Terlanjur Stunting, Apa yang Bisa Dilakukan agar Tumbuh Kembang Anak Membaik? (Part I)
Author: Marisha A
Editor: dr. Dini Astuti Mirasanti Sp.A
Topik: Stunting, Perkembangan
Stunting akibat kurang gizi kronik merupakan masalah kesehatan global yang hingga kini masih menjadi pekerjaan rumah yang perlu ditangani secara serius. Berdasarkan data yang dihimpun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setidaknya ada lebih dari 162 juta anak di dunia berusia di bawah 5 tahun yang mengalami stunting.
Ada banyak cara yang bisa dilakukan orang tua untuk mencegah terjadinya stunting pada anak sejak dini. Mulai dari mencukupi kebutuhan nutrisi ibu selama hamil, memberikan makanan yang bergizi pada anak sejak mulai MPASI, hingga memastikan cara makan yang benar. Namun, bagaimana jika anak terlanjur mengalami stunting? Ketahui informasi selengkapnya, yuk!
Ketahui penyebab stunting
Evaluasi pertama yang harus dilakukan apabila si Kecil mengalami stunting adalah mencari tahu penyebabnya. Stunting didefinisikan sebagai perawakan pendek yang disebabkan oleh malnutrisi kronik atau infeksi kronik maupun berulang. Biasanya normal atau tidaknya pertumbuhan anak bisa dilihat dari standar tinggi badan menurut usianya.
Penyebab malnutrisi kronik ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya:
- Peningkatan kebutuhan, misalnya pada kondisi sakit kronis, infeksi maupun bukan infeksi, seperti penyakit jantung bawaan, thalassemia, infeksi tuberkulosis, dan lain-lain.
- Kurangnya asupan nutrisi, misalnya pada pemberian makan yang tidak adekuat, kemiskinan, nafsu makan anak yang rendah akibat infeksi kronik.
- Gangguan penyerapan makanan, misalnya pada alergi susu sapi atau malabsorpsi.
MomDad dapat berkonsultasi dengan dokter spesialis anak untuk mencari penyebab stunting pada si Kecil. Penelusuran penyebab harus dikerjakan secara seksama agar pengobatan yang diberikan adekuat dan bersifat individual, sesuai kebutuhan masing-masing anak. Hal ini karena kesalahan diagnosis bisa sangat merugikan anak. Bukan hanya karena masalah sesungguhnya akan terlambat diatasi, komplikasi dari pengobatan yang keliru juga dapat merugikan masa depan anak.
Sumber foto: iStock