Wajib Paham! Tips Mencukupi Kebutuhan Vitamin dan Mineral si Kecil
Author: Fitri Permata
Editor: dr. Lucyana Alim Santoso, Sp.A
Topik: Diari Nutrisi, Vitamin dan Mineral, Nutrisi
Setiap nutrisi yang dikonsumsi si Kecil, memiliki peran penting untuk mendukung pertumbuhan anak, termasuk vitamin dan mineral. Terkadang, orang tua kerap fokus hanya pada satu nutrisi tertentu, misalnya protein saja dan kerap melupakan nutrisi yang lain. Padahal, vitamin dan mineral juga tidak boleh dilupakan karena perannya juga penting dalam tumbuh kembang anak. Sepenting apa sih peran vitamin dan mineral? Makanan apa saja yang mengandung keduanya? Yuk, kita bahas tuntas dalam artikel ini!
Peran penting vitamin dan mineral untuk tumbuh kembang anak
Kebutuhan nutrisi anak secara umum terbagi menjadi makronutrien dan mikronutrien. Makronutrien dibutuhkan tubuh dalam jumlah besar, seperti karbohidrat, protein, dan lemak. Mikronutrien adalah zat-zat yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil, seperti vitamin dan mineral.
Meskipun hanya diperlukan dalam jumlah yang kecil, kita perlu memastikan bahwa tubuh mempunyai cukup vitamin dan mineral untuk memastikan berfungsinya seluruh mekanisme metabolisme dalam tubuh. Anak-anak dan remaja juga memerlukan vitamin dan mineral untuk pertumbuhan dan perkembangan. Sumber terbaik vitamin dan mineral ini adalah dengan mengonsumsi variasi makanan yang berasal dari berbagai kelompok bahan makanan, yaitu makanan sumber protein hewani (daging sapi, ayam, ikan, telur dan produk olahan susu), biji-bijian/ grain (sereal, gandum, roti, nasi), umbi-umbian (ketela, ubi jalar, kentang), sayur-sayuran, dan buah-buahan. Khusus untuk vitamin D, yang tidak terdapat terlalu banyak pada bahan makanan, diperlukan paparan sinar matahari yang cukup.
Vitamin dan mineral yang wajib dikonsumsi anak
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan pedoman suplementasi vitamin dan mineral yang harus disesuaikan dengan kondisi di negara masing-masing, di antaranya:
1. Besi [1-3]
Suplementasi besi direkomendasikan untuk negara yang memiliki prevalensi anemia lebih dari 40%. Penyebab tersering anemia adalah defisiensi besi, suatu mikronutrien yang penting untuk perkembangan sistem saraf dan imunitas, serta regulasi metabolisme energi dan aktivitas fisik. Defisiensi besi dapat terjadi karena kurangnya asupan, meningkatnya kebutuhan saat masa pertumbuhan, atau kehilangan darah akibat infeksi cacing kronik.
Secara alamiah, besi banyak terdapat pada makanan sumber protein hewani (daging sapi, ayam, ikan, telur dan produk olahan susu). Besi anorganik juga banyak terdapat pada sayuran hijau, namun sayangnya, besi anorganik ini lebih sulit diserap, sehingga saat ini sumber zat besi yang dianjurkan adalah dari makanan sumber protein hewani.
Tabel rekomendasi WHO pemberian suplementasi besi untuk anak
Keputusan pemberian suplementasi besi untuk masing-masing anak harus dikonsultasikan dahulu dengan dokter atau dokter spesialis anak ya, MomDad!
2. Seng (zink) [4]
Seng merupakan mikronutrien yang penting untuk pertumbuhan, perkembangan dan metabolisme sel. Defisiensi seng dapat mengakibatkan hambatan pertumbuhan linier dan kerentanan terhadap infeksi. Suplementasi seng terbukti dapat menurunkan insidens diare dan pneumonia, mendukung pertumbuhan linear pada anak di bawah 5 tahun dan memiliki efek positif dalam menurunkan angka kematian terkait penyakit infeksi.
Perlu MomDad ketahui, suplementasi seng hanya dapat diberikan sesuai keperluan karena suplementasi seng terbukti menghambat penyerapan besi, sehingga ketika mempertimbangkan memberikan suplementasi seng dalam jangka panjang, MomDad harus mempertimbangkan risiko terjadinya defisiensi besi.
3. Yodium [5]
Yodium adalah mikronutrien yang sangat penting untuk perkembangan otak dan metabolisme tubuh. Ibu hamil, bayi dan balita yang mengalami kekurangan iodium akan memiliki intelligent quotient (IQ) yang lebih rendah 13,5 poin dibandingkan balita yang cukup iodium. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa defisiensi yodium ringan pada Ibu hamil akan mengakibatkan keterlambatan belajar pada anaknya.
Yodium banyak didapatkan pada makanan produk laut, seperti ikan, udang, rumput laut, dan lain-lain. Untuk memastikan kecukupan mineral yang sangat penting ini, WHO merekomendasikan fortifikasi yodium pada garam dapur sebagai strategi untuk menjamin kecukupan konsumsi yodium di masyarakat. Sebagai catatan, karena yodium sangat mudah menguap bila dipanaskan, garam yodium sebaiknya digunakan sebagai garam meja.
4. Vitamin A [6]
Pada bayi dan anak, vitamin A merupakan mikronutrien penting untuk pertumbuhan sel dan membantu mengatasi infeksi. Kekurangan vitamin A dapat menimbulkan gangguan penglihatan dan meningkatkan kerentanan terhadap penyakit infeksi seperti campak dan diare. Saat ini, suplementasi vitamin A telah menjadi program rutin pemerintah. Suplementasi dosis tinggi vitamin A diberikan 2 kali setahun, pada bulan Februari dan Agustus. Pada usia 6-11 bulan diberikan dosis 100.000 unit, untuk usia 12-59 bulan diberikan dosis 200.000 unit.
5. Vitamin D [7]
Vitamin D merupakan mikronutrien penting untuk pertumbuhan tulang dan regulasi sistem imun. Vitamin D dapat diproduksi tubuh melalui paparan sinar matahari. Dalam jumlah yang sangat sedikit, vitamin D juga terdapat pada ikan laut, telur, dan beberapa jenis jamur. Pemberian fortifikasi vitamin D, terutama ke dalam produk susu, diberikan pada negara-negara 4 musim yang mengalami paparan sinar matahari yang sangat terbatas.
Bayi dilahirkan dengan cadangan vitamin D yang sangat tergantung kepada status vitamin D Ibu saat hamil. Ibu yang mengalami defisiensi vitamin D, maka bayi akan sangat bergantung pada suplementasi dan paparan sinar matahari untuk memenuhi kebutuhan vitamin D harian. Sedangkan Ibu yang mempunyai status vitamin D yang baik, juga dapat memberikan vitamin D kepada bayi melalui ASI.
IDAI merekomendasikan pemberian vitamin D sebanyak 400 IU/hari untuk bayi (0-1 tahun) berisiko dan 600 IU/hari untuk anak lebih dari 1 tahun. Pemberian suplementasi ini bertujuan untuk mencegah defisiensi. Bila anak sudah mengalami defisiensi vitamin D, diperlukan dosis yang berbeda, sesuai petunjuk dokter.
Cara memastikan anak mendapatkan cukup vitamin dan mineral
Pada dasarnya, pemberian vitamin dan mineral dalam bentuk suplementasi artifisial hanya diperlukan apabila kebutuhan mikronutrien anak tidak terpenuhi dari makanan sehari-hari, atau, khusus untuk vitamin D, kurangnya paparan sinar matahari. Sayangnya, defisiensi atau kekurangan mikronutrien, baru menimbulkan gejala jika defisiensinya sudah berat. Deteksi dini defisiensi mikronutrien dilakukan dengan pemeriksaan marker biokimia yang tidak murah dan bersifat invasif (pengambilan darah). [8]
Nah, MomDad sudah tahukan, ternyata peran vitamin dan mineral sangat penting dalam mendukung tumbuh kembang anak, bahkan termasuk pada Ibu hamil. Penting untuk kita mencegah terjadinya defisiensi besi. Jadi, pastikan Ibu hamil dan si Kecil mendapatkan asupan vitamin dan mineral sesuai usianya ya, MomDad.
Referensi:
1. WHO. Guideline daily iron supplementation in adult women and adolescent girls (2016). Diunduh dari: https://www.who.int/nutrition/publications/micronutrients/guidelines/daily_iron_supp_womenandgirls.pdf?ua=1
2 .WHO. Guideline daily iron supplementation in infants and children (2016). Diunduh dari: https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/204712/9789241549523_eng.pdf
3. WHO. Daily iron supplementation in children and adolescents 5–12 years of age. https://www.who.int/elena/titles/iron-children-5to12/en/
4. Mayo-Wilson E, Junior JA, Imdad A, Dean S, Chan XHS, Chan ES, Jaswal A, Bhutta ZA. Zinc supplementation for preventing mortality, morbidity, and growth failure in children aged 6 months to 12 years of age. Cochrane Database of Systematic Reviews 2014, Issue 5. Art. No.: CD009384. DOI: 10.1002/14651858.CD009384.pub2.
5. WHO. Iodization of salt for the prevention and control of iodine deficiency disorders. https://www.who.int/elena/titles/salt_iodization/en/
6. WHO. Vitamin A supplementation in infants and children 6–59 months of age. Diunduh dari: https://www.who.int/elena/titles/vitamina_children/en/
7. Yati NP, Batubara JR, Suryawan IWB. Panduan praktik klinis Ikatan Dokter Anak Indonesia Vitamin D. Unit Kerja Koordinasi Endokrinologi Anak dan Remaja. Ikatan Dokter Anak Indonesia 2018.
8. Wirahmadi A. Perlukah suplementasi vitamin dan mineral pada bayi dan anak?. https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/perlukah-suplementasi-vitamin-dan-mineral-pada-bayi-dan-anak