primaku
Mitra resmi kami:
kemenkesidaibkkbn
Unduh PrimaKu di:
playstoreappstore

Rotavirus: Etiologi, Komplikasi, dan Tatalaksana

Oleh: dr. Afiah Salsabila

Topik: Diare, Rotavirus, Imunisasi Rotavirus, Dehidrasi

Rotavirus adalah penyebab utama diare akut yang menyebabkan dehidrasi berat pada anak-anak di bawah usia lima tahun. Meskipun vaksin rotavirus telah diperkenalkan secara global sejak lebih dari satu dekade lalu, infeksi rotavirus masih menjadi penyebab dari 200.000 kematian anak setiap tahunnya.[1,2]  Data Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2020, menunjukkan bahwa diare merupakan penyebab kematian kedua setelah pneumonia pada bayi usia 29 hari hingga 11 bulan (9,8%) dan balita usia 12–59 bulan (4,5%). Tak hanya kematian, diare juga dapat menyebabkan peningkatan risiko stunting karena dapat mengganggu penyerapan makronutrien maupun mikronutrien penting yang diperlukan anak untuk tumbuh [3]. Artikel ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya deteksi dini dan intervensi untuk mengurangi dampak rotavirus pada anak-anak.


Etiologi Rotavirus


Rotavirus termasuk dalam famili Reoviridae dan memiliki struktur unik dengan tiga lapisan kapsid yang melindungi genom RNA-nya. Virus ini menginfeksi sel-sel saluran cerna, khususnya enterosit di usus halus. Hal ini menyebabkan hancurnya sel penyerap di vili usus, memicu sekresi cairan yang abnormal melalui protein enterotoksin NSP4, serta peningkatan aktivitas sistem saraf enterik [1]. 

Penularan rotavirus terjadi melalui jalur fekal-oral, baik melalui kontak langsung dengan individu yang terinfeksi maupun melalui benda atau makanan yang terkontaminasi. Virus ini juga sangat stabil di lingkungan, memungkinkan penularan yang luas di masyarakat [1].


Komplikasi Rotavirus


Infeksi rotavirus dapat menyebabkan dehidrasi berat, terutama pada anak-anak di bawah usia dua tahun. Dehidrasi adalah penyebab utama kematian terkait rotavirus, terutama di negara-negara berkembang yang memiliki akses terbatas terhadap perawatan medis. [1] Selain itu, diare berulang akibat rotavirus dapat menyebabkan kekurangan gizi dan hambatan tumbuh kembang anak, seperti stunting. [3] Data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 menunjukkan bahwa prevalensi diare pada balita mencapai 9,8%, menandai diare sebagai masalah kesehatan yang signifikan di Indonesia. [3]

Diare akibat rotavirus biasanya melibatkan diare osmotik akibat malabsorpsi dan diare sekretorik yang disebabkan oleh peningkatan ion klorida di lumen usus. Mekanisme ini sering disertai oleh muntah, demam, dan nafsu makan yang berkurang, yang semuanya memperparah dehidrasi berat [2]



Pendekatan Pencegahan dan Penanganan


Pencegahan dan penanganan rotavirus melibatkan pendekatan berbasis vaksin dan perawatan klinis. Pemberian vaksin rotavirus telah terbukti secara signifikan mengurangi tingkat perawatan inap dan kematian akibat diare terkait rotavirus. Di negara-negara yang telah mengadopsi vaksinasi rotavirus dalam jadwal imunisasi nasional, kasus diare berat yang memerlukan perawatan inap menurun hingga 67%, dan kematian akibat diare turun sekitar 42% [2].


Meski demikian, efektivitas vaksin bervariasi antara negara berpenghasilan rendah dan tinggi. Di negara berpenghasilan rendah, faktor-faktor seperti malnutrisi, infeksi saluran pencernaan yang bersamaan, dan kondisi lingkungan yang buruk dapat mengurangi respons imun terhadap vaksin [1]. Oleh karena itu, selain vaksinasi, strategi seperti pemberian terapi rehidrasi oral (TRO) sangat penting untuk menangani dehidrasi berat. TRO efektif dalam menggantikan cairan tubuh yang hilang dan mencegah komplikasi lebih lanjut akibat dehidrasi.


Intervensi lain yang mendukung meliputi pemberian ASI eksklusif, yang dapat memberikan perlindungan pasif terhadap rotavirus melalui antibodi ibu. Studi juga menunjukkan bahwa probiotik tertentu dapat membantu mengurangi durasi dan keparahan diare [1].


Peran Deteksi Dini

Deteksi dini adalah salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi serius akibat infeksi rotavirus. Anak-anak dengan gejala seperti diare berair, muntah, demam, dan tanda-tanda dehidrasi berat seperti mulut kering, penurunan buang air kecil, dan lemas harus segera mendapatkan perhatian medis. Pemeriksaan feses untuk mendeteksi antigen rotavirus dapat membantu memastikan diagnosis dengan cepat [1].


Kesimpulan

Infeksi rotavirus tetap menjadi tantangan besar dalam kesehatan anak-anak, terutama di negara-negara berkembang. Peningkatan kesadaran tentang pentingnya vaksinasi, deteksi dini, dan manajemen yang tepat dapat secara signifikan mengurangi dampak penyakit ini. Sebagai dokter anak, peran Anda dalam memberikan edukasi kepada orang tua dan memastikan akses terhadap vaksinasi sangat penting untuk melindungi generasi mendatang dari bahaya rotavirus.


Referensi

  1. Omatola CA, Olaniran AO. Rotaviruses: From Pathogenesis to Disease Control—A Critical Review. Viruses. 2022;14(875):1-34.
  2. Crawford SE, Ramani S, Tate JE, et al. Rotavirus Infection. Nat Rev Dis Primers. 2017;3(17083):1-24.
  3. Survei Status Gizi Indonesia (SSGI). Laporan Nasional 2021. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2021.

familyfamily
Baca artikel tumbuh kembang anak di PrimaKu!
Unduh sekarang
playstoreappstore
primaku
Aplikasi tumbuh kembang anak Indonesia. Didukung penuh oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
Mitra resmi kami:
kemenkesidaibkkbn
Unduh PrimaKu
playstoreappstore
© 2023 All rights reserved PRIMAKU, Indonesia
Cari kami di: