Pertumbuhan Fisik Anak Lamban? Waspada Growth Faltering!
Author: Dhia Priyanka
Editor: dr. Lucyana Alim Santoso, Sp.A
Topik: Growth Faltering, Tumbuh Kembang, Pertumbuhan, Gangguan Pertumbuhan
Growth faltering merupakan kondisi di mana pertumbuhan fisik anak sangat lamban dibandingkan dengan anak seusianya. Growth faltering umumnya terjadi pada anak usia 0-5 tahun, namun paling sering terjadi di usia di bawah 2 tahun, dengan tanda perlambatan laju pertumbuhan, yang menjurus ke arah penurunan grafik atau pelandaian grafik. Anak yang dua kali penimbangan berturut – turut tidak bertambah berat badannya merupakan tanda-tanda untuk segera mengambil tindakan pencegahan agar berat badan anak tidak berlanjut menurun.
Growth faltering akan berdampak pada perkembangan fungsi kognitif yang terhambat, menurut UNICEF Indonesia (2012), goncangan pertumbuhan berdampak negatif pada kehidupan selanjutnya yang berhubungan dengan prestasi pendidikan yang buruk, lama pendidikan dan menurunkan pendapatan sebagai orang dewasa. Anak-anak yang mengalami growth faltering menghadapi kemungkinan yang lebih besar untuk tumbuh menjadi orang dewasa yang kurang berpendidikan, miskin, kurang sehat dan lebih rentan terhadap penyakit tidak menular.
Selain itu, growth faltering juga berdampak pada konsekuensi jangka pendek dan jangka panjang yang serius terhadap perkembangan anak-anak, seperti keterlambatan perkembangan, disfungsi gastrointestinal, peningkatan risiko infeksi, deficit dalam kognisi dan kompetensi sosial/emosional.
Hasil penelitian Satoto (1990), growth faltering sangat dipengaruhi oleh:
- Pola pemberian ASI.
- Pemberian makanan tambahan yang terlalu dini dalam bentuk makanan yang rendah energy dan sangat rendah protein.
- Menurunkan pemberian ASI yang pada gilirannya menurunkan pertumbuhan gizi anak dan peningkatan kerentanan anak terhadap infeksi.
- Kerentanan terhadap infeksi juga dipengaruhi oleh buruknya sanitasi lingkungan keluarga dan perilaku perawatan kesehatan anak yang kurang baik.
Jadi, faktor determinan kuat yang memengaruhi pertumbuhan adalah lingkungan asuh anak dan konsumsi makanan anak terutama masukan energi, protein, dan kecukupan mikronutrien lain, seperti Fe dan zinc. Sedangkan faktor yang secara tidak langsung memengaruhi pertumbuhan anak adalah keadaan gizi dan kesehatan ibu serta keadaan social ekonomi keluarga. Plus, jenis kelamin diketahui berpengaruh dengan keterlibatan social budaya dimana anak laki-laki cenderung tumbuh lebih baik daripada anak perempuan.
Intervensi untuk menurunkan growth faltering harus dimulai secara tepat sebelum kelahiran, dengan pelayanan prenatal dan gizi ibu, dan berlanjut hingga usia dua tahun. Pada saat anak melewati usia dua tahun, sudah terlambat untuk memperbaiki kerusakan pada tahun-tahun awal. Oleh karena itu, status kesehatan dan gizi ibu merupakan penentu penting pertumbuhan pada anak-anak. Selain itu intervenzi gizi dengan menambahkan zat gizi mikro pada makanan anak-anak atau pemberian makanan yang diperkaya dengan vitamin dan mineral, dan pemberian konseling kepada ibu dan bapak tentang praktek pemberian makan harus berjalan seiring dengan pemberian edukasi orang tua tentang perilaku kesehatan dan kebersihan secara optimal.
Referensi: Kementerian Kesehatan RI - Balai Pelatihan Kesehatan Semarang