primaku
Mitra resmi kami:
kemenkesidaibkkbn
Unduh PrimaKu di:
playstoreappstore

Normal Nggak ya Kalau Anak Sering BAB?

Author: Fauziah Sabtuanisa

Editor: dr. Lucyana Alim Santoso Sp.A

Topik: BAB, Pencernaan

Tentunya MomDad selalu memperhatikan tiap tahapan tumbuh kembang si Kecil. Dari ia baru lahir hingga beranjak besar. Bahkan perubahan kecil pun akan menyita perhatian, misalnya si Kecil tidak suka makanan tertentu, tiba-tiba menangis, tidak napsu makan, yang tadinya aktif berubah menjadi murung, hingga kebiasaan saat buang air besar (BAB).

Saat si Kecil terlalu sering BAB, MomDad mungkin merasa khawatir, cemas, bingung, sekaligus bertanya-tanya, berapa kali si Kecil BAB dalam sehari? Menjawab kekhawatiran MomDad, yuk kita bahas bersama!

Frekuensi BAB

Usia 0–6 bulan

Sebagian besar bayi yang baru lahir akan BAB dalam waktu 24 jam pertama. BAB pertama pada bayi disebut mekonium, karena kolostrum dari ASI yang dikonsumsinya bersifat sebagai pencahar dan biasanya feses akan berwarna hijau-hitam dan lengket. Feses mekonium dapat bertahan antara 1-3 hari.

Namun MomDad tidak perlu khawatir, ini merupakan kondisi yang normal. Selain itu, sistem pencernaan si Kecil juga masih belum sempurna dan akan terus berkembang. Feses pada si Kecil pun juga akan berubah dari hari ke hari berdasarkan usia dan makanan yang dikonsumsinya.

Mengutip University of Michigan Health, si Kecil yang baru lahir akan BAB setidaknya 1-2 kali dalam sehari. Pada minggu pertama, kemungkinan ia akan BAB sebanyak 5-10 kali dalam sehari. Hal ini disebabkan karena refleks gastrokolika masih kuat. Refleks gastrokolika merupakan suatu reaksi atau refleks dalam tubuh yang meningkatkan pergerakan usus besar yang timbul akibat makan dan minum sehingga bayi buang air besar segera setelah makan.

MomDad juga perlu tau, bahwa frekuensi BAB si Kecil yang diberi ASI dan yang diberi susu formula jelas berbeda. Si kecil yang diberi ASI akan mengeluarkan feses berwarna kekuningan, berlendir, berbusa, dan bau agak asam. Frekuensi BAB-nya pun akan lebih sering, setidaknya 5-10 kali sehari. Sedangkan, si Kecil yang diberi susu formula akan memiliki feses yang lembek seperti selai kacang, pucat dan frekuensi BAB-nya sekitar 3-4 kali sehari.

Kemudian saat usia si kecil 6 minggu, akan ada perubahan frekuensi atau jarang BAB. Ini merupakan kondisi yang normal karena fungsi saluran cernanya sudah mulai berkembang, refleks gastrokolika juga mengendur, ketersediaan enzim laktase untuk mencerna gula susu (laktosa) mulai mencukupi sehingga laktosa mulai dicerna dengan baik. Penting diingat bahwa bayi yang mendapat ASI dapat lebih jarang juga BAB-nya misalnya setiap seminggu sekali. Selama bayi aktif, perut tidak tampak distensi, tampak tenang, tidak ada BAB keras maka hal ini masih normal.

Selanjutnya saat si Kecil berusia empat bulan dengan kondisi belum mengonsumsi makanan padat atau makanan pengganti ASI (MPASI), frekuensi BAB sekitar tiga kali sehari. Frekuensi BAB si Kecil akan berkurang seiring perkembangan usianya.

Kemudian si Kecil dengan MPASI, frekuensi BAB-nya akan mengalami perubahan, yakni lebih teratur dari hari ke hari. Selama frekuensi BAB-nya normal dan fesesnya tidak berwarna gelap, bulat, dan tidak menunjukkan gejala apa pun, itu merupakan hal yang normal ya MomDad.

Usia 6–12 bulan

Selanjutnya, si Kecil yang memasuki usia 6-12 bulan akan semakin lincah dan aktif bergerak. Jadi, ia memerlukan kebutuhan energi dan nutrisi yang lebih sehingga membutuhkan makanan tambahan selain ASI yaitu MPASI.

Si Kecil di usia ini akan mulai mengonsumsi MPASI, sehingga frekuensi BAB-nya pun akan berubah karena dipengaruhi oleh sumber makanannya. Umumnya, frekuensi BAB si Kecil akan terjadi sebanyak 2-4 kali atau lebih banyak dari sebelumnya dalam sehari. Namun, tentu saja hal itu tidak bisa dijadikan patokan tetap.

Jadi, untuk mengetahui apakah BAB si Kecil normal atau tidak, tak hanya tergantung dari frekuensi BAB-nya saja, tapi juga perlu diperhatikan bentuk (cair atau padat) dan warna feses (kekuningan, cokelat dan sebagainya). Kemudian, jika si Kecil tidak mengejan berlebihan saat BAB, maka dianggap normal.

Usia 1–3 tahun

Selanjutnya, saat si Kecil berusia tiga tahun, biasanya frekuensi BAB sudah hampir sama seperti orang dewasa. Sejarang-jarangnya, BAB akan dikeluarkan 1-2 hari sekali dan sesering-seringnya tiga kali sehari, asalkan bentuk tinjanya normal, tidak encer atau tidak keras.

Usia 4 tahun ke atas

Si Kecil berusia 4 tahun atau lebih sudah memasuki fase matang, yang mana frekuensi BAB-nya sudah sama dengan orang dewasa, yakni setidaknya satu kali sehari. Namun, apa bila frekuensi BAB-nya kurang dari tiga kali dalam seminggu atau jarang dan fesesnya keras hingga sulit di keluarkan, artinya si Kecil mengalami konstipasi.

Penyebab si Kecil sering BAB

Selain konstipasi atau sulit BAB, masalah pencernaan lainnya pada si Kecil adalah diare, yang menyebabkan ia terlalu sering BAB. Gejala yang ditimbulkan saat si Kecil mengalami diare yaitu frekuensi BAB lebih sering dan bentuknya cair selama setidaknya 4 minggu.

Diare pada si Kecil umumnya disebabkan oleh beberapa faktor, seperti infeksi virus, bakteri, parasit maupun jamur atau bahkan alergi terhadap susu sapi maupun makanan berbahan susu, intoleransi terhadap laktosa, fruktosa, dan sukrosa, atau penyakit peradangan usus (Inflammatory Bowel Disease).

Jika masih bingung dan punya pertanyaan seputar BAB pada si Kecil, MoMDad bisa konsultasi langsung dengan dokter di aplikasi PrimaKu dengan cara download aplikasinya di App Store dan Google Play. Jangan lupa juga follow Instagram @official.primaku dan like artikel ini jika MomDad suka, ya!

Sumber foto: Pexels

Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.

Sumber:

familyfamily
Baca artikel tumbuh kembang anak di PrimaKu!
Unduh sekarang
playstoreappstore
Rekomendasi Artikel
Lihat semua
primaku
Aplikasi tumbuh kembang anak Indonesia. Didukung penuh oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
Mitra resmi kami:
kemenkesidaibkkbn
Unduh PrimaKu
playstoreappstore
© 2023 All rights reserved PRIMAKU, Indonesia
Cari kami di: