Membangun Generasi Sehat: Lindungi Si Kecil dari Malnutrisi
Author: Sekar Retno Ayu
Editor: dr. Dini Astuti Mirasanti, Sp.A
Topik: Kesehatan Anak, Malnutrisi, Nutrisi, Tumbuh Kembang
Secara global pada tahun 2022, sekitar 149 juta anak usia di bawah 5 tahun diperkirakan mengalami stunting (terlalu pendek untuk usia), 45 juta mengalami wasted (terlalu kurus untuk tinggi badannya), dan 37 juta mengalami kelebihan berat badan atau hidup dengan obesitas. Hampir setengah dari seluruh kematian di antara anak-anak di bawah usia 5 tahun terkait dengan masalah gizi [1].
Sebagai orang tua, kita semua ingin memberikan yang terbaik bagi buah hati, termasuk memastikan mereka mendapatkan asupan gizi yang tepat. Malnutrisi, baik kekurangan maupun kelebihan nutrisi, dapat berakibat fatal bagi tumbuh kembang anak. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami jenis-jenis malnutrisi dan cara mencegahnya.
Macam-macam & dampak malnutrisi
Malnutrisi tidak hanya terbatas pada kekurangan gizi. Berikut jenis-jenis malnutrisi yang MomDad perlu ketahui [1]:
1. Kekurangan gizi
Termasuk di dalam kondisi ini adalah wasting (berat badan terlalu rendah untuk tinggi badannya, stunting (tinggi badan terlalu rendah untuk usianya), dan underweight (berat badan terlalu rendah untuk usianya).
2. Kelebihan gizi
Terjadi ketika anak mengalami overweight (kelebihan berat badan) atau obesitas.
Kelebihan berat badan pada anak umumnya disebabkan oleh ketidak seimbangan antara energi yang dikonsumsi dengan yang dikeluarkan [2] atau dengan kata lain asupan yang masuk lebih tinggi daripada keperluan energi harian yang dikeluarkan. Hal ini disebabkan karena pola makan, komposisi makanan yang tinggi lemak, kurang aktivitas fisik, pola tidur tidak baik, kurangnya pengetahuan orang tua, dan tingkat sosioekonomi [3].
Kelebihan berat badan dapat meningkatkan risiko anak untuk mengalami berbagai penyakit kanker dan penyakit metabolik, seperti diabetes mellitus, hipertensi, kolesterol tinggi, penyakit jantung koroner, dan lain-lain, di kemudian hari [4].
Risiko gangguan kesehatan lainnya yang dialami anak dengan kelebihan berat badan adalah [4]:
- Gangguan tulang dan sendi tungkai akibat beban tubuh yang berat
- Gangguan pernapasan seperti sumbatan jalan napas saat tidur (obstructive sleep apnea) dan asma yang sulit dikontrol
- Gangguan perlemakan hati dan empedu
- Gangguan pola menstruasi pada anak perempuan dan penis yang kecil pada anak laki-laki
Selain itu, dampak psikologis juga dapat dirasakan pada anak dengan kelebihan berat badan, seperti rendahnya gambar/citra diri dan sering diejek/dirundung oleh teman sebaya. Hal ini dapat meningkatkan risiko depresi, serta gangguan perilaku makan [3].
3. Hidden Hunger
Hidden hunger adalah kekurangan zat gizi mikro seperti kekurangan vitamin dan mineral penting, yang seringkali tidak menimbulkan gejala yang mudah dilihat tetapi dapat mempengaruhi fungsi tubuh dan perkembangan otak.
Selain mempunyai risiko lebih tinggi untuk mengalami penyakit menular, anak-anak dengan malnutrisi juga memiliki risiko yang jauh lebih tinggi untuk mengalami sakit yang lebih parah [5]. Anak wasting, khususnya anak gizi buruk, memiliki sistem imunitas yang rendah sehingga mudah terkena penyakit infeksi seperti diare, batuk pilek, dan pneumonia.
Upaya pencegahan malnutrisi
Untuk mencegah malnutrisi dan dampaknya bagi tumbuh kembang anak, MomDad dapat menerapkan beberapa langkah penting berikut ini sejak dini:
- Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif [6]
IMD adalah proses bayi menyusu segera setelah lahir Pada IMD, bayi diletakkan di atas perut ibu dan dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak disodorkan ke puting susu). IMD bukan hanya langkah awal menyusui, tetapi momen krusial bagi kelangsungan hidup dan masa depan bayi. Membiarkan bayi mencari puting ibu sendiri segera setelah lahir, tanpa bantuan, merupakan awal ideal untuk pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan pertama.
Lebih dari sekadar langkah awal, IMD terbukti menyelamatkan nyawa bayi hingga mampu menurunkan angka kematian bayi baru lahir hingga sekitar 22%. Selain itu, ASI terbukti dapat membantu memenuhi kebutuhan nutrisi bayi hingga usia 2 tahun, meningkatkan kekebalan tubuh, dan mencegah stunting.
- Imunisasi
Imunisasi membantu melindungi anak dari berbagai penyakit menular yang dapat menghambat penyerapan nutrisi dan meningkatkan risiko malnutrisi. Vaksin yang direkomendasikan oleh WHO dan UNICEF telah terbukti aman dan efektif dalam mengurangi risiko penyakit dan kematian anak-anak, bahkan pada anak yang kekurangan gizi [7].
Imunisasi dan nutrisi berjalan beriringan [8]. Dengan memberikan imunisasi lengkap, anak-anak dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal, terhindar dari berbagai penyakit, dan mencapai potensi penuh mereka. Imunisasi merupakan investasi penting untuk masa depan generasi yang sehat dan kuat [7].
- MPASI
MPASI adalah makanan atau minuman tambahan yang diberikan kepada bayi berusia 6 bulan ke atas sebagai pendamping ASI. Pada usia 6 bulan, ASI saja tidak akan memenuhi kebutuhan energi dan nutrisi yang diperlukan bayi. MPASI berperan dalam melengkapi kebutuhan nutrisi yang tidak dapat dipenuhi oleh ASI saja
Menyediakan MPASI yang tepat waktu, memadai, aman, dan higienis sangat penting untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita yang optimal [9].
Pemberian MPASI yang seimbang
Bayi usia 6 bulan ke atas membutuhkan lebih banyak energi dan nutrisi. Selain ASI, peran MPASI juga penting untuk membantu memenuhi kebutuhan anak pada usia ini. Jika MPASI tidak diperkenalkan pada usia 6 bulan atau jika diberikan secara tidak tepat, pertumbuhan bayi dapat terhambat. Untuk memastikan kebutuhan nutrisi anak terpenuhi, sesuai dengan rekomendasi WHO tahun 2003, pemberian MPASI yang baik harus memenuhi syarat berikut [10,11]:
- Tepat waktu
MPASI diperkenalkan ketika kebutuhan energi dan nutrisi tidak lagi dapat dipenuhi oleh ASI.
- Adekuat
MPASI memiliki kandungan energi, protein, dan mikronutrien yang dapat memenuhi kebutuhan makronutrien dan mikronutrien bayi sesuai usianya. Makronutrien terdiri dari karbohidrat, protein (terutama protein hewani seperti daging, ikan, dan telur), dan lemak. Mikronutrien terdiri dari vitamin dan mineral yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan, seperti zat besi, zink, kalsium, dan vitamin A.
- Aman
MPASI disiapkan dan disimpan dengan cara yang higienis, diberikan menggunakan tangan dan peralatan makan yang bersih, bukan dengan botol dan dot.
- Tepat
Pemberian MPASI mengikuti prinsip responsive feeding, artinya MPASI diberikan dengan memperhatikan sinyal rasa lapar dan kenyang anak.
Aspek penting lainnya yang perlu diperhatikan dalam pemberian MPASI antara lain adalah memperhatikan konsistensi makanan yang mencerminkan kemampuan anak dalam mengunyah dan menelan, frekuensi makan yang cukup, kepadatan energi dan kandungan gizi, serta penggunaan suplemen vitamin dan mineral, atau produk fortifikasi jika diperlukan [11].
Hindari kesalahan dalam pemberian MPASI
Kurangnya pengetahuan dan praktik pemberian MPASI yang benar di kalangan orang tua berisiko menyebabkan obesitas pada anak. Beberapa kesalahan umum yang sering terjadi sehingga meningkatkan risiko obesitas pada anak, antara lain:
1. Pemberian MPASI terlalu dini (usia di bawah 4 bulan)
Memberikan MPASI sebelum usia 6 bulan, terlebih di bawah 4 bulan, dapat meningkatkan risiko obesitas pada anak. Hal ini karena sistem pencernaan bayi belum siap menerima makanan padat dan asupan kalori berlebihan dapat menyebabkan penumpukan lemak [12].
2. Memberikan makanan dewasa seperti snack yang bukan khusus bayi
Memberikan makanan yang memiliki kadar lemak atau karbohidrat yang tinggi, pemanis dan penyedap rasa tambahan, seperti makanan dewasa atau snack yang bukan khusus bayi, dapat meningkatkan risiko obesitas karena makanan ini tidak sesuai dengan kebutuhan gizi bayi dan dapat mengganggu pola makannya [13]. Masalah lain yang berkaitan dengan pemilihan jenis MPASI adalah komposisi karbohidrat atau lemak yang terlalu dominan dan kurang memperkenalkan sumber serat seperti sayur dan buah.
3. Memberikan MPASI yang tidak sesuai dengan tahapan usia anak
Setiap tahapan usia anak memiliki kebutuhan gizi yang berbeda. Memberikan MPASI yang tidak sesuai dengan tahapan usia anak dapat menyebabkan bayi memiliki pola makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan energinya. Kondisi yang akan membuat bayi terbiasa dengan makan banyak atau berlebihan ini berisiko membuat bayi menjadi gemuk atau obesitas [12].
MPASI fortifikasi sebagai alternatif MPASI
Program seribu hari pertama kehidupan yang dicanangkan oleh UNICEF [14] menekankan pentingnya pemenuhan nutrisi optimal pada periode ini. ASI, MPASI kaya zat gizi, dan suplementasi mikronutrien (vitamin A, zat besi, zink, dan iodium) menjadi kunci utama untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan optimal otak bayi.
Dalam beberapa kondisi, saat kebutuhan nutrisi tidak dapat dipenuhi dengan makanan tanpa fortifikasi, anak-anak usia 6-23 bulan dapat memperoleh manfaat dari suplemen nutrisi atau produk makanan yang difortifikasi [15]. MPASI fortifikasi hadir sebagai alternatif tepat untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan gizi bayi.
MPASI fortifikasi tidak ditujukan untuk menggantikan MPASI homemade. Keduanya dapat saling melengkapi untuk memenuhi kebutuhan gizi dan mendukung tumbuh kembang si Kecil.
MPASI homemade dibuat untuk mengenalkan rasa asli makanan rumahan. Keberagaman pangan dari MPASI homemade juga akan memberikan pengalaman makan yang lebih kaya dan kemudahan dalam proses pembelajaran makan bayi selanjutnya [16].
MPASI fortifikasi dibuat berdasarkan ketentuan khusus yang ditetapkan oleh WHO yang, meliputi standar keamanan, higienitas dan kandungan nutrisi [16]. Perlu diketahui juga, MPASI fortifikasi di Indonesia telah melalui pengawasan ketat oleh BPOM. BPOM memiliki aturan khusus yang sangat ketat untuk makanan bayi, jauh lebih tinggi dibandingkan standar makanan dewasa, seperti diantaranya makanan bayi tidak boleh mengandung pengawet, pewarna, penguat rasa, dan harus menggunakan bahan alami, serta kandungan gula dan garamnya pun harus berada di bawah batas ambang yang diizinkan. MPASI fortifikasi yang telah memiliki izin dari BPOM dapat dipastikan aman dikonsumsi untuk bayi.
Baik MPASI homemade maupun fortifikasi dapat menjadi pilihan yang tepat untuk mencegah malnutrisi pada anak. MomDad dapat memilih jenis MPASI yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensi masing-masing anak. Konsultasikan dengan dokter anak atau ahli gizi untuk membantu MomDad dalam memilih jenis MPASI yang tepat untuk si Kecil.
Artikel ini dikutip dari Acara Talkshow Promina bersama PKK Kota Jakarta Timur & Kabupaten Bandung Barat. Acara tersebut mendatangkan Ahli yaitu Dr. dr. Lanny C Gultom, SpA (K) Nutrisi, Metabolik dan dr. Viramitha Kusnandi Rusmil, Sp.A, M.Kes untuk mengedukasi Para Ibu PKK tentang bagaimana mencegah Malnutrisi & demo masak kreasi MPASI yang bergizi dengan perpaduan bubur Promina dengan bahan-bahan pangan lokal yang ada di rumah.
Artikel ini telah divalidasi oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.
Referensi:
1 WHO. 2024. Malnutrition
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/malnutrition
2 Kemenkes RS Sardjito. 2019. Lawan Obesitas!!!
https://sardjito.co.id/2019/07/18/lawan-obesitas/
3 Mayo Clinic. 2022. Childhood Obesity
https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/childhood-obesity/symptoms-causes/syc-20354827
4 Kids Health. 2023. Overweight and Obesity
https://kidshealth.org/en/parents/overweight-obesity.html
5 Current Opinion in Infectious Disease. 2018. The impact of malnutrition on childhood infections
6 Poltekkes Kemenkes Jakarta. 2017. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Merupakan Awal Sempurna Pemberian ASI Eksklusif dan Penyelamat Kehidupan Bayi
7 The Value of Immunization Compendium of Evidence. 2018. The vicious cycle of undernutrition and infectious disease: How does it work and what role do vaccines play?
8 WHO. Immunization Agenda 2030
https://www.who.int/docs/default-source/immunization/strategy/ia2030/ia2030-document-en.pdf
9 Indonesian Community Empowerment Journal. 2024. Assistance in Strengthening MPASI (Complementary Foods for Breast Milk) Education for Optimizing Toddler Growth: Community Service in Lot Kala Village, Kebayakan District, Central Aceh Regency, Indonesia
10 Kemenkes Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. 2024. Pemberian Makanan Pendamping ASI yang Tepat untuk Pencegahan Stunting
11 WHO. 2017. Complementary Feeding
https://www.who.int/tools/elena/bbc/complementary-feeding
12 Jurnal Penelitian Perawat Profesional. 2020. Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini Meningkatkan Resiko Obesitas Pada Anak.
https://jurnal.globalhealthsciencegroup.com/index.php/JPPP/article/view/46/40
13 IDAI. 2018. Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI)
https://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/pemberian-makanan-pendamping-air-susu-ibu-mpasi
14 Neliti. 2017. Suplementasi Mikronutrien dan Penanggulangan Malnutrisi pada Anak Usia di Bawah Lima Tahun (Balita)
https://media.neliti.com/media/publications/195819-ID-suplementasi-mikronutrien-dan-penanggula.pdf
15 WHO. 2023. WHO Guideline for complementary feeding of infants and young children 6–23 months of age
https://iris.who.int/bitstream/handle/10665/373358/9789240081864-eng.pdf?sequence=1
16 IDAI. 2017. Apakah makanan pendamping ASI (MPASI) komersial berbahaya buat bayi?