primaku
Mitra resmi kami:
kemenkesidaibkkbn
Unduh PrimaKu di:
playstoreappstore

Fast food dan soft drink untuk anak, berbahayakah?

Author: dr. Lucyana Alim Santoso, Sp.A, Prof. Dr. Madarina Julia, Sp.A (K), MPH., Ph.D (editor)

Topik: 4-7 Tahun, 7-12 Tahun, 12-18 Tahun, Nutrisi

Fast food (makanan cepat saji)

Makanan cepat saji merujuk pada makanan yang dapat disiap-sajikan dengan cepat. Tidak semua fast food adalah junk food, meskipun hampir semua junk food adalah fast food.  junk food merujuk pada makanan yang tinggi kalori/gula/garam namun memiliki nilai gizi rendah (dalam hal protein, serat, vitamin dan mineral). Konsumsi fast food mengakibatkan anak mengkonsumsi energi, gula, garam, dan lemak jenuh yang lebih tinggi, disertai dengan asupan vitamin A, vitamin C, susu, sayur dan buah yang lebih rendah bila dibandingkan dengan anak yang tidak mengkonsumsinya.

 

Mengajarkan anak untuk memilih makanan sehat harus dimulai sejak dini. Orangtua perlu menjadi teladan dalam konsumsi makanan sehat sehari-hari, baik untuk makanan utama maupun snack. Pendampingan orangtua sangat diperlukan agar anak tidak mudah terpengaruh iklan gencar industri makanan dari media yang menjajakan makanan tinggi kalori, gula, garam, serta lemak melebihi yang direkomendasikan.

 

Suatu penelitian di Indonesia menemukan bahwa anak usia sekolah (6-18 tahun) yang mengonsumsi fast food 3x/minggu atau lebih memiliki risiko 2,4 kali lebih besar mengalami overweight dan obesitas dibandingkan anak yang mengonsumsinya kurang dari 3 kali per minggu. Konsumsi fast food juga dikaitkan dengan peningkatan risiko kejadian sindrom metabolik, obesitas sentral (perut), dan tingginya kadar trigliserida darah.

 

Minuman ringan (soft drink)

Minuman ringan biasanya dikemas sebagai minuman bersoda dan disajikan secara terpisah atau sebagai bagian dari makanan cepat saji. Minuman ringan memiliki kandungan gula yang sangat tinggi dan termasuk kategori junk food karena kalori yang terkandung merupakan “empty calories”, yakni kalori tinggi namun tidak mengandung zat gizi yang dibutuhkan tubuh.


Minuman ringan berkarbonasi juga berperan dalam timbulnya berbagai masalah gigi, termasuk gigi berlubang karena kandungan gula. Asam yang terkandung pada soda juga merusak enamel gigi.

 

Asupan gula dalam minuman ringan harus diperhitungkan pada total gula harian. Badan Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan asupan gula pada anak tidak boleh melebihi 10% total kalori. Sebagai contoh, apabila kebutuhan seorang anak usia 1 tahun adalah 1000 kalori per hari, maka asupan gula tidak boleh melebihi 100 kalori. Ini setara dengan 25 gram gula atau sekitar 6 sendok teh gula pasir (1 gram gula setara dengan 4 kalori, dan 1 sendok teh setara dengan 4 gram gula).

 

Tahukah Anda bahwa setiap porsi sajian minuman ringan seperti Coca Cola® 355 mL (1 kaleng), mengandung 39 gram gula, atau sekitar setara dengan 10 sendok teh gula? Selain minuman ringan/soft drink, jus buah komersial dengan tambahan gula juga merupakan sumber gula yang harus dibatasi konsumsinya pada anak-anak. Satu sajian jus buah komersial (250 mL / 1 kotak) mengandung sekitar 27 gr gula, yang setara dengan 6,5 sendok teh gula.

 

Alternatif yang lebih baik adalah memberikan jus buah tanpa pemanis tambahan, gula hanya berasal secara alami dari dalam buah. Jus buah tanpa tambahan pemanis merupakan minuman yang sehat karena buah mengandung mikronutrien yang diperlukan tubuh. Lebih baik lagi apabila serat di dalam buah tetap dipertahankan, tidak dibuang. Namun, orangtua tetap perlu ingat bahwa kalori dari gula alami ini tetap perlu diperhitungkan pada asupan gula harian. Sehingga, asupan jus buah per hari direkomendasikan tidak melebihi 4-6 oz (atau sekitar 120-170 ml) untuk anak di bawah 7 tahun, dan tidak melebihi 8-12 oz (240-350 ml) untuk anak yang lebih besar/remaja.

 

Orangtua perlu bijak dalam memilih dan membaca label makanan untuk diberikan kepada si kecil. Asupan tinggi gula, garam, asam lemak jenuh, dan tinggi kalori seperti yang didapatkan pada fast food atau junk food dan minuman ringan dapat meningkatkan risiko penyakit metabolik seperti diabetes melitus, hipertensi dan hiperkolesterolemia di kemudian hari. Anak akan belajar dari apa yang ia lihat, jadi pastikan Anda menjadi teladan yang baik untuk membangun pola makan sehat di keluarga Anda. Selamat mencoba!

 

Daftar bacaan:

  1. Benton JM. Carbohydrates and sugar. https://kidshealth.org/en/parents/sugar.html
  2. Jagadish C Das, Fast Food Consumption in Children: A Review Med Clin Rev. 2015, 1:1. doi: 10.21767/2471-299X.1000001
  3. Febriani D, Sudarti T. Fast food as drivers for overweight and obesity among urban school children at Jakarta, Indonesia. Jurnal Gizi dan Pangan Vol. 14 No. 2 (2019)
  4. Asghari G, Yuzbashian E, Mirmiran P, Mahmoodi B, Azizi F (2015) Fast Food Intake Increases the Incidence of Metabolic Syndrome in Children and Adolescents: Tehran Lipid and Glucose Study. PLoS ONE 10(10): e0139641. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0139641 https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0139641
  5. Fact sheet – How much sugar is in what we drink? https://www1.health.gov.au/internet/publications/publishing.nsf/Content/sugar-drinks-toc~sugar-drinks-3-fact-sheets~sugar-drinks-factsheet-3-3-sugar-what-drink
familyfamily
Baca artikel tumbuh kembang anak di PrimaKu!
Unduh sekarang
playstoreappstore
primaku
Aplikasi tumbuh kembang anak Indonesia. Didukung penuh oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
Mitra resmi kami:
kemenkesidaibkkbn
Unduh PrimaKu
playstoreappstore
© 2023 All rights reserved PRIMAKU, Indonesia
Cari kami di: