10 pesan penting tentang Imunisasi dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
Author:
Topik: Imunisasi
(Klarifikasi terhadap berita negatif tentang Imunisasi dan kampanye MR)
1. Semua negara di dunia sampai sekarang melakukan imunisasi rutin bayi dan
anaknya, karena adanya bukti yang tidak terbantahkan bahwa imunisasi
mencegah: wabah, sakit berat, cacat, dan kematian. Manfaat imunisasi telah
dibuktikan oleh kajian ilmiah berbagai profesi dan dipublikasikan secara resmi baik
nasional maupun internasional.
2. Kajian ilmiah oleh berbagai profesi di lembaga nasional/internasional dapat
dipercaya oleh karena berbasis bukti dan dengan data yang valid berbeda dengan
pendapat pribadi seseorang.
3. Isu-isu mengenai bahwa vaksin itu berbahaya yang beredar sejak tahun 2003,
bersumber dari berita tahun 1950-1960an yang dikutip dari beberapa buku dari
luar negeri. Teknologi vaksin tahun 1950-1960an sangat berbeda dengan vaksin
generasi sekarang. Untuk memahami isi dan proses pembuatan vaksin generasi
sekarang diperlukan pengetahuan yang mendalam, sehingga tidak semua profesi
kesehatan bisa memahaminya.
4. Nama dan komentar yang dikutip dari buku tersebut ketika ditelusuri lebih lanjut
ternyata hanya pendapat pribadi, tidak disertai metodologi dan rincian hasil
penelitian, jabatan atau profesinya tidak sesuai dengan kutipan, kutipan tidak
lengkap atau tidak sesuai dengan berita aslinya, dan sebagian sumber aselinya
tidak dapat ditemukan.
5. Akibat penyebaran isu yang tidak benar tersebut maka banyak anak Indonesia
tidak diimunisasi polio, sehingga tahun 2005-2006 terjadi wabah polio di beberapa
propinsi. Akibatnya 352 anak Indonesia lumpuh, cacat, menjadi beban keluarga
seumur hidup.
Akibat penyebaran isu yang salah maka banyak anak Indonesia tidak diimunisasi
DPT sehingga terjadi wabah difteria di Indonesia tahun 2007-2013. Akibatnya
2.869 anak dirawat di RS dan131 anak meninggal dunia.
Akibat penyebaran isu tersebut banyak anak tidak mau imunisasi campak
sehingga makin banyak anak yang sakit berat atau meninggal akibat campak.
Tahun 2010-2014 terjadi 1.008 kali wabah campak dan menyerang 83.391 bayi
dan anak Indonesia.
6. Di Indonesia dan beberapa negara lain, penyakit rubella semakin menjadi
masalah. Sejak tahun 2010-2015 di Indonesia berdasarkan pemeriksaan
laboratorium terbukti 6.309 anak terserang rubella, 77 % berumur kurang dari 15
tahun.
Virus rubella dapat menyerang janin di dalam kandungan ibu, sehingga pada
tahun 2015-2016 ada 556 bayi cacat dengan kelainan jantung (79,5%), buta
karena katarak (67,6%), keterbelakangan mental (50%), otak tidak berkembang
(48,6%), tuli (31,3%), dan radang otak (9,5%).
7. Berdasarkan kajian oleh WHO yang kemudian diikuti dengan adanya Kampanye
Global MR, maka berbagai profesi kesehatan bersama Kementerian Kesehatan
mengkaji: bahaya penyakit, kemungkinan menyebar ke/dari negara lain, manfaat
vaksin, ketersediaan vaksin, anggaran dll. Maka diputuskan imunisasi rutin perlu
ditambah dengan imunisasi Rubella (R) yang digabung dengan imunisasi campak
(measles = M).
Mulai Agustus 2017 di pulau Jawa dilakukan imunisasi MR untuk anak
sekolah, pada September 2017 untuk anak mulai usia 9 bulan dan yang belum
bersekolah, walaupun mereka sudah pernah imunisasi campak /rubella atau sakit
campak/rubella. Setelah itu MR akan masuk ke program imunisasi rutin untuk
menggantikan imunisasi campak pada umur 9 bulan, 18 bulan, dan 6 tahun.
Pada tahun 2018 imunisasi MR akan dilakukan di luar pulau Jawa: Agustus 2018
di sekolah-sekolah, September 2018 untuk bayi 9 bulan dan anak belum
bersekolah. Setelah itu MR akan masuk ke program imunisasi rutin untuk
menggantikan imunisasi campak pada umur 9 bulan, 18 bulan, dan 6 tahun.
Imunisasi MR serentak dalam satu periode pada semua anak umur 9 bulan
sampai <15 tahun akan menghasilkan kekebalan yang merata dan tinggi sehingga
virus tersebut sulit menyebar, dan bermanfaat menurunkan kejadian wabah, sakit
berat, cacat atau kematian karena campak dan rubella, dan diharapkan target
global tahun 2020 maka Indonesia bersama Negara lain di dunia akan
mengeliminasi campak di masyarakat dan mengendalikan Rubella/ Congenital
Rubella Syndrome (CRS)
8. Majelis Ulama Indonesia pada tanggal 31 Juli 2017 telah mengeluarkan
rekomendasi No. U-13/MUI/KF/VII/2017 yang isinya memberikan dukungan pelaksanaan
program imunisasi termasuk imunisasi Measles dan Rubella (MR)
9. Seperti telah disampaikan di atas, Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang
anggotanya terdiri dari pakar profesi kesehatan dari berbagai negara di dunia
mendukung program imunisasi MR karena penyakit ini selain menjadi masalah
Indonesia juga masalah internasional.
10. Untuk itu kami menghimbau untuk lanjutkan imunisasi rutin ditambah imunisasi
MR untuk mencegah wabah, sakit berat, cacat dan kematian bayi dan anak kita.
Sampai saat ini semua profesi di lembaga penelitian resmi nasional dan
internasional menyatakan bahwa imunisasi terbukti aman dan bermanfaat
mencegah wabah, sakit berat, cacat dan kematian.
Sebagai bentuk dukungan IDAI terhadap program imunisasi MR, seluruh anggota
IDAI harus terus mensukseskan program ini demi tercapainya eliminasi Campak dan
kontrol Rubella/Congenital Rubella Syndrome (CRS) di Indonesia.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
Agustus 2017