
Prader-Willi Syndrome: Diagnosis, Tata Laksana, dan Prognosis
Author: dr. Afiah Salsabila
30 Mei 2025
Topik: Prader-Willi, Genetik, Faktor Genetik, Obesitas, Obesity
Prader-Willi Syndrome (PWS) merupakan kelainan genetik langka dan kompleks yang memengaruhi banyak sistem tubuh. Sindrom ini pertama kali dideskripsikan pada tahun 1956 dan dikenal dengan gejala khas seperti hipotonus otot berat pada masa neonatal, gangguan perilaku, keterlambatan kognitif, hiperfagia yang menyebabkan obesitas, serta gangguan hormonal. Penyebab PWS adalah hilangnya ekspresi gen paternal di wilayah kromosom 15q11.2-q13 yang mengakibatkan disfungsi hipotalamus, yang memicu berbagai manifestasi klinis termasuk gangguan kontrol nafsu makan, pertumbuhan, dan perkembangan neuropsikiatri. (1,2)
Etiologi dan Mekanisme Genetik
Secara molekuler, PWS disebabkan oleh tiga mekanisme utama. Mayoritas kasus (65-75%) terjadi karena delesi paternal pada kromosom 15q11.2-q13, yang menghilangkan fungsi gen penting. Sekitar 20-30% kasus berasal dari uniparental disomy maternal (UPD), yaitu kedua kromosom 15 anak berasal dari ibu sehingga gen paternal tidak terekspresi. Sisanya disebabkan oleh gangguan imprinting, termasuk kesalahan epigenetik pada pusat pengatur imprinting kromosom 15. Hilangnya ekspresi gen paternal menyebabkan disfungsi hipotalamus yang berperan dalam regulasi nafsu makan, suhu tubuh, dan fungsi hormonal. (1,2)
Faktor Risiko
Faktor risiko genetik PWS sebagian besar bersifat sporadis dan jarang terjadi secara familial. Riwayat keluarga dengan kelainan serupa sangat jarang ditemukan kecuali dalam kasus gangguan imprinting yang diwariskan atau translokasi kromosom. Usia ibu yang lebih tua diduga meningkatkan risiko UPD maternal, meskipun bukti ini belum kuat. Insidensi PWS diperkirakan antara 1 dari 10.000 hingga 30.000 kelahiran hidup, dengan distribusi yang merata antara ras dan jenis kelamin. (1,3)
Diagnosis
Diagnosis klinis PWS didasarkan pada gambaran khas. Pada masa neonatal, hipotonus otot yang berat menyebabkan kesulitan menyusu dan gagal tumbuh. Keterlambatan perkembangan motorik dan bahasa muncul seiring bertambahnya usia. Pada usia 2-6 tahun, hiperfagia dan obesitas progresif menjadi ciri utama. Gejala lain meliputi hipogonadisme, defisiensi hormon pertumbuhan, gangguan tidur seperti sleep apnea, serta fenotip wajah khas (dahi menonjol, wajah segitiga, bibir tipis, sudut mulut menurun). (1,2)
Konfirmasi diagnosis dilakukan dengan analisis metilasi DNA untuk mendeteksi gangguan imprinting di kromosom 15q11.2-q13. Pemeriksaan tambahan seperti FISH atau mikroarray kromosom dapat digunakan untuk mengidentifikasi delesi, sementara analisis uniparental disomy membantu membedakan jenis mutasi. Diagnosis dini penting untuk memulai intervensi yang tepat dan mencegah komplikasi serius terkait obesitas dan gangguan perkembangan. (1,2)
Tata Laksana
Penatalaksanaan PWS bersifat multidisipliner. Pada masa bayi, terapi fokus pada mengatasi hipotonus dan memastikan nutrisi adekuat. Saat hiperfagia muncul, pengaturan kalori ketat dan pembatasan akses makanan sangat penting. Terapi hormon pertumbuhan (Growth Hormone Therapy, GHT) terbukti meningkatkan tinggi badan, massa otot, dan kognisi, dengan pemantauan ketat untuk menghindari efek samping.
Terapi fisik dan okupasi membantu memperbaiki tonus otot dan keterlambatan motorik. Intervensi psikososial dan perilaku diperlukan untuk mengelola gangguan emosional dan kontrol impuls. Terapi hormon seks juga diberikan untuk mengatasi hipogonadisme, serta pengelolaan gangguan tiroid dan tidur sesuai kebutuha. (1,2)
Prognosis
Prognosis PWS sangat dipengaruhi oleh diagnosis dan penatalaksanaan dini. Intervensi tepat dapat meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi risiko komplikasi obesitas seperti diabetes tipe 2 dan penyakit kardiovaskular. Kecerdasan intelektual pasien biasanya ringan hingga sedang terganggu (IQ 60–70), namun dengan stimulasi dan pendidikan adekuat, banyak pasien dapat mencapai kemandirian tertentu.
Perkembangan motorik biasanya tertunda secara signifikan karena hipotonus, sedangkan perkembangan bahasa juga lambat. Fase hiperfagia yang muncul pada masa kanak-kanak meningkatkan risiko obesitas parah jika tidak dikelola. Gangguan perilaku meliputi kecemasan, impulsivitas, dan perilaku obsesif-kompulsif. Dukungan keluarga yang stabil dan terintegrasi sangat membantu dalam keberhasilan penanganan jangka panjang. (1,2)
Daftar Pustaka
- Cassidy SB, Schwartz S, Miller JL, Driscoll DJ. Prader-Willi syndrome. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK553161/
- GeneReviews® [Internet]. Prader-Willi syndrome. Seattle (WA): University of Washington, Seattle; 1993-2024. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK1330/
