
Beragam Penyebab Amenorrhea Primer pada Remaja Putri
Oleh: Editorial Primaku

Topik: Menstruasi, Amenorea
Amenorrhea adalah kondisi di mana seorang perempuan tidak mengalami atau berhenti menstruasi ketika masih dalam masa reproduktif. Kondisi ini diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu amenorrhea primer dan amenorrhea sekunder. Amenorrhea primer adalah kondisi di mana seorang anak perempuan belum pernah mengalami haid pertama (menarche) hingga usia 15 tahun atau 3 tahun setelah mulai tumbuh payudara (telarche). Sementara amenorrhea sekunder adalah hilangnya haid selama tiga bulan atau lebih bagi perempuan yang sebelumnya memiliki siklus menstruasi yang reguler, atau lebih dari 6 bulan bagi yang siklus haidnya reguler maupun irregular. Amenorrhea primer dapat diakibatkan oleh berbagai macam penyebab. Maka dari itu, penanganannya perlu dimulai dengan pendekatan yang komprehensif, sehingga tidak ada diagnosis yang terlewatkan dan tatalaksana yang diberikan juga tepat.
Untuk bisa menciptakan siklus menstruasi yang normal, terdapat empat struktur yang perlu berfungsi dengan baik, di antaranya:
- Hipotalamus
- Hipofisis
- Ovarium
- Traktus genitalia
Jika salah satu saja dari struktur tersebut memiliki kelainan, maka amenore bisa terjadi. Gangguan perkembangan seksual dapat menciptakan kelainan pada traktus genitalia. Kelainan pada traktus genitalia dapat menyebabkan amenore dengan menahan menstruasi untuk keluar dari introitus vagina, sehingga berkumpul di abdomen. Kondisi-kondisi bawaan yang dapat menyebabkan kelainan anatomis tersebut meliputi Mullerian agenesis, defisiensi aromatase, defisiensi enzim 17α-hydroxylase, complete androgen insensitivity syndrome (CAIS), hymen imperforata, septum vagina transversal, dan isolated agenesis of the vagina. Pasien-pasien dengan Mullerian agenesis biasanya memiliki fungsi ovarium, genitalia eksterna perempuan, dan karakteristik seksual sekunder, tapi diiringi dengan tidak adanya struktur Mulleri (tuba Fallopi, uterus, dan sepertiga atas vagina) secara utuh atau sebagian. Pada anak perempuan dengan defisiensi aromatase, genitalia eksterna tampak ambigu dan terdapat virilisasi. Hal ini karena aromatase bertugas untuk mengubah testosterone menjadi estrogen, sehingga dengan rendahnya aromatase, testosterone akan berlebih.
Kelainan pada hipotalamus seperti pada functional hypothalamic amenorrhea (FHA) dan constitutional delay of growth and puberty (CDGP), dapat menyebabkan pengurangan produksi gonadotropin releasing hormone (GnRH). Produksi GnRH yang rendah menyebabkan sekresi follicle-stimulating hormone (FSH) berkurang, sehingga tidak cukup untuk menghasilkan maturasi folikel di ovarium. Alhasil, tidak ada sinyal yang mencetuskan produksi estrogen, sehingga dinding endometrium tidak bisa berkembang dan menstruasi tidak bisa terjadi.
Beberapa penyebab amenorrhea pada remaja meliputi gangguan hormonal pusat, obesitas, kondisi kronis tertentu, komponen genetik, hingga gaya hidup tidak sehat. Faktor psikogenik spesifik seperti gangguan makan (eating disorder), aktivitas fisik berlebihan (excessive exercise), stres berat, dan trauma juga dapat memicu amenorrhea fungsi. Namun, pemeriksaan penunjang kadang tetap diperlukan untuk menyingkirkan masalah organik patologis seperti tumor atau struktural pada sistem reproduksi.
Produksi estrogen juga bisa berkurang jika ovarium tidak bisa merespon sinyal hormon dari hipotalamus. Kondisi ini bisa terjadi pada kasus-kasus disgenesis gonadal, yang biasanya bisa dilihat pada pasien dengan Turner syndrome (kartoype 45X) dan Swyer syndrome. Insufisiensi ovarium juga bisa disebabkan oleh premutasi pada gen FMR1, kemoterapi, radiasi, penyakit autoimun, dan defisiensi-defisiensi hormon yang disebutkan sebelumnya.
Gangguan-gangguan hormon lainnya, seperti hiperandrogenemia pada pasien-pasien polycystic ovarian syndrome (PCOS) dapat menyebabkan disfungsi pada aksis hipotalamus, pituitari, dan ovarium (HPO). Penyebab-penyebab hiperandrogenemia lainnya adalah nonclassical congenital adrenal hyperplasia (NCCAH), tumor adrenal atau ovarium yang menghasilkan sekresi androgen, dan sindrom Cushing. Hiperprolaktinemia, hipertiroid, hipotiroid, dan diabetes yang tak terkontrol juga dapat menyebabkan supresi aksis HPO.
Selain kondisi-kondisi patologis yang telah diuraikan, kondisi-kondisi fisiologis seperti kehamilan dan laktasi tidak boleh dilewatkan sebagai penyebab amenorrhea primer. Ovulasi sudah terjadi sebelum menstruasi, maka kemungkinan kehamilan juga perlu dipertimbangkan. Tentunya, kontraseptif hormonal dapat menyebabkan amenorrhea. Beberapa obat, walaupun jarang, juga dapat menyebabkan amenorrhea, seperti antipsikotik yang dapat mengakibatkan hiperprolaktinemia.
Amenorrhea dapat berkaitan dengan infertilitas. Selain infertilitas, amenorrhea yang khususnya memengaruhi fungsi hormonal, juga dapat menyebabkan osteoporosis, virilisasi, dan efek psikologis, seperti ansietas dan depresi. Mengetahui hal tersebut, amenorrhea adalah kondisi yang perlu ditangani dengan adekuat. Untuk bisa memberikan tatalaksana yang tepat, dokter harus bisa mendiagnosis etiologi yang tepat dan hal itu tidak bisa dilakukan jika tidak tahu apa saja kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan amenorrhea primer.
Referensi:
Gasner A, Rehman A. Primary Amenorrhea. [Updated 2023 Dec 20]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK554469/

