Cukupkan Yodium. Dukung perkembangan otak janin sejak dari kandungan!
Author: dr. Lucy Alim Santoso, Sp.A
Topik: Yodium, Tiroid, Garam, Fortifikasi, Nutrisi, 0-6 Bulan
Yodium merupakan bahan baku pembentukan hormon tiroid yang berperan penting untuk perkembangan otak janin sejak awal kehamilan. Perkembangan otak terjadi dalam minggu ke-6 sampai 24 usia kehamilan. Pada saat itu janin belum dapat menghasilkan hormon tiroid sendiri, sehingga kebutuhan hormon ini disuplai sepenuhnya dari ibu.
Pada saat kehamilan, kebutuhan hormon tiroid meningkat. Kebutuhan yang meningkat ini akan dapat dipenuhi jika ibu memiliki cadangan yodium yang cukup dalam tubuh untuk digunakan oleh kelenjar tiroid untuk membentuk hormon tiroid. Hormon tiroid yang diproduksi ibu dapat melewati plasenta dan masuk ke sirkulasi janin.
Dahulu, dipikirkan bahwa defisiensi yodium hanya terjadi pada daerah yang miskin yodium (misalnya orang-orang yang tinggal di daerah pegunungan), dan defisiensi berat saja yang dapat mengganggu perkembangan otak janin. Namun, penelitian - penelitian terbaru menunjukkan bahwa defisiensi yodium ringan-sedang dapat terjadi bahkan di negara/daerah yang cukup yodium atau telah menjalankan suplementasi garam beryodium. Kondisi defisiensi yodium ringan-sedang ini telah diketahui memiliki dampak jangka panjang terhadap perkembangan otak janin, termasuk perkembangan kognitifnya.
Lantas bagaimana memastikan kecukupan yodium agar perkembangan otak anak dalam 1000 hari pertama optimal? Sebenarnya Indonesia telah menjalankan program iodinisasi garam (garam beryodium) yang harus memenuhi standar nasional Indonesia (SNI) sejak 2009. Garam beryodium yang dianggap memenuhi syarat harus mengandung 30-80 mg yodium (30-80 ppm) setiap 1 gram garam (1/5 sendok teh). Wanita usia subur yang memerlukan 150 mg yodium per hari perlu mengkonsumsi garam sebanyak ½ - ¾ sendok teh garam meja, bila kebutuhan yodiumnya hanya dipenuhi dari garam beryodium. Garam beryodium disarankan digunakan sebagai garam meja karena proses memasak akan dapat mengurangi kadar yodium yang terkandung dalam garam.
Namun sayangnya, data kementerian kesehatan tahun 2013 menunjukkan bahwa 15 – 25 % anak usia sekolah (6-12 tahun), wanita usia subur, ibu hamil dan ibu menyusui berisiko kekurangan iodium. Salah satu penyebab masalah ini adalah lebih dari 50 persen garam rumah tangga di Indonesia tidak teriodisasi cukup (<30 ppm Iodium dalam bentuk KIO3). Apabila akses terhadap garam beryodium atau makanan terfortifikasi yodium tidak dapat dilakukan, maka WHO merekomendasikan asupan yodium harian untuk populasi rentan yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Selain dari garam beryodium, kebutuhan yodium juga dapat dipenuhi dengan konsumsi makanan-makanan yang secara alamiah mengandung cukup yodium, seperti ikan laut dan produk laut lainnya (udang, kerang, rumput laut), serta susu, telur dan daging.
Sahabat PrimaKu, mari kita pastikan asupan yodium tercukupi, bahkan sebelum kehamilan terjadi, untuk memastikan perkembangan si kecil optimal dalam 1000 hari pertamanya!
Penulis: dr. Lucyana Alim Santoso, Sp.A
Editor: Prof. Dr. Madarina Julia, Sp.A (K), MPH., Ph.D