Dampak Jangka Panjang Terlambat Bicara
22 Jul 2017
Author: Tim PrimaKu / dr. Dini Mirasanti, Sp.A
15 Mei 2025
Topik: Stunting, MPASI Anak, Masakan Jepang
Menurut Global Nutrition Report, angka stunting di Jepang pada 2024 sangat rendah, yaitu sekitar 7,1%. Ini jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata di Asia (21,8%). Tentunya hal ini berbanding terbalik dengan Indonesia, di mana prevalensi stunting masih mencapai 19,8% per tahun 2024. Nah, salah satu cara Jepang menekan angka stunting tetap rendah adalah penerapan pola MPASI yang diterapkan sejak dini. Lantas, apa sih bedanya pola MPASI Jepang dengan Indonesia?
Pola MPASI di Jepang
Di berbagai negara, pemberian MPASI sering kali menjadi ajang bagi orang tua untuk memastikan bayi mengonsumsi makanan dalam jumlah banyak. Namun, di Jepang, pendekatan terhadap MPASI berbeda. Orang tua Jepang lebih menekankan pada kualitas nutrisi dan pengalaman makan yang menyenangkan bagi bayi, daripada sekadar mengejar seberapa banyak makanan yang dikonsumsi. Pendekatan ini tidak hanya mencerminkan budaya makan mereka tetapi juga berkontribusi pada pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal. Beberapa pola MPASI di Jepang yang diterapkan sejak dini, antara lain:
1. Fokus pada Nutrisi Padat (Nutrient-Dense Foods)
Orang tua di Jepang cenderung memilih makanan yang kaya nutrisi untuk MPASI, seperti bubur nasi (okayu), sayuran rebus, dan kaldu dashi. Makanan ini disiapkan tanpa tambahan gula atau garam, sesuai dengan pedoman kesehatan yang menekankan pentingnya nutrisi alami dalam makanan bayi. Pendekatan ini bertujuan untuk membentuk kebiasaan makan sehat sejak dini.
2. Pengalaman Makan yang Menyenangkan
Di Jepang, waktu makan dianggap sebagai momen penting untuk membangun hubungan antara orang tua dan anak. Orang tua diajarkan untuk mengenali tanda lapar dan kenyang pada bayi, serta menghindari paksaan saat makan. Pendekatan ini dikenal sebagai "responsive feeding", di mana bayi didorong untuk makan sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya, menciptakan pengalaman makan yang positif dan menyenangkan.
3. Pendidikan Makanan (Shokuiku)
Konsep "Shokuiku" atau pendidikan makanan di Jepang menekankan pentingnya pengetahuan tentang makanan dan nutrisi sejak usia dini. Program ini mengajarkan anak-anak tentang asal-usul makanan, cara memasak, dan pentingnya pola makan seimbang. Dengan demikian, anak-anak tumbuh dengan pemahaman yang kuat tentang pentingnya makanan sehat, yang dimulai dari praktik MPASI yang berkualitas.
4. Dukungan dari Tenaga Kesehatan
Pemerintah Jepang menyediakan dukungan yang kuat melalui tenaga kesehatan, seperti bidan dan perawat, yang memberikan panduan dan pemantauan terhadap praktik MPASI. Mereka membantu orang tua dalam memilih makanan yang tepat, mengenali kebutuhan nutrisi bayi, dan memastikan pertumbuhan anak berjalan optimal.
Meskipun pola MPASI di Jepang kerap dijadikan panutan karena dianggap efektif dalam mencegah stunting dan membentuk kebiasaan makan yang baik sejak dini, penting untuk diingat bahwa setiap negara memiliki konteks sosial, budaya, dan kondisi kesehatan masyarakat yang berbeda-beda. Pendekatan MPASI yang diterapkan di Jepang disesuaikan dengan kebutuhan, gaya hidup, serta pola konsumsi masyarakat setempat. Oleh karena itu, pola tersebut tidak serta-merta bisa diterapkan secara mentah di negara lain, termasuk Indonesia.
Sebagai orang tua, kita perlu bijak dalam menyerap informasi dan menyesuaikannya dengan kebutuhan anak, rekomendasi ahli gizi, serta pedoman kesehatan nasional seperti yang dikeluarkan oleh IDAI atau WHO. Belajar dari negara lain tentu penting, namun yang lebih utama adalah memahami latar belakang dan alasan di balik setiap pendekatan, agar kita dapat mengambil hal-hal yang relevan dan bermanfaat bagi tumbuh kembang anak di konteks lingkungan kita sendiri.
22 Jul 2017
26 Jan 2018
9 Apr 2022
7 Mei 2022