Bayi juga Bisa Alami Infeksi Telinga, lho!
Author: Fauziah Sabtuanisa
Editor: dr. Dini Astuti Mirasanti, Sp.A
Topik: Telinga, Infeksi Telinga
Infeksi telinga pada bayi umumnya diawali dengan infeksi virus biasa, seperti selesma. Namun, dikarenakan liang telinga bayi dan anak lebih sempit, pendek, dan datar dibandingkan dewasa, maka hal ini menjadi faktor risiko terjadinya infeksi telinga.
Oleh sebab itu, bentuk liang telinga tersebut mempermudah masuknya kuman ke telinga tengah dan cairan yang terbentuk pun akan terperangkap di dalamnya. Akibatnya, telinga tengah akan bengkak dan gendang telinga akan membonjol.
Selain itu, gangguan penyebab pendengaran yang diderita dapat terjadi karena berbagai macam faktor, seperti:
- Terlalu lama mendengar kebisingan.
- Gangguan sejak lahir.
- Terdapat benda asing yang menghalangi telinga.
- Proses penuaan dimana terjadi degenerasi sel-sel sensorik penerima sensasi dengar.,
Infeksi telinga juga bisa terjadi ketika ada peradangan yang terjadi karena bakteri terperangkap di telinga bagian tengah, serta bagian telinga yang terhubung ke bagian belakang hidung dan tenggorokan.
Jenis infeksi telinga yang paling umum terjadi yaitu otitis media, dimana ketika cairan menumpuk di belakang gendang telinga dan bagian telinga tengah terinfeksi dan menyebabkan pembengkakan.
Gejala infeksi telinga pada bayi
Dikarenakan bayi belum bisa berkomunikasi dengan jelas layaknya orang dewasa, maka MomDad dapat mengenali tanda-tanda infeksi telinga pada bayi dari beberapa gejala seperti:
- Anak menjadi lebih rewel dari biasa, terutama saat berbaring.
- Kesulitan untuk tidur dan mendengar.
- Demam dan sakit kepala.
- Terdapat cairan yang mengalir dari dalam telinga.
Cara mengatasi infeksi telinga pada bayi
Infeksi telinga memang mengganggu dan bahkan bisa menyebabkan rasa sakit. Namun, ada beberapa cara sederhana yang bisa MomDad lakukan untuk membantu meringankan infeksi tersebut, yaitu:
- Konsultasikan pada dokter, sebab beberapa kasus infeksi telinga membutuhkan terapi antibiotik.
- Cegah infeksi telinga dengan upayakan pemberian ASI hingga usia 2 tahun atau lebih.
- Hindari dari paparan asap rokok.
- Jaga kebersihan diri anak dan pengasuh.
- Lengkapi vaksinasi sesuai anjuran.
Angka kematian akibat infeksi telinga untuk saat ini sudah cukup rendah karena pengobatan yang lebih baik. Namun, infeksi telinga dapat memiliki komplikasi yang cukup berbahaya, seperti komplikasi ke otak.
Anak usia 6-24 bulan yang mengalami infeksi telinga berpotensi mengalami tuli konduktif (tuli non-saraf), terutama apabila infeksi berulang atau tidak tertangani dengan baik. Mengingat bahwa usia 6-24 bulan adalah periode penting perkembangan bicara dan bahasa, maka adanya tuli konduktif di usia ini bisa berimbas pada perkembangan bicara dan bahasa si anak.
Jika gejala infeksi telinga makin parah, MomDad harus segera datang dan konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan penanganan dan pengobatan yang tepat.
Sumber:
- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2021). Tips Menjaga Kesehatan Telinga dan Pendengaran. Promkes Kemkes. Diakses dari https://promkes.kemkes.go.id/tips-menjaga-kesehatan-telinga-dan-pendengaran
- Centers for Disease Control and Prevention. (2019). Acute Otitis Media (AOM) Treatment Guidelines. In P. K. Lietman (Ed.), The ABCs of Otitis Media (pp. 73-91). National Center for Biotechnology Information. Diakses dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470332/#:~:text=Acute%20otitis%20media%20(AOM)%20is,of%206%20to%2024%20months
- American Academy of Pediatrics. (2021). Ear Infection Information. HealthyChildren.org. Diakses dari https://www.healthychildren.org/English/health-issues/conditions/ear-nose-throat/Pages/Ear-Infection-Information.aspx
- Johns Hopkins Medicine. (2023, April 5). Ear Infections in Babies and Toddlers. Johns Hopkins Medicine. Diakses dari https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/ear-infections-in-babies-and-toddlers