Flu, Istilah yang Rancu
Author:
Topik: bayi, Pra-sekolah, Sekolah
Flu, Istilah yang Rancu
Istilah flu sangat dikenal di kalangan awam dengan penggunaan yang rancu dan keliru. Banyak pihak tidak menyadari bahwa dalam penggunaannya sehari-hari terjadi kekeliruan akibat ketidaktahuan. Salah satu contoh nyata kekeliruan adalah penggunaan kata flu dalam berbagai iklan obat bebas. Kekeliruan di kalangan awam juga terjadi dalam penggunaan kata flu ini.
Penyakit infeksi saluran napas dengan gejala demam, pilek, dan batuk sangat sering kita jumpa sehari-hari baik pada orang dewasa dan terlebih pada anak-anak. Saking biasanya dijumpai, orang barat menyebutnya sebagai common cold. Istilah medis untuk penyakit ini bisa bervariasi, yaitu rinitis, rinofaringitis, atau nasofaringitis. Penyakit infeksi ini menyebabkan timbulnya berbagai gejala mulai dari demam, pilek meler, hidung mampet, bersin, batuk, napas grok-grok, hingga nyeri tenggorok. Nenek moyang kita sudah mengamati dan mencermati penyakit ini sejak dahulu dan menamainya selesma, suatu istilah Indonesia yang saat ini hampir terlupakan.
Mengenal selesma
Penyakit selesma ini yang sering sekali keliru disebut dengan flu. Mengapa keliru jika disebut sebagai flu? Menurut para ahli, selesma dapat disebabkan oleh lebih daripada 100 jenis virus yang biasa menginfeksi saluran napas. Sebagian ahli lain bahkan menyatakan virus selesma mencapai 200 jenis virus. Virus flu merupakan salah satu penyebab selesma, tetapi bukan yang tersering. Penyebab tersering selesma adalah rhinovirus, rhino sendiri artinya "hidung". Dalam praktik medis sehari-hari, dokter tidak memeriksa virus apa yang menyebabkan selesma pada pasien yang datang berobat. Pemeriksaan virus secara teknis cukup sulit, biayanya mahal, padahal nyaris tidak ada manfaatnya untuk mengetahui virus penyebab selesma. Hampir semua selesma merupakan penyakit swasirna, yaitu akan membaik secara alamiah. Jadi, kekeliruan menyebut semua selesma sebagai flu, ibarat kekeliruan menyebut semua kamera sebagai "kodak" dan berbagai contoh jenis lainnya. Selesma dapat disebut sebagai flu hanya jika kita memeriksa virusnya dan didapatkan virus flu sebagai penyebabnya.
Penegakan diagnosis atau penentuan jenis penyakit selesma relatif sangat mudah dibuat oleh dokter, bahkan oleh orang awam sekalipun. Sebagian besar keluhan saluran napas atas yang disertai tanda infeksi adalah karena selesma. Berarti sebagian besar infeksi saluran napas atas disebabkan oleh virus. Adanya sumber penularan yang jelas merupakan penguat informasi bahwa penyebab infeksinya adalah virus karena infeksi viruslah yang sangat mudah menular. Hanya pada sebagian kecil saja kasus infeksi saluran napas atas terjadi infeksi tambahan oleh bakteri. Dengan demikian, sebagian besar infeksi saluran napas atas tidak memerlukan antibiotik karena antibiotik tidak dapat membunuh virus. Pemberian antibiotik untuk infeksi virus tidak ada gunanya, bahkan akan meningkatkan risiko terjadinya kuman kebal (resisten) antibiotik.
Kekeliruan istilah "flu"
Flu merupakan nama "ngetop" yang merupakan kependekan dari influenza. Influenza sendiri merupakan nama suatu virus yang dapat menyebabkan infeksi di saluran napas. Virus lain penyebab selesma biasanya hanya menyebabkan radang saluran napas bagian atas. Berbeda dengan virus lain, influenza dapat menyebabkan radang saluran napas atas dan bawah hingga ke paru. Radang paru atau pneumonia ini merupakan penyakit yang berbahaya karena dapat menyebabkan kematian. Masih cukup segar ingatan kita akan serangan flu burung yang menelan cukup banyak korban jiwa. Flu burung merupakan varian dari virus influenza yang biasanya hanya menyebabkan penyakit pada burung. Virus flu burung ini kemudian bermutasi sehingga juga dapat menginfeksi dan menyebabkan kematian pada manusia.
Kekeliruan penggunaan kata flu ada dua macam. Yang pertama. flu digunakan secara keliru untuk menyebut nama penyakit, yaitu selesma. Yang kedua, flu digunakan secara keliru untuk menyebut nama gejala penyakit, yaitu pilek. Ada satu kekeliruan lain, penggunaan nama penyakit dengan flu padahal penyakitnya bukan di saluran napas, penyakit "flu Singapura". Penyakit ini menyerang lapisan dalam rongga mulut berupa sariawan dan telapak tangan dan kaki berupa bintil-bintil merah. Penyakit ini boleh dibilang "sama sekali bukan flu".
Kekeliruan pemahaman ini bisa berdampak kebingungan terkait pemberian salah satu imunisasi, yaitu imunisasi influenza. Jika kerancuan istilah ini belum dipahami, orangtua pasien dapat menuntut dokternya dengan mengatakan: " Kenapa anak saya masih terkena flu padahal sudah mendapat imunisasi flu?". Seseorang yang telah diimunisasi influenza masih dapat terkena selesma yang disebabkan oleh virus selain inluenza. Imunisasi flu hanya melindungi pasien dari infeksi flu, tetapi tidak dapat melindungi infeksi oleh virus lain penyebab selesma. Dengan demikian, seorang anak yang sudah diimunisasi flu masih dapat terkena selesma oleh lebih dari 100 virus lainnya.
Selesma merupakan penyakit infeksi virus yang sangat mudah menular. Penularan terjadi melalui percik renik saluran napas pada saat seorang pasien bersin atau batuk. Walaupun tidak menyebabkan kematian, selesma dapat mengganggu kenyamanan dan mengurangi produktivitas. Yang perlu diketahui dan kemudian dilaksanakan adalah bagaimana mengurangi risiko terkena selesma, apa pun virus penyebabnya. Yang pertama adalah dengan meningkatkan daya tahan tubuh sehingga secara umum tidak mudah terkena penyakit infeksi. Peningkatan daya tahan ini dapat dicapai dengan pola makan yang optimal dan sehat, cukup rehat, dan olahraga yang teratur, serta menghindari kebiasaan buruk seperti merokok. Berikutnya adalah bila sedang mengalami selesma, terapkan etiket batuk pilek. Tutupi hidung dan mulut dengan lengan pada saat bersin atau batuk. Jangan tutupi dengan telapak tangan karena jika kemudian kita bersalaman atau memegang benda, virus penyebab selesma akan berpindah dan dapat menulari orang lain.
Penulis: Darmawan B. Setyanto (Ikatan Dokter Anak Indonesia)
Catatan: Artikel ini dimuat di Kompas Klasika tanggal 30 Maret 2014, kolom "Apa Kata Dokter"