Meta PixelBerat Badan Anak Stuck? Begini Cara Mengejar Pertumbuhannya!<!-- --> | Articles | <!-- -->PrimaKu - Pelopor Aplikasi Tumbuh Kembang Anak di Indonesia

Berat Badan Anak Stuck? Begini Cara Mengejar Pertumbuhannya!

Author: Tim PrimaKu

1 Des 2025

Topik: Article, Parenthood, BB Stuck, BB Anak, Berat Badan, 6-12 Bulan

MomDad, pernah nggak merasa si Kecil makannya banyak, tapi berat badannya seperti berhenti di situ-situ aja? Kondisi ini disebut growth faltering atau pertumbuhan yang melambat. Salah satu penyebabnya bisa karena asupan gizi yang kurang dari kebutuhan tubuh anak atau tubuhnya sedang memulihkan diri dari sakit, infeksi, atau gangguan pencernaan. [1]

Kalau dibiarkan terlalu lama, anak bisa mengalami kekurangan energi dan zat gizi penting yang berdampak pada pertumbuhan otak, daya tahan tubuh, dan perkembangan emosionalnya. Tapi tenang, kondisi ini bisa diperbaiki dengan strategi yang disebut catch-up growth alias mengejar pertumbuhan, yaitu mengejar pertumbuhan agar kembali ke jalur normal di grafik WHO/IDAI. [2]

Langkah Aman Mengejar Pertumbuhan Anak

1. Tingkatkan Kepadatan Kalori MPASI

Kalau anak masih dalam fase MPASI, pastikan makanannya padat gizi dan tinggi energi.

 Gunakan bahan seperti daging, ikan, ayam, telur, tahu, tempe, kacang-kacangan, dan tambahkan lemak sehat seperti minyak zaitun, butter, atau santan. MPASI yang terlalu cair membuat kalori per sendoknya rendah, sehingga anak cepat kenyang tapi kurang energi. [3]

2. Atur Frekuensi Makan

Anak dengan berat badan stagnan butuh lebih banyak kesempatan makan. Untuk bayi 6–12 bulan: 3 kali makan utama + 2 kali camilan sehat, sedangkan anak di atas 1 tahun: 3 kali makan utama + 2–3 kali camilan bergizi. Tujuannya agar asupan energi tersebar merata sepanjang hari, dan anak nggak cepat lapar atau kekenyangan. [4]

3. Kurangi Minum Sebelum atau Saat Makan

Kebiasaan minum air, susu, atau jus sebelum makan bisa bikin perut cepat penuh. Akibatnya, anak makan lebih sedikit. Solusinya, berikan cairan di sela waktu makan, bukan sebelum makan. [3]

4. Evaluasi Penyebab Medis

Kalau berat badan anak tidak juga naik setelah dilakukan perbaikan pola makan selama 1–2 bulan, sebaiknya konsultasikan ke dokter anak.

 Ada kemungkinan anak mengalami:

  • Alergi protein susu sapi
  • Gangguan penyerapan nutrisi (malabsorbsi)
  • Infeksi kronis
  • Masalah hormon pertumbuhan

Evaluasi medis membantu memastikan apakah ada faktor medis yang menghambat pertumbuhan. [1]

5. Pantau Pertumbuhan Secara Rutin

Gunakan grafik pertumbuhan WHO/IDAI untuk menilai apakah berat badan anak sudah kembali ke jalur ideal. Kalau berat badan mulai naik dan kembali ke persentil sebelumnya, artinya catch-up growth berjalan dengan baik. [2]

Berat badan yang stuck bukan berarti anak tidak bisa tumbuh optimal. Dengan memperbaiki kualitas asupan, frekuensi makan, serta memantau pertumbuhan secara rutin, si Kecil bisa mengejar ketertinggalannya dengan aman. Jangan lupa, konsultasi ke dokter anak sangat penting untuk memastikan tidak ada penyebab medis tersembunyi.

Supaya proses mengukur pertumbuhan si Kecil jadi lebih praktis dan akurat, cukup masukkan data berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala anak ke aplikasi PrimaKu. Secara otomatis, status gizi dan interpretasinya bisa langsung MomDad dapatkan, lho.

Referensi:

  • IDAI. Panduan Tumbuh Kembang Anak. Diakses Oktober 2025, dari https://www.idai.or.id
  • WHO. Child growth standards and the identification of severe acute malnutrition in infants and children. 2023.
  • CDC. Growth Charts and Growth Monitoring. 2024.
  • AAP. Feeding and Nutrition: Your Baby’s First Solid Foods. 2024.
  • IDAI. Pemberian Makan pada Bayi dan Anak (PMBA). 2024.