Anak Mengalami Cedera Kepala, Apa yang Harus Orang Tua Lakukan?
Author: Marisha A
Editor: dr. Dini Astuti Mirasanti Sp.A
Topik: Kepala Peyang
Kejadian trauma kepala pada anak dan remaja merupakan hal yang sering dijumpai. Penyebab tersering terjadinya trauma kepala pada anak adalah jatuh, baik saat beraktivitas, olahraga, atau sekedar terantuk lemari atau meja. Sebagian besar kasus trauma kepala pada anak merupakan kejadian minor atau ringan yang tidak menyebabkan kerusakan otak. Namun, dapat terjadi trauma kepala yang berat pada kondisi-kondisi tertentu, seperti pada kecelakaan lalu lintas, kecelakaan sepeda, atau child abuse.
Anak dengan cedera kepala dapat menunjukkan gejala luka atau lecet atau pembengkakan (benjol) di area benturan, nyeri kepala, muntah, sampai kehilangan kesadaran. Lalu, apa saja yang perlu orang tua lakukan jika anak mengalami trauma kepala?
Penangangan cedera kepala
Penanganan cedera kepala anak disesuaikan dengan usianya. Biasanya dokter akan merekomendasikan untuk melakukan CT scan kepala untuk memastikan ada atau tidaknya hal yang berbahaya, seperti perdarahan dalam kepala. Melansir laman IDAI, tidak semua cedera kepala perlu CT scan karena dokter perlu mempertimbangkan besar kecilnya risiko yang ada.
Cedera kepala ringan yang tanpa disertai gangguan kesadaran serta gejala lain seperti mual dan muntah, serta gangguan saraf, tidak perlu dirawat di rumah sakit. Berikut jenis cedera kepala yang dapat ditangani atau diobservasi di rumah:
- Anak bersikap seperti biasa setelah kejadian.
- Anak mungkin menangis karena nyeri atau takut sesaat setelah kejadian, namun hanya berlangsung singkat.
- Tidak dijumpai tanda-tanda mual atau muntah berulang.
- Anak sadar penuh setelah trauma terjadi dan dapat berespon dengan baik ketika diajak berinteraksi. Jawaban anak sesuai dengan pertanyaan yang diajukan dan sesuai dengan kondisi saat tersebut. Misalnya, jika anak terjatuh di rumah, orangtua dapat menanyakan “kamu sedang ada di mana sekarang?” dan anak menjawab “di rumah”.
- Anak dalam kondisi sehat sebelum terjadinya trauma.
- Tidak disertai luka atau trauma di bagian tubuh lain.
- Tidak ada luka terbuka di wajah atau di kepala.
- Terjatuh dari ketinggian kurang dari 1 m pada anak lebih dari 12 bulan.
Lalu, apa saja yang bisa dilakukan orang tua di rumah?
- Setelah kejadian, pastikan ada orang dewasa yang dapat memantau setidaknya selama 24 jam pasca trauma.
- Anak juga harus dipantau berkala setiap 2-3 jam sekali selama setidaknya 72 jam setelah trauma terjadi karena kondisi yang lebih serius dapat menimbulkan gejala kemudian.
- Berikan kompres dingin selama 20 menit untuk mengurangi pembengkakan dan untuk mengurangi nyeri.
- Jika anak ingin tidur, orang tua dapat mengawasi dan mengecek kondisi anak setiap 2-3 jam untuk melihat apakah ia mudah dibangunkan, bergerak dengan normal, dapat mengenali orang tua, dan merespon orang tua.
- Anti inyeri seperti parasetamol dapat diberikan.
Namun, orang tua perlu memeriksakan segera anak ke rumah sakit jika terjadi beberapa hal berikut:
- Trauma terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan (sebaiknya dikonsultasikan ke dokter terlebih dahulu karena gejala yang ditimbulkan sering kali tidak jelas).
- Terdapat gejala pingsan, walaupun kurang dari 1 menit.
- Anak muntah lebih dari 1 kali setelah kejadian.
- Tidak dapat berhenti menangis.
- Nyeri kepala yang semakin memburuk.
- Tampak lemas atau sakit.
- Kesulitan bicara (bicara menjadi tidak jelas), kesulitan berjalan (sering terantuk, tidak seimbang), atau kesulitan melihat.
- Anak tidak mengenali orang tuanya.
- Tampak bingung dan tidak baik-baik saja.
- Anak tampak mengantuk terus menerus dan sulit dibangunkan.
- Keluarnya darah dari hidung dan telinga.
- Terdapat bunyi “nging” terus menerus di telinga (pada anak yang sudah bisa menjelaskan gejalanya).
- Timbul gerakan-gerakan abnormal atau kejang atau gerakan lain yang membuat orang tua khawatir.
Jangan ragu untuk segera memeriksakan kondisi kesehatan anak ke dokter ya, MomDad!
Semoga penjelasan di atas membantu MomDad dalam menghadapi anak yang cedera kepala, ya. Jika ingin tahu artikel parenting lainnya, MomDad bisa membacanya melalui aplikasi PrimaKu atau website primaku.com. Jangan lupa juga ikuti @official.primaku di Instagram, ya.
Suka dengan artikel ini? Yuk, like, save, dan share artikelnya!
Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.