primaku
Mitra resmi kami:
kemenkesidaibkkbn
Unduh PrimaKu di:
playstoreappstore

Gumoh vs Muntah, Gimana Cara Bedainnya?

Author: Fitri Permata

Editor: dr. Lucyana Alim Santoso, Sp.A

Topik: Gumoh, Muntah

Setelah menyusu, bayi kerap gumoh dan ini merupakan hal yang wajar. Gumoh merupakan proses di mana bayi memuntahkan sedikit susu setelah makan. Regurgitasi biasanya terjadi dalam beberapa menit hingga sejam setelah makan dan merupakan respons normal terhadap sistem pencernaan yang masih berkembang. Namun, banyak orang tua yang masih panik melihat bayinya gumoh, karena mengira muntah. Lantas, gimana sih cara membedakan gumoh dan muntah?

Perbedaan antara Gumoh dan Muntah

gumoh vs muntah.jpg

Gumoh atau regurgitasi adalah dikeluarkannya isi refluks dari esofagus ke dalam rongga mulut dan kemudian dikeluarkan dari rongga mulut. Refluks gastroesofagus (RGE) adalah kembalinya isi lambung (makanan, minuman, asam, pepsin, asam empedu, dan sebagainya) ke dalam esofagus tanpa terlihat upaya bayi untuk mengeluarkannya. Sebagian besar isi refluks tersebut masuk ke dalam rongga mulut sebagai regurgitasi (gumoh).

Muntah umumnya memiliki komponen forceful ejection atau adanya dorongan individu untuk mengeluarkan isi lambungnya dan volume yang dikeluarkan lebih banyak. Bayi yang mengalami muntah juga umumnya tampak “sakit”, tidak seperti bayi yang mengalami gumoh, yang seringkali disebut happy spitters.

MomDad dapat mengenali bayi gumoh dengan ciri:

  • Umumnya bayi tidak tampak kesakitan
  • Terjadi setelah bayi minum/makan, umumnya dalam 30 menit pertama
  • Tidak tampak adanya dorongan/ upaya bayi mengeluarkan, berbeda dengan muntah yang diserta dorongan bayi mengeluarkan isi lambung dari mulutnya.
  • Frekuensi < 4x dalam sehari, dan tidak timbul pada usia < 7 hari

Penyebab Gumoh

gumoh vs muntah-2.jpg

Bayi gumoh disebabkan oleh refluks gastroesofagus dan regurgitasi dikaitkan dengan belum sepenuhnya fungsi motilitas saluran cerna bayi berkembang. Regurgitasi merupakan keadaan fisiologis pada bayi berusia di bawah 12 bulan. Sebagian besar (80%) bayi berusia 1 bulan mengalami regurgitasi, minimal 1 kali sehari. Frekuensi dan volume regurgitasi berkurang sesuai dengan bertambah usianya bayi, sekitar 40-60% pada usia 5-6 bulan dan 5-10% pada usia 12 bulan. Sebagian besar episode RGE berlangsung < 3 menit, terjadi saat setelah makan/menyusu.

Tidak selalu ada perbedaan dalam warna atau tekstur antara gumoh dan muntah. Keduanya dapat berupa isi makanan yang sebelumnya dikonsumsi bayi, namun pada kondisi berat dapat disertai bercak darah akibat iritasi esofagus berulang, baik pada gumoh maupun muntah. Isi refluks asam yang terlalu lama dan sering berada di dalam esofagus dapat menyebabkan kerusakan mukosa esofagus dan berlanjut menyebabkan berbagai komplikasi. Keadaan ini disebut sebagai esofagitis atau penyakit RGE (PRGE).

Kapan Perlu Khawatir?

Tanda bahaya yang ditemukan pada bayi dengan gejala refluks gastroesofagus, harus dipertimbangkan adanya gangguan organik sebagai penyebab gejala tersebut. ‘Tanda bahaya’ pada refluks gastroesofagus, antara lain:

  • Muntah berlebihan
  • Muntah darah (hematemesis),
  • Rewel dan menangis berlebihan
  • Posisi melengkung punggung (Sandifer)
  • Batuk berlebihan yang tidak respon dengan terapi standar
  • Gagal tumbuh
  • Masalah makan
  • Gangguan neurologi

Namun, jika gumoh menyebabkan bayi mengalami kesulitan makan, penurunan berat badan yang signifikan, atau tampak sangat tidak nyaman, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter anak. Terkadang, bayi mungkin mengalami refluks asam gastroesofageal yang lebih serius, yang memerlukan perhatian medis.

Referensi:

.

familyfamily
Baca artikel tumbuh kembang anak di PrimaKu!
Unduh sekarang
playstoreappstore
primaku
Aplikasi tumbuh kembang anak Indonesia. Didukung penuh oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
Mitra resmi kami:
kemenkesidaibkkbn
Unduh PrimaKu
playstoreappstore
© 2023 All rights reserved PRIMAKU, Indonesia
Cari kami di: