katup ini mungkin belum berkembang sempurna, sehingga membuka kembali pada saat yang “salah” dan mengakibatkan terjadinya GER.
Pada anak yang lebih besar, makanan yang asam, berminyak, bersoda, atau berkafein dapat meningkatkan risiko terbukanya katup ini dan menimbulkan gejala GER. GER juga lebih sering dijumpai pada anak yang overweight atau obese.
Apa yang bisa orang tua lakukan saat bayi gumoh?
Jika bayi gumoh, MomDad tidak perlu cemas karena beberapa cara berikut bisa dilakukan, antara lain:
- Menyendawakan bayi secara berkala saat menyusu.
- Memosisikan bayi tegak sampai 30 menit setelah sesi menyusui (dengan supervisi orang tua atau pengasuh).
- Pada bayi yang minum susu formula, dapat dilakukan pengentalan susu untuk mengurangi GER (konsultasikan dengan dokter spesialis anak)
- Hindari overfeeding. Berikan small frequent feedings atau sedikit namun lebih sering. Konsultasikan hal ini dengan dokter spesialis anak untuk menjamin kecukupan nutrisi bayi.
Kapan GER disebut tidak normal?
GER disebut tidak normal ketika menimbulkan komplikasi akibat refluks asam yang disebut juga dengan penyakit refluks gastroesofagus atau gastroesophageal reflux disease (GERD). Gejala yang dapat timbul di antaranya:
- Bayi menolak menyusu
- Bayi menangis selama menyusu dan melengkungkan punggungnya (tampak kesakitan)
- Terdapat darah atau warna kehijauan saat gumoh
- Frekuensi dan intensitas gumoh meningkat (dapat disertai dorongan seperti muntah)
- Perut tampak cembung dan tegang
- Disertai gejala saluran napas seperti mengi atau batuk
- Kenaikan berat badan tidak adekuat
Apabila dijumpai tanda-tanda di atas, MomDad harus segera membawa anak berobat ke dokter. Pada kondisi khusus, seperti pada kondisi gangguan perkembangan, seperti palsi serebral, GER masih dapat berlangsung sampai anak berusia di atas 1 tahun. Jika GER berlangsung terus menerus, dapat menimbulkan gangguan saluran napas karena potensi masuknya isi lambung ke saluran napas, kemerahan dan iritasi di kerongkongan (esofagitis), perdarahan esofagus, hingga jaringan parut yang mengakibatkan gangguan menelan, pneumonia, serangan asma berulang, serta gangguan nutrisi.
MomDad ingin tahu lebih banyak seputar tumbuh kembang si Kecil? Yuk, follow Instagram @official.primaku dan unggah aplikasi PrimaKu untuk mengetahui konten informatif lainnya.
Sumber foto: Unsplash
Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.
Rekomendasi Artikel
Lihat semua
Aplikasi tumbuh kembang anak Indonesia. Didukung penuh oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
© 2023 All rights reserved PRIMAKU, Indonesia
Cari kami di: