primaku
Mitra resmi kami:
kemenkesidaibkkbn
Unduh PrimaKu di:
playstoreappstore

Kerap Dijadikan Obat Herbal, Bolehkah Madu Diberikan ke Bayi?

Author: Dr. Devina Angela

Topik: Obat Herbal, Madu

Masyarakat Indonesia seringkali memanfaatkan madu sebagai obat herbal tradisional maupun pemanis makanan dan minuman alami. Hal ini tak lepas dari kandungan yang ada di dalam madu, seperti karbohidrat, asam amino bebas, vitamin, flavonoid, hingga antioksidan. Karena banyaknya kandungan baik tersebut, banyak orang tua yang memberikan madu untuk anaknya yang masih bayi. Sebenarnya, apakah bayi boleh diberikan madu? Ketahui jawabannya, yuk!

Dapat sebabkan infant botulism

Banyak orang tua memberikan madu pada bayi mereka dengan harapan dapat meningkatkan daya tahan tubuh si Kecil agar terhindar dari penyakit. Madu kerap digunakan sebagai obat herbal tradisional untuk meredakan gejala batuk dan sulit tidur pada anak dengan infeksi saluran napas atas. Namun demikian, tidak semua orang tua mengetahui risiko pemberian madu pada bayi di bawah usia 12 bulan.

Konsumsi madu pada bayi berusia kurang dari 12 bulan dapat meningkatkan risiko infant botulism (penyakit botulisme pada bayi). Infant botulism terjadi akibat toksin yang diproduksi oleh kuman Clostridium botulinum, yakni bakteri gram positif bersifat anaerob yang dapat ditemukan di dalam tanah yang dapat terbawa oleh udara.

Sudah terbukti secara mikrobiologis dan epidemiologis, spora Clostridium botulinum ternyata dapat ditemukan juga pada madu. Sebanyak 95% kasus infant botulism terjadi pada bayi berusia 6 minggu hingga 6 bulan. Bayi yang menelan spora Clostridium botulinum berisiko mengalami infant botulism karena masih belum lengkapnya flora normal pada usus bayi sehingga belum dapat berkompetisi dengan spora yang masuk ke saluran cerna.

dripping-honey-glass-jar.jpg

Perbedaan pH pada saluran cerna memungkinkan pertumbuhan spora Clostridium botulinum yang masuk ke saluran cerna. Spora akan bergerminasi atau bertunas dan berkolonisasi di usus besar dan akan mulai memproduksi toksin botulinum yang menyebabkan penyakit. Pada anak besar atau orang dewasa, madu jarang menyebabkan masalah kesehatan karena flora normal usus dapat bersaing dengan spora yang masuk ke saluran cerna sehingga tidak timbul penyakit.

Toksin botulinum yang masuk ke saluran cerna bayi akan menyerang sistem saraf dan menyebabkan kelemahan otot atau hipotonia. Ini terjadi karena toksin botulinum akan berikatan dengan reseptor sehingga menghambat pelepasan asetilkolin (zat kimia penghantar rangsang saraf) yang berakibat terhambatnya hantaran saraf, tidak hanya di saluran cerna, namun juga di seluruh tubuh.

Gejala yang tampak pada bayi yang mengalami infant botulism antara lain lesu, lemas, sesak napas, malas menyusu, sulit menelan, sembelit, sulit membuka mata, dan mulut kering. Infant botulism bahkan dapat menyebabkan kematian karena kelemahan otot 

Untuk meminimalkan risiko infant botulism, tidak disarankan memberikan madu pada bayi berusia kurang dari 12 bulan. Sebagai alternatif, sari buah dapat diberikan sebagai pemanis alamiah bagi bayi yang sudah mendapat makanan pendamping ASI (usia 6 bulan ke atas).

Yuk, lebih waspada dan bijak lagi dalam memberikan obat kepada si Kecil. Sebaiknya konsultasikan kondisi si Kecil ke ahli agar mendapat penanganan yang tepat.

Ingin tahu tips dan informasi lainnya seputar kesehatan si Kecil? Ayo, baca artikel di aplikasi PrimaKu atau kunjungi primaku.com. Selain itu, MomDad bisa juga menonton seluruh tayangan ulang webinar di aplikasi, lho. Tak ketinggalan, follow juga akun Instagram dan TikTok PrimaKu supaya enggak ketinggalan update informasi seputar kesehatan anak dan parenting lifestyle!

Sumber foto: ​Freepik

Daftar Pustaka:

1.  Ahmed N, Sutcliffe A, Tipper C. Feasibility study: honey for treatment of cough in children. Pediatric Reports 2013; 5:e8.

2.  Cohen H A, Rozen J, Kristal H, Laks Y, et al. Effect of honey on nocturnal cought and sleep quality: adouble-blind, randomized, placebo-controlled study. 2012; 130:e465-471.

3.  Benjamins L J, Gourishankar A, Marquez V Y, Cardona H E, et al. Honey pacifier use among an indigent pediatric population. 2013; 131:e1838-41.

4.  Abdulla C O, Ayubi A, Zulfiquer F, Santhanam G, et al. Infant botulism following honey ingestion. BMJ case reports. 2012; doi:10.1136/bcr.11.2011.5153.

5.  Sastroasmoro Sudigdo. Membina tumbuh kembang bayi dan balita; makanan tambahan. Jakarta: Badan penerbit ikatandokter anak indonesia; 2007.Hal115-124.

6.  Brook I. Infant Botulism. Journal of perinatology. 2007; 175-180.

Penulis: Dr. Devina Angela

Reviewer:

  • Dr. TitisPrawitasari, Sp.A(K) dan Dr. Amanda Soebadi, Sp.A
  • Ikatan Dokter Anak Indonesia
familyfamily
Baca artikel tumbuh kembang anak di PrimaKu!
Unduh sekarang
playstoreappstore
primaku
Aplikasi tumbuh kembang anak Indonesia. Didukung penuh oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
Mitra resmi kami:
kemenkesidaibkkbn
Unduh PrimaKu
playstoreappstore
© 2023 All rights reserved PRIMAKU, Indonesia
Cari kami di: