
Cerita Dongeng: Mengajarkan Anak Apa Makna dari Berkurban
30 Jun 2023
Author: Tim PrimaKu
17 Agu 2025
Topik: Dongeng, Cerita Dongeng, Buku Dongeng
Di sebuah desa yang terletak di pantai Sumatera, hiduplah seorang ibu dengan anaknya yang bernama Malin Kundang. Mereka hidup sederhana, namun ibu Malin sangat mencintai anaknya dan selalu bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka berdua. Sejak kecil, Malin dikenal sebagai anak yang cerdas dan penuh semangat. Meskipun hidup dalam keterbatasan, Malin selalu bermimpi untuk meraih kesuksesan yang besar.
Suatu hari, Malin yang sudah beranjak dewasa merasa bahwa kehidupan di desa tidak bisa memberikan kesempatan besar bagi dirinya. Ia memutuskan untuk pergi merantau ke luar negeri untuk mencari peruntungan. Dengan penuh harapan, ia berpamitan kepada ibunya yang sangat menyayanginya, meski hati sang ibu penuh dengan kekhawatiran.
“Ibu, aku akan pergi ke kota besar dan bekerja keras. Aku akan kembali membawa harta untuk kita berdua, ibu.” kata Malin, memeluk ibunya erat sebelum berangkat.
Dengan air mata yang mengalir, sang ibu berdoa semoga Malin sukses dan kembali dalam keadaan selamat.
Malin bekerja keras di kota besar, berjuang untuk mengubah nasib. Ia mulai bekerja sebagai buruh pelabuhan, lalu berusaha berdagang, hingga akhirnya berhasil membuka usaha besar. Seiring berjalannya waktu, Malin menjadi seorang pria kaya raya dengan kapal dagang yang besar dan banyak harta.
Namun, seiring dengan kesuksesan yang diraih, Malin mulai lupa akan asal usulnya. Ia merasa malu dengan kehidupan miskin yang pernah dijalaninya, dan lebih memprioritaskan kekayaan serta status sosial. Malin pun tidak pernah lagi mengirim kabar atau kembali ke desa untuk menemui ibunya yang kini sudah tua dan lemah.
Suatu ketika, Malin yang kini sudah menjadi kaya raya memutuskan untuk berlayar menggunakan kapalnya yang besar. Ketika kapal itu tiba di desanya, sang ibu yang sudah lanjut usia melihatnya dari kejauhan. Dengan gembira, ia berlari menuju kapal itu, berharap bahwa anaknya yang sudah lama hilang akan kembali.
“Malin... Malin anakku! Ibu rindu padamu!” teriak sang ibu sambil menangis.
Namun, Malin yang melihat ibunya justru merasa malu. Ia tidak ingin orang-orang mengetahui bahwa ibu yang datang kepadanya adalah ibu yang miskin. Malin pun berkata dengan kasar, “Aku bukan anakmu! Pergilah!” sambil mengusir ibunya.
Sang ibu terkejut dan sangat sedih. Dengan air mata yang mengalir deras, ia berdoa agar anaknya diberikan pelajaran karena telah mengabaikan kasih sayang dan pengorbanan seorang ibu.
“Semoga engkau mendapat pelajaran atas perbuatanmu, Malin Kundang.” doa sang ibu penuh kesedihan.
Setelah itu, sang ibu kembali ke rumahnya dengan hati yang hancur. Malin, yang merasa tidak bersalah, melanjutkan perjalanannya. Namun, tak lama setelah itu, sebuah badai besar datang dengan sangat mendalam. Kapal besar yang ditumpangi Malin terhempas oleh ombak yang sangat kuat, dan kapal tersebut hancur berkeping-keping. Malin dan anak buah kapalnya terlempar ke lautan yang ganas.
Setelah badai reda, tubuh Malin ditemukan terdampar di pantai. Namun, anehnya, tubuhnya telah berubah menjadi batu. Batu itu memiliki bentuk seperti seorang pria yang sedang berlutut dengan wajah penuh penyesalan. Konon, batu tersebut adalah Malin Kundang, yang mendapatkan hukuman atas perbuatannya yang durhaka terhadap ibunya.
Pesan Moral
Kisah Malin Kundang mengajarkan kita untuk selalu menghormati dan menyayangi orang tua, terutama ibu. Tidak ada kekayaan atau kesuksesan yang bisa menggantikan kasih sayang dan pengorbanan seorang ibu. Jangan sekali-kali melupakan asal-usul dan perjuangan orang tua yang telah membesarkan kita dengan penuh cinta dan kerja keras. Sebab, tidak ada kebahagiaan yang sejati tanpa penghargaan kepada mereka yang telah memberi kita kehidupan.
30 Jun 2023
3 Mei 2025
10 Mei 2025
16 Mei 2025