Nafsu Makan si Kecil Berkurang? Atasi dengan Cara Ini, yuk!
Author: Marisha A
Editor: dr. Dini Astuti Mirasanti Sp.A
Topik: Nafsu Makan, Inappropriate Feeding Practice, Feeding Rules, GTM
Anak yang tidak napsu makan atau disebut sebagai gerakan tutup mulut (GTM), kerap membuat orang tua khawatir, bahkan tak jarang hingga stres. Padahal, Mom sudah memberikan berbagai menu makanan kesukaan si kecil hingga mencoba berbagai menu baru. Sebenarnya, apa sih penyebab anak tidak napsu makan dan apa saja yang bisa dilakukan oleh orang tua? Simak informasi selengkapnya, yuk!
Penyebab GTM
Berdasarkan penelitian multisenter IDAI, penyebab tersering GTM pada anak adalah inappropriate feeding practice (terjadi sekitar 80%), yaitu perilaku makan yang tidak benar atau pemberian makan yang tidak sesuai usia. Umumnya, anak usia 1-3 tahun (batita) dapat mengalami food neophobia, yaitu penolakan terhadap makanan baru, yang sesungguhnya merupakan fase normal dalam tahapan perkembangannya. Faktanya, dibutuhkan eksplorasi terhadap makanan baru setidaknya sebanyak 10-15 kali untuk anak dapat menerimanya.
Beberapa penyebab lain anak tidak nafsu makan, di antaranya karena bosan, sedang sakit, belum merasa lapar, dan trauma terhadap makanan atau proses makan. Kondisi lain yang berkaitan dengan masalah makan seperti small eater atau food preference memerlukan konsultasi dengan ahli untuk menyiasatinya.
Tips meningkatkan nafsu makan anak
IDAI sendiri telah merekomendasikan feeding rules untuk membiasakan pola makan yang baik, yaitu dapat dilihat di tabel di bawah ini:
Karena itu, berikut beberapa hal yang bisa orang tua lakukan (do's):
- Atur jadwal makanan utama dan makanan selingan (snack) yang teratur, yaitu tiga kali makanan utama dan dua kali makanan kecil di antara waktu makan. Susu dapat diberikan 2-3 kali sehari (maksimum 500-600 ml/hari).
- Batasi waktu makan, tidak boleh lebih dari 30 menit.
- Buat lingkungan yang menyenangkan untuk makan. Biasakan makan bersama keluarga di meja makan. Jika tidak memungkinkan untuk makan bersama, sebaiknya tetap latih anak makan di meja makan.
- Dorong anak untuk makan sendiri. Bila anak menunjukkan tanda tidak mau makan (mengatupkan mulut, memalingkan kepala, menangis), tawarkan kembali makanan tanpa memaksa. Bila setelah 10-15 menit anak tetap tidak mau makan, akhiri proses makan. Latih anak untuk mengenali rasa kenyang dan laparnya sendiri.
Namun, orang tua juga sebaiknya jangan melakukan hal-hal di bawah ini (don'ts):
- Jangan memaksa anak makan, apalagi sampai memarahinya.
- Jangan membiasakan anak makan sambil melakukan aktivitas lain, seperti bermain, menonton televisi, berjalan-jalan, atau naik sepeda.
- Jangan memberikan minuman lain selain air putih di antara waktu makan.
- Jangan menjadikan makanan sebagai hadiah.
Bolehkah diberikan suplemen tambahan?
Suplementasi diberikan bukan untuk meningkatkan nafsu makan anak, melainkan untuk melengkapi kecukupan mikronutrien yang tidak didapat anak apabila kecukupan dari makanan sehari-hari tidak dapat dicapai. Sebenarnya memberikan makronutrien berupa karbohidrat, protein, dan lemak dari berbagai sumber variasi makanan dapat memastikan kecukupan nutrisi anak tanpa harus ditambah suplementasi. Misalnya, protein hewani bisa didapat dari daging, ayam, atau ikan, karbohidrat dari nasi atau kentang.
Nah, itu dia tips tentang bagaimana meningkatkan nafsu makan pada anak. Selamat mencoba dan semoga berhasil diterapkan pada si Kecil ya, MomDad!
Ingin tahu tips dan informasi lainnya seputar kesehatan si Kecil? Ayo, baca artikel di aplikasi PrimaKu atau kunjungi primaku.com. Selain itu, MomDad bisa juga menonton seluruh tayangan ulang webinar di aplikasi, lho. Tak ketinggalan, follow juga akun Instagram dan TikTok PrimaKu supaya enggak ketinggalan update informasi seputar kesehatan anak dan parenting lifestyle!
Sumber foto: Freepik
Referensi: Rekomendasi praktik pemberian makan berbasis bukti pada bayi dan balita di Indonesia untuk mencegah malnutrisi. UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2015
Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., PhD.