primaku
Mitra resmi kami:
kemenkesidaibkkbn
Unduh PrimaKu di:
playstoreappstore

Gerakan Bersama Melawan Demam Berdarah

Author:

Topik: bayi, Pra-sekolah, Sekolah

­­GERAKAN BERSAMA MELAWAN DEMAM BERDARAH

Pada 3 Februari 2016, diluncurkan Gerakan Bersama Melawan Demam Berdarah, yaitu suatu gerakan edukasi Demam Berdarah Dengue (DBD) yang dicetuskan oleh GSK Consumer Healthcare Indonesia dan didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Gerakan ini difokuskan pada penyakit DBD, karena masih merupakan penyakit dengan angka kejadian yang sangat tinggi di Indonesia dan berulang setiap tahun. Menurut survei, hal ini disebabkan masih rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat mengenai gejala dan pencegahan DBD.

DBD merupakan suatu penyakit akibat infeksi virus dengue melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti, dapat menimbulkan gejala yang bervariasi, dari sakit sampai berat bahkan kematian. Perlu diketahui bahwa tidak semua DBD menimbulkan gejala perdarahan yang nyata. Infeksi dengue yang ringan disebut demam dengue (tanpa kebocoran pembuluh darah), sedangkan infeksi lebih berat menyebabkan demam berdarah dengue (dengan kebocoran pembuluh darah). Kebocoran pembuluh darah ini menyebabkan cairan keluar dari pembuluh darah sehingga terjadi syok. Syok merupakan akibat  jaringan tubuh tidak mendapatkan cukup oksigen yang dibawa oleh darah. Keadaan syok adalah suatu keadaan berat yang dapat menimbulkan kematian.

Perjalanan infeksi dengue terdiri dari 3 fase, yaitu fase demam, fase kritis, dan fase penyembuhan. Pada fase demam (hari ke 1 sampai 3), anak demam tinggi, tidak mau makan dan minum, mual, dan lemas. Trombosit dan kekentalan darah (hematokrit) pada fase ini umumnya masih normal. Bahaya pada fase ini adalah terjadinya dehidrasi dan kejang yang dicetuskan demam. Setelah hari ketiga, demam mulai turun. Pada fase bebas demam ini, terjadi perembesan cairan melalui pembuluh darah, penurunan jumlah trombosit, dan peningkatan kekentalan darah. Anak dalam fase kritis memiliki risiko besar mengalami syok dan perdarahan. Jika anak mengalami penanganan yang baik, maka anak akan memasuki fase penyembuhan. Pada fase ini, anak lebih aktif dan mau makan. Cairan yang sebelumnya merembes keluar pembuluh darah akan masuk kembali pada fase penyembuhan. Jika cairan infus tidak segera dikurangi, anak memiliki risiko kelebihan cairan dalam tubuh.

Gejala dan Tanda

Gejala utama pada dengue adalah demam. Namun, tidak semua demam adalah dengue. Pada dengue, demam umumnya timbul mendadak dan tinggi (>38,5oC) pada anak yang sebelumnya masih aktif, disertai berbagai gejala lain seperti:

·         Tidak mau makan atau minum

·         Rewel atau lemas

·         Nyeri kepala, nyeri otot, nyeri belakang mata

·         Mual dan muntah

·         Perdarahan (mimisan, gusi berdarah, buang air besar bercampur darah)

·         Ruam kemerahan pada kulit

·         Buang air kecil berkurang

Demam yang disebabkan infeksi virus lain (seperti diare atau batuk pilek) umumnya tidak mendadak dan anak masih cukup aktif jika demam turun. Anak yang tetap lemas atau tidak mau makan setelah demam turun di hari ketiga, perlu dicurigai adanya infeksi dengue. Sebagai penuntun lain, adanya tanda bahaya (warning signs) berikut menandakan perlunya anak untuk segera dibawa berobat:

·         Nyeri perut hebat

·         Muntah terus – menerus

·         Mimisan atau buang air besar berdarah

·         Tangan dan kaki dingin

·         Tidak sadar, bicara meracau, atau kejang

·         Cenderung tidur dan sulit dibangunkan

Pengobatan

Pengobatan infeksi dengue yang utama adalah pemantauan suhu tubuh, pemberian cairan yang cukup, dan pengenalan tanda bahaya. Anak yang mengalami demam tinggi umumnya menolak makan dan minum sehingga berisiko mengalami dehidrasi. Obat penurun panas yang dianjurkan adalah parasetamol, karena efek samping minimal dan tidak mengiritasi lambung. Obat penurun panas lain seperti ibuprofen atau aspirin tidak dianjurkan jika ada kecurigaan infeksi dengue. Antibiotik tidak diperlukan pada infeksi virus dengue.

Pencegahan

Hal yang penting dalam penanggulangan DBD adalah pengendalian vektor dan kebersihan lingkungannya. Nyamuk Aedes aegypti yang menyebarkan virus dengue berbeda dengan nyamuk rumah biasa. Nyamuk ini memiliki belang hitam - putih di badan, kepala, dan kakinya dan terbang pada siang hari. Nyamuk betina bertelur di genangan air bersih, meninggalkan jentik nyamuk yang akan berkembang menjadi pupa, kemudian menjadi nyamuk dewasa. Siklus nyamuk ini berlangsung cepat, yaitu setiap 1 minggu sekali. Satu ekor nyamuk betina dapat menggigit manusia berkali – kali (multiple bites) sehingga penyebaran virus dengue juga berlangsung cepat.

Strategi pencegahan DBD pada rumah tangga yang lama dikenal adalah 3M Plus. Perlu diketahui bahwa 3M terdiri dari menguras bak mandi, menutup tempat penampungan air (TPA), dan mendaur ulang barang bekas. Pengurasan bak mandi tidak hanya dengan air, namun juga perlu penyikatan dinding bak karena jentik nyamuk dapat menempel pada dinding. Sebaiknya pengurasan bak dilakukan setiap 1 minggu sekali, sesuai dengan daur hidup nyamuk. Untuk genangan air yang tidak terjangkau dan tidak dapat dikuras (seperti talang air hujan), dapat ditaburkan bubuk larvasida (abate). Tindakan Plus lain yang dapat dilakukan adalah penggunaan kelambu saat tidur dan lotion anti nyamuk, serta pemeliharaan ikan sebagai predator nyamuk. Fogging (pengasapan) hanya bermanfaat untuk membasmi nyamuk dewasa; jentik tidak dapat mati dengan pengasapan.

Usaha pembasmian jentik tidak cukup pada tingkat rumah tangga. Pada tingkat lingkungan yang lebih besar, pengendalian jentik dapat dilakukan dengan menggerakkan juru pemantau jentik (jumantik). Jumantik adalah satu orang pada satu rumah yang bertugas memantau keberadaan jentik dan mendorong upaya pemberantasannya.

Dengan mengetahui gejala dan tanda bahaya DBD serta cara pencegahannya, diharapkan angka kejadian dan kematian akibat dengue di Indonesia dapat dikurangi.

 

 

Penulis: dr. Natharina Yolanda

Berdasarkan presentasi Prof. Dr. dr. Sri Rezeki Hadinegoro, SpA(K)1 dan Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan, SpA(K)2 pada acara Peluncuran Gerakan Bersama Melawan Demam Berdarah di Hotel JW Marriot, Jakarta, 3 Februari 2016.

Reviewer: Prof. Dr. dr. Sri Rezeki Hadinegoro, SpA(K)

familyfamily
Baca artikel tumbuh kembang anak di PrimaKu!
Unduh sekarang
playstoreappstore
primaku
Aplikasi tumbuh kembang anak Indonesia. Didukung penuh oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
Mitra resmi kami:
kemenkesidaibkkbn
Unduh PrimaKu
playstoreappstore
© 2023 All rights reserved PRIMAKU, Indonesia
Cari kami di: