Sarapan? Gak ah…
Author:
Topik: Pra-sekolah, Sekolah
Sarapan? Gak ah…
Banyak penelitian di dunia yang menyatakan sekitar 10-30% anak dan remaja tidak pernah secara rutin melakukan sarapan. Kalaupun mempunyai kebiasaan sarapan, tetapi kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi tidak memadai untuk dapat disebut sebagai energi awal bagi hari itu. Tidak terbiasanya sarapan tidak dapat terlepas dari pengaruh persepsi diri dan lingkungan yang menganggap proses makan hanyalah untuk menghilangkan rasa lapar, pemenuhan kebutuhan agar tidak sakit serta kepentingan sosial dan budaya lainnya.
Padahal, sarapan merupakan kegiatan yang diperlukan oleh tubuh setelah lebih dari 6 jam “berpuasa” sehingga diperlukan makanan yang siap untuk menjadi energi untuk aktivitas awal hari itu. Tidak sarapan akan memengaruhi kemampuan intelektual dan fisik sesorang.
Pada anak, dengan mengonsumsi sarapan yang adekuat akan dapat meningkatkan kemampuan daya ingat, konsentrasi, kemampuan memecahkan masalah, serta menganalisis sesuatu. Peningkatan kemampuan ini tidak saja berlangsung setelah kegiatan sarapan dilakukan, tetapi juga memengaruhi kinerja dan kemampuan di hari tersebut.
Bagaimana sarapan dapat memengaruhi fungsi/kerja otak? Sarapan memengaruhi kerja otak lewat dua mekanisme, yaitu: meningkatkan efisiensi proses berpikir serta menyediakan zat gizi yang esensial bagi sistim saraf pusat. Sarapan yang dilakukan dengan rutin juga terbukti membawa pengaruh positif terhadap metabolisme tubuh. Insulin akan menjadi lebih sensitif sehingga gula darah relatif terkontrol. Kadar kolesterol bebas dan trigliserida terjaga, sehingga dalam jangka panjang akan memberi efek yang baik bagi kesehatan jantung.
Sarapan yang dilakukan secara rutin juga terbukti dimiliki oleh individu dengan indeks massa tubuh yang lebih rendah, artinya anak yang secara regular melakukan kegiatan sarapan memiliki risiko lebih kecil untuk mengalami kegemukan. Terbukti pula, rutinitas sarapan juga menjamin terpenuhinya kebutuhan vitamin dan mineral yang dibutuhkan dalam tubuh.
Makanan seperti apa yang harus dikonsumsi sewaktu sarapan? Sebetulnya tidak perlu yang khusus, tetapi justru merupakan bagian dari menu diet seimbang. Gabungan antara karbohidrat yang simpleks yang cepat memberi energi dan karbohidrat kompleks yang dapat mempertahankan gula darah stabil lebih alam (indeks glikemik yang rendah) sangat dianjurkan untuk memulai hari dengan sarapan. Tetapi tetap juga diperlukan protein dan lemak dalam komposisi sarapan untuk memberikan rasa kenyang dan berkontribusi dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
Idealnya 50% dari energi yang didapat dari sarapan berasal dari karbohidrat. Oleh karenanya sereal dan produk susu sering menjadi pilihan bagi ibu dan remaja yang seringkali tidak mau berlama-lama untuk menyiapkan sarapan. Tetapi sesungguhnya sarapan tidak terbatas hanya jenis seperti ini. Perlu dipikirkan pengaruh kebiasaan, sosial budaya dan ketersediaan bahan di sekitar kita. Dan jangan lupa, orangtua harus menjadi panutan dalam menanamkan kebiasaan yang baik ini.
Jadi, mengapa harus menunda sarapan?
Penulis: Titis Prawitasari
Staf Divisi Nutrisi dan Penyakit Metabolik
Departemen Ilmu Kesehatan Anak
FK Univ. Indonesia – RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta