Meta PixelMitos seputar MPASI yang Kerap Dipercaya Orang Tua<!-- --> | Articles | <!-- -->PrimaKu - Pelopor Aplikasi Tumbuh Kembang Anak di Indonesia

Mitos seputar MPASI yang Kerap Dipercaya Orang Tua

Author: Tim PrimaKu

16 Jun 2025

Topik: Mitos atau Fakta, MPASI, MPASI Anak, Tekstur MPASI

Di MPASI, bayi mulai dikenalkan pada beragam jenis makanan padat selain ASI. Namun, masih banyak mitos yang beredar di tengah masyarakat yang bisa memengaruhi cara orang tua memberikan MPASI. Jika tidak diluruskan, mitos-mitos ini bisa berdampak pada asupan nutrisi anak dan mengganggu proses tumbuh kembangnya. Berikut beberapa mitos seputar MPASI yang masih sering dipercaya.


1. “MPASI harus diawali dengan makanan manis seperti buah-buahan agar bayi mau makan.”

Faktanya: Tidak ada urutan wajib makanan pertama untuk MPASI. Yang penting adalah memastikan makanan tersebut memiliki kecukupan nutrisi baik makronutrien dan mikronutrien serta teksturnya sesuai dengan usia bayi. Bayi dapat dikenalkan dengan berbagai khasanah rasa untuk meningkatkan penerimaan terhadap berbagai jenis makanan.

2. “Kalau belum tumbuh gigi, bayi belum boleh makan makanan padat.”

Faktanya: Gigi bukan syarat utama untuk memulai MPASI. Bayi dapat mulai MPASI saat menunjukkan tanda kesiapan makan seperti mampu duduk dengan bantuan dan menggerakkan makanan di mulut. Bayi mengunyah menggunakan gusi, sehingga tetap bisa mengonsumsi makanan tekstur lembut meski belum tumbuh gigi.

3. “Kaldu tulang sudah cukup sebagai sumber zat besi.”

Faktanya: Kaldu memang bisa menambah rasa makanan, tapi kandungan zat besinya sangat minim. World Health Organization (WHO) merekomendasikan pemberian MPASI yang mengandung zat besi tinggi, seperti daging merah, atau hati ayam.

4. “Bayi harus menghabiskan porsi makannya agar tumbuh sehat.”

Faktanya: Pemaksaan makan bisa menimbulkan pengalaman makan yang negatif dan justru membuat bayi enggan makan. AAP menganjurkan responsive feeding, yaitu orang tua mengenali sinyal lapar dan kenyang dari bayi, bukan berfokus pada habis tidaknya makanan.

5. “MPASI harus tanpa bumbu sama sekali agar tidak merusak ginjal bayi.”

Faktanya: Banyak orang tua khawatir menambahkan bumbu alami seperti bawang putih, daun salam, atau kunyit karena dianggap bisa memberatkan kerja ginjal bayi. Namun, menurut European Society for Paediatric Gastroenterology, Hepatology and Nutrition (ESPGHAN) dan juga panduan dari UNICEF, penggunaan bumbu alami (non-pedas, tanpa garam dan gula) dalam jumlah wajar justru bisa membantu bayi mengenali rasa dan membangun preferensi makan yang baik ke depannya.


Bumbu dapur alami seperti bawang, jahe, atau daun salam mengandung antioksidan dan senyawa anti radang yang justru baik untuk kesehatan bila digunakan dalam porsi kecil dan tidak mengandung MSG, garam berlebih, atau bahan kimia lainnya.

Memahami fakta di balik mitos seputar MPASI sangat penting agar kita bisa memberikan asupan yang optimal untuk tumbuh kembang anak. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter anak atau nutrisionis jika menemukan informasi yang membingungkan.


Referensi:

  • American Academy of Pediatrics. (2022). Starting Solid Foods. HealthyChildren.org.
  • Dewey KG. (2013). The challenge of meeting nutrient needs of infants and young children during the period of complementary feeding. Journal of Nutrition. https://doi.org/10.3945/jn.113.182527
  • Fewtrell, M., et al. (2017). Complementary Feeding: A Position Paper by the ESPGHAN Committee on Nutrition. Journal of Pediatric Gastroenterology and Nutrition, 64(1), 119–132.
  • FOOD FOR 6 TO 24 MONTHS OLD CHILDREN