Tanya Jawab 2 Seputar Vaksin Palsu
Author:
Topik: bayi, Pra-sekolah
Tanya Jawab Seputar Vaksin Palsu 2
T: Dok, anak saya yang berusia 2 tahun sekitar 2 minggu lalu divaksin influenza di salah satu rumah vaksin di Jakarta. Vaksin tersebut adalah Abbot dengan tanggal kadaluarsa Desember 2016 dengan harga sekitar Rp.250.000,00. Apakah vaksin tersebut palsu ya dok dan apakah vaksinasi tersebut perlu diulang atau tidak. Saya sudah membayar lunas sekitar Rp.1.100.000,00 untuk vaksin typhoid dan hepatitis A, tetapi dengan adanya berita vaksin palsu saya jadi ragu karena rumah sakit banyak yang kosong untuk vaksin tersebut dan saya konfirmasi ke klinik ternyata mereka impor dari Singapura. Bagaimana ya dok saya lanjutkan saja atau saya tunda dulu ya dok?
J: Untuk memastikan keaslian vaksin yang digunakan di suatu RS/ Klinik, pimpinan RS/ klinik memiliki kewajiban memberikan deklarasi keaslian vaksin yang digunakan. Keaslian vaksin dijamin apabila pengadaannya bersumber dari distributor resmi yang terdaftar di BPOM. Contoh surat pernyataan pimpinan RS dapat dilihat seperti yang dilakujan DirUt RSAB Harapan Kita, terlampir. Untuk vaksin selanjutnya menjadi tidak bermasalah sepanjang prosedur pengadaannya menurut standar yang diberlakukan oleh BPOM.
Dr.Toto Wisnu Hendrarto., dr., SpA(K)., DTM&H ( Anggota Satgas Imunisasi IDAI)
T: Dok, zat kimia apa saja yang terkandung didalam vaksin palsu dan apa saja reaksi jangka pendek serta jangka panjangnya bagi tubuh yg sudah terkontaminasi oleh vaksin tersebut ? Terimakasih.
J: Kita belum mengetahui zat kimia dalam vaksin palsu, masih menunggu hasil laboratorium BPOM. Mengenai efek jangka pendek bika vaksin tidak terkontaminasi kuman/ virus tidak ada efeknya tetapi efek jangka panjang anak tidak kebal terhadap penyakit, misalnya campak, difteri, meningitis, pneumonia, polio, dan sebagainya.
Dr. Sjawitri P. Siregar, Sp.A(K) - Anggota Satgas Imunisasi IDAI
T: Media di televisi dan sosial menyatakan bahwa vaksin yang dipalsukan adalah vaksin di luar vaksin wajib. Pernyataan ini dikeluarkan oleh si pelaku dan pihak penyelidik. Apakah pihak penyelidik dari Dinas Kesehatan langsung turun ke tempat- tempat pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, klinik, atau rumah sakit untuk memeriksa vaksin- vaksin palsu tersebut? Perlu adanya pernyataan dari pihak pemberi layanan kesehatan bahwa vaksin tersebut asli atau palsu supaya orang tua yakin vaksin tersebut asli atau palsu karena jika orang tua yang bertanya langsung tidak yakin akan diberi tanggapan.Kemudian, jika pada kasus anak yang sudah divaksinasi, kemudian divaksinasi kembali karena tidak yakin vaksin yang diberikan kemarin asli ternyata vaksin yang lalu asli, apakah dampaknya? Hal ini menjadi buah simalakama karena ingin divaksin ulang karena ketakutan vaksin yang kemarin palsu tetapi takut juga vaksin ulang jika ternyata yang lalu adalah vaksin asli. Sangat diharapkan jawabannya supaya ibu –ibu di Indonesia menjadi tenang.
J: Ibu dan ayah harap tetap tenang , vaksin produksi Biofarma tidak dipalsukan. Benar, vaksin produksi Biofarma tidak dipalsukan. Berdasarkan investigasi bersama antara Bareskrim, Kementerian Kesehatan, Bio Farma, Distributor resmi Biofarma dan Uji laboratrium oleh Badan POM (Pengawasan Obat dan Makanan) yang diumumkan 30 Juni 2016 jam 10.00 maka vaksin Bio Farma sampai dengan saat ini terbukti ASLI, TIDAK DIPALSUKAN. Vaksin produksi Biofarma untuk Program Imunisasi Nasional adalah vaksin Hepatitis B, Polio, BCG, Pentabio (DTP-HB-Hib), Campak, DT, Td, TT. Vaksin-vaksin tersebut diberikan di layanan kesehatan pemerintah (Posyandu, Puskesmas, RS Pemerintah), sebagian diberikandi layanan RS swasta, termasuk oleh Dokter-dokter Spesialis Anak di seluruh Indonesia. Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia telah menginstruksikan kepada seluruh Dokter Spesialis Anak untuk memeriksa sumber pembelian vaksin. Bila bersumber dari distributor tidak resmi maka tidak boleh diberikan kepada pasien. Berdasarkan informasi dari beberapa dokter spesialis anak, Dinas Kesehatan bersama Balai POM Daerah telah melakukan pemeriksaan langsung ke beberapa RS dan praktek pribadi dokter spesialis anak. Sampai saat ini belum ada laporan pemberian vaksin palsu oleh dokter spesialis anak, dan belum ada laporan dampak negatif vaksin palsu pada bayi / anak. Oleh karena itu para orangtua diharap tetap tenang dan melanjutkan imunisasi sesuai jadwal. Bila ada keluhan mengenai bayi / anak setelah imunisasi segera berkonsultasi ke tempat layanan imunisasi sebelumnya
Dr dr Soedjatmiko, SpA(K), MSi - anggota Satgas Imunisasi IDAI
Sementara imunisasi tidak perlu diulang, lanjutkan sesuai jadwal.
Vaksin produksi Biofarma terbukti tidak dipalsukan. Vaksin produksi pabrik lain sedang diteliti oleh Badan POM bersama instansi lain, untuk dipastikan nama dagangnya, sejak kapan dipalsukan, berapa banyak produksinya, isinya apa, dipakai di RS apa,dikota apa, sejak kapan dll. Kalau sudah ada pengumuman lebih rinci tentang hal-hal tersebut di atas akan dikaji mendalam apakah perlu imunisasi ulang atau tidak, sampai batas umur berapa, vaksin yang mana, berapa kali dll. Sambil menunggu hasil penelitian tersebut,marilah kita lanjutkan imunisasi bayi balita kita sesuai jadwal, agar terlindung dari penyakit menular berbahaya yang dapat menimbulkan sakit berat, cacat atau kematian.
DR. Dr Soedjatmiko, SpA(K), Msi - anggota Satgas Imunisasi IDAI
T: Apakah kandungan dalam vaksin BCG palsu, yg menurut berita hanya berupa larutan nacl+antibiotik bisa memberikan efek bisul dan bekas yg sama dengan BCG yg asli? Asumsi saya, kalau BCG berbekas dan uji tuberkulin diatas 11 mm berarti bisa bernafas lega bahwa vaksin BCG yg diberikan asli.
J: Vaksin palsu jika berisi larutan infus dan gentamycin tidak akan menimbulkan jaringan parut (scar) sehingga jika terdapat scar pada lengan hampir dipastikan vaksinnya asli. Uji tuberkulin bisa menimbulkan hasil positif tidak saja oleh BCG namun juga oleh infeksi kuman TB alamiah. Oleh sebab itu, tidak direkomendasi untuk melihat proteksi BCG dari pemeriksaan uji tuberkulin. Masih mungkin jika mendapat imunisasi BCG dengan vaksin asli namun dilakukan uji tuberkulin hasilnya negatif.
Dr. Nastiti Kaswandani, Sp.A(K) - Anggota Satgas Imunisasi IDAI
Rubrik ini diasuh oleh:
Prof. Dr. Cissy B. Kartasasmita, M.Sc, Ph.D, Sp.A(K) -Ketua Satgas Imunisasi IDAI
DR. Dr. Hindra Irawan Satari, Sp.A(K), MTropPaed -Sekretaris Satgas Imunisasi IDAI