primaku
Mitra resmi kami:
kemenkesidaibkkbn
Unduh PrimaKu di:
playstoreappstore

Pneumonia & TBC, Apa Perbedaannya?

Author: Fitri Permata

Editor: dr. Lucyana Alim Santoso, Sp.A

Topik: Parenthood, Article, Pneumonia, TBC, Vaksin PCV, Vaksin Anak, Vaksin BCG, 6-12 Bulan, 6-12 Bulan

Pneumonia dan tuberkulosis (TBC) adalah penyakit yang menyerang paru-paru dan memiliki beberapa gejala yang mirip, seperti batuk, sesak napas, dan demam. Maka tak heran kalau banyak yang salah paham dan menganggap kedua penyakit ini sama. Padahal, penyebab, gejala spesifik, hingga pengobatan keduanya sangat berbeda. Lantas, apa sih perbedaan pneumonia dan TBC, khususnya jika terjadi pada anak?


Perbedaan Pneumonia dan TBC



Mari kita lihat perbedaan penyakit pneumonia dan TBC dilihat dari beberapa aspek seperti:


  1. Faktor Penyebab


  • Pneumonia adalah infeksi yang terjadi ketika kantung-kantung udara kecil di paru-paru, yang disebut alveoli, terisi cairan atau nanah, sehingga mengganggu pertukaran udara dan menyulitkan pernapasan. Pneumonia pada anak-anak bisa menjadi penyakit yang sangat berbahaya yang bahkan, dapat mengakibatkan kematian. Pneumonia juga dapat mengakibatkan kerusakan permanen struktur paru yang dalam jangka panjang dapat berdampak buruk pada struktur dan fungsi paru-paru, sehingga berisiko menjadi penyakit paru-paru kronis.


  • Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, biasanya ditularkan melalui percikan air ludah atau droplet dari pasien yang batuk, bersin, atau bicara. TBC sering menyebar di lingkungan yang padat penduduk dan kurang ventilasi, dan orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti anak-anak dan penderita HIV/AIDS, memiliki risiko lebih tinggi untuk tertular. Di Indonesia, yang merupakan salah satu negara dengan jumlah pasien TBC terbanyak, anak-anak berisiko tinggi terinfeksi karena banyaknya sumber penularan di masyarakat.


2. Gejala


  • Gejala pneumonia umumnya akut dan dimulai dengan beberapa tanda, termasuk demam disertai nyeri kepala dan tubuh yang menggigil. Penderita mungkin mengalami batuk, yang bisa berupa batuk kering atau batuk berdahak dengan nanah berwarna kekuningan. Nyeri dada saat bernapas dan napas yang pendek juga umum terjadi, disertai gejala lain seperti mual, muntah, diare, nyeri pada otot dan sendi, serta rasa lelah yang berlebihan. Selain itu, denyut nadi bisa melemah hingga mencapai 100 kali per menit. Jika ada kesulitan bernapas atau peningkatan frekuensi napas, segera bawa pasien ke rumah sakit untuk penanganan yang tepat.


  • Tuberkulosis (TBC) terutama menyerang paru-paru, tetapi juga dapat memengaruhi organ lain, seperti otak, tulang, kulit, hati, dan perut. Gejala TBC paru umumnya bersifat kronik pada anak meliputi batuk yang berlangsung lebih dari dua minggu, demam yang tidak kunjung reda selama dua minggu, penurunan berat badan yang signifikan meskipun sudah diberi makan dengan baik, dan kurangnya aktivitas yang biasanya ditunjukkan oleh anak. Jika TBC terjadi pada organ ekstra paru, gejala dapat bervariasi, seperti kejang dan penurunan kesadaran pada TBC selaput otak, pembesaran perut pada TBC perut, atau benjolan besar yang terlihat pada leher atau ketiak pada TBC kelenjar getah bening.


3. Cara Pengobatan


Untuk mendiagnosis pneumonia, dokter akan memeriksa paru-paru untuk mendengarkan suara abnormal saat bernapas dan mungkin melakukan pemeriksaan tambahan seperti rontgen dada untuk mendeteksi pneumonia dan menentukan lokasi infeksi, pemeriksaan darah untuk melihat tanda infeksi, pemeriksaan denyut nadi untuk mengevaluasi kadar oksigen dalam tubuh, dan analisis dahak untuk mengidentifikasi kuman penyebab infeksi. 


Pengobatan pneumonia meliputi beberapa metode, yaitu:


  • Terapi kausal dengan antibiotik atau antijamur untuk membunuh kuman
  • Terapi suportif yang disesuaikan dengan kondisi pasien seperti pemberian oksigen, cairan intravena, dan obat penurun demam
  • Terapi inhalasi untuk menyalurkan obat langsung ke paru-paru
  • Fisioterapi dada untuk membantu mengeluarkan dahak
  • Rawat inap jika pneumonia tergolong berat atau berisiko komplikasi
  • Penting untuk mengikuti petunjuk pengobatan dokter dan menyelesaikan seluruh rangkaian pengobatan untuk memastikan infeksi benar-benar teratasi.


Untuk menentukan apakah seorang anak menderita TBC, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan, seperti analisis dahak untuk mengidentifikasi kuman TBC, tes Mantoux atau Interferon Gamma Release Assay (IGRA) untuk mendeteksi infeksi TBC, dan rontgen dada. TBC dapat disembuhkan dengan pengobatan yang teratur dan tuntas. Durasi pengobatan tergantung pada tingkat keparahan penyakit; untuk TBC ringan, pengobatan berlangsung selama 6 bulan, sedangkan untuk TBC berat, seperti TBC otak atau paru-paru, pengobatan bisa berlangsung hingga 12 bulan. Pengobatan TBC terbagi menjadi dua tahap: tahap intensif dengan kombinasi 3-4 obat (isoniazid, rifampicin, pirazinamid, dan ethambutol) yang diminum setiap hari selama 2 bulan, dan tahap lanjutan dengan 2 obat (isoniazid dan rifampicin) selama 4 bulan untuk TBC ringan atau 10 bulan untuk TBC berat.


Mencegah Anak dari Bahaya Pneumonia dan TBC


TBC Pneumonia-2.jpg


Mencegah pneumonia dan TBC pada anak merupakan langkah penting untuk menjaga kesehatan mereka. Beberapa cara efektif untuk mencegah pneumonia antara lain adalah dengan menjaga kebersihan tangan, seperti mencuci tangan dengan sabun dan air atau menggunakan pembersih tangan berbasis alkohol, terutama setelah batuk, buang ingus, atau saat menyiapkan makanan.


Selain itu, memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dapat meningkatkan kekebalan tubuh anak, mengurangi risiko infeksi saluran pernapasan, dan mempercepat penyembuhan saat terpapar penyakit. Penelitian menunjukkan bahwa anak yang tidak mendapatkan ASI eksklusif memiliki risiko 6 hingga 7 kali lebih tinggi terkena pneumonia. Menghindari paparan asap rokok juga sangat penting, karena dapat merusak paru-paru yang sedang berkembang pada anak, meningkatkan risiko infeksi pernapasan akut seperti pneumonia dan bronkitis. Selain itu, melengkapi vaksinasi, termasuk vaksin PCV, dapat membantu melindungi anak dari pneumonia yang disebabkan oleh bakteri berbahaya.


Dalam mencegah TBC, penting untuk menjaga lingkungan rumah yang bersih dan sehat, menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, serta memberikan nutrisi yang adekuat. Vaksin BCG juga berperan penting dalam pencegahan TBC pada anak.


Terapi pencegahan TBC (TPT) harus diberikan kepada anak yang kontak erat dengan pasien TBC, selama mereka tidak menunjukkan gejala penyakit. Obat pencegahan seperti isoniazid, rifampicin, atau kombinasi keduanya dapat diberikan sesuai anjuran dokter untuk mencegah perkembangan penyakit.


Dengan menerapkan langkah-langkah pencegahan ini, kita dapat melindungi kesehatan anak dan mencegah infeksi pneumonia dan TBC yang berbahaya.


Lengkapi Vaksinasi untuk untuk Perlindungan Optimal


Jadwal Imunisasi Anak.png


Vaksinasi merupakan langkah penting dalam mencegah pneumonia dan TBC pada anak, khususnya untuk anak usia 7-12 bulan.


Vaksin PCV (Pneumococcal Conjugate Vaccine) juga sangat penting untuk mencegah pneumonia akibat infeksi bakteri Streptococcus pneumoniae. Dosis vaksinasi PCV, yakni pada usia 2 ,4, 6 bulan dan booster pada usia 12-15 bulan.


Jika belum diberikan pada usia 7-12 bulan, vaksin PCV dapat diberikan 2 kali dengan jarak 1 bulan dan booster setelah usia 12 bulan dengan jarak 2 bulan dari dosis sebelumnya.


Namun, terdapat kondisi tertentu yang mengharuskan penundaan pemberian vaksin PCV, seperti jika anak memiliki reaksi alergi parah terhadap komponen vaksin atau sedang mengalami sakit ringan, seperti demam, pilek, atau batuk. Dalam hal ini, sangat penting untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum melakukan vaksinasi.


Untuk TBC, imunisasi BCG (Bacillus Calmette-Guérin) diberikan melalui suntikan intrakutan sebanyak 0,05 ml. Waktu terbaik untuk pemberian vaksin BCG adalah segera setelah bayi lahir atau sebelum berusia 1 bulan. Jika bayi belum mendapatkan vaksinasi BCG setelah lahir, sebaiknya konsultasikan dengan tenaga kesehatan.


Namun, jika bayi sudah berusia 3 bulan atau lebih, imunisasi BCG dapat dilakukan setelah hasil uji tuberkulin negatif. Tes tuberkulin ini berfungsi untuk melihat apakah tubuh si Kecil sudah pernah terpapar bakteri TB. Kalau hasilnya negatif, vaksin BCG bisa langsung diberikan. Tapi kalau positif, artinya si Kecil sudah pernah terpapar bakteri TB dan vaksin BCG tidak diperlukan lagi.


Perlu MomDad perhatikan, terdapat beberapa kondisi yang membuat pemberian vaksin BCG tidak dianjurkan, seperti pada anak dengan imunosupresi (kondisi seseorang memiliki kekebalan tubuh yang sangat lemah, misalnya orang yang mengidap HIV), anak yang menjadi kandidat transplantasi organ, bayi dengan BB kurang dari 2,5 kg, bayi lahir dari ibu positif HIV, dan jika bayi sedang demam dan sakit ringan (batuk pilek), sebaiknya menunda pemberian vaksin BCG.


Referensi:

familyfamily
Baca artikel tumbuh kembang anak di PrimaKu!
Unduh sekarang
playstoreappstore
primaku
Aplikasi tumbuh kembang anak Indonesia. Didukung penuh oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
Mitra resmi kami:
kemenkesidaibkkbn
Unduh PrimaKu
playstoreappstore
© 2023 All rights reserved PRIMAKU, Indonesia
Cari kami di: