Meta PixelHubungan Diabetes Melitus Tipe 1 dan Gangguan Makan pada Anak: Tantangan Psikiatri yang Sering Terlewatkan<!-- --> | Articles | <!-- -->PrimaKu - Pelopor Aplikasi Tumbuh Kembang Anak di Indonesia

Hubungan Diabetes Melitus Tipe 1 dan Gangguan Makan pada Anak: Tantangan Psikiatri yang Sering Terlewatkan

Author: dr. Afiah Salsabila

13 Mei 2025

Topik: Diabetes anak, Diabetes Tipe 1, Diabetes Mellitus, Diabetes remaja, Insulin, Gangguan Makan

Diabetes melitus tipe 1 (DM tipe 1) pada anak bukan hanya masalah gangguan fisiologi tubuh, tetapi juga merupakan kondisi yang berpontensi menimbulkan masalah psikososial bagi yang memilikinya. Dalam kehidupan sehari-hari. anak dan remaja dengan DM tipe 1 memerlukan pemantauan yang ketat pada kondisi tubuh dengan mengontrol pola makan dan mengukur glukosa darah yang berulang. Anak dan remaja dengan DM tipe 1 juga memiliki tekanan untuk mempertahankan berat badan yang ideal. Semua hal tersebut dapat  dapat mengarah pada hubungan yang kompleks, bahkan patologis, dengan makanan. Hubungan ini perlu diperhatikan karena gangguan makan tidak hanya memperburuk kontrol glikemik, tetapi juga dapat meningkatkan risiko komplikasi kronik. (1,2)


Pengaturan pola makan yang ketat dan perhatian konstan terhadap asupan kalori dapat menyebabkan obsesi terhadap berat badan dan makanan. Hal ini terutama relevan pada remaja perempuan, yang secara biologis dan sosial lebih rentan terhadap tekanan tubuh ideal. (2) Selain itu, hipoglikemia yang diikuti dorongan makan impulsif dapat memicu siklus binge eating. Tidak jarang, pasien anak menemukan bahwa dengan menyuntikkan insulin secara tidak adekuat, mereka dapat menurunkan berat badan dengan cepat. Praktik ini dikenal sebagai diabulimia, yang sangat berbahaya karena memperburuk hiperglikemia kronis serta mempercepat komplikasi seperti retinopati, nefropati, dan ketoasidosis diabetikum. (1,2)


Prevalensi gangguan makan pada anak dan remaja dengan DM tipe 1 lebih tinggi dibandingkan populasi umum. Meta-analisis menunjukkan bahwa risiko gangguan makan pada pasien DM tipe 1 lebih besar dari kelompok tanpa diabetes tipe 1. Risiko ini lebih tinggi pada perempuan.(1) Penelitian lain melaporkan bahwa 37,9% remaja perempuan dengan DM tipe 1 menunjukkan perilaku makan yang menyimpang, dan sebanyak 10,3% pernah secara sengaja mengurangi insulin untuk menurunkan berat badan. (2)


Gangguan makan pada pasien DM tipe 1 perlu ditangani karena dapat memengaruhi kontrol gula darah pada pasien-pasien tersebut. Pasien dengan diabetes tipe 1 dan gangguan makan memiliki nilai HbA1c yang cenderung lebih tinggi, kontrol glikemik yang buruk, serta komplikasi mikrovaskular yang lebih cepat muncul. (2) 


Sayangnya, dalam praktik klinis di Indonesia, asesmen gangguan makan masih jarang dilakukan. Sebuah studi di Poliklinik Endokrinologi Anak RSCM menunjukkan bahwa 45,8% anak dengan DM tipe 1 memiliki potensi untuk juga mengalami gangguan perilaku psikososial, dengan gangguan internalisasi sebagai bentuk paling umum. Gangguan kejiwaan ditemukan pada 41,7% pasien, dengan risiko lebih tinggi pada mereka yang menderita diabetes lebih dari lima tahun atau memiliki komplikasi. (3)


Untuk menghindari luputnya diagnosis gangguan makan pada anak dengan DM tipe 1, diperlukan skrining berkala menggunakan instrumen yang tervalidasi. Alat seperti Diabetes Eating Problem Survey-Revised (DEPS-R) telah terbukti spesifik untuk pasien dengan diabetes, namun belum tersedia versi Bahasa Indonesia. (2)  Pemeriksaan lebih lanjut melalui anamnesis juga penting, terutama bila ditemukan penurunan berat badan yang tidak wajar atau penyuntikan insulin yang tidak sesuai kebutuhan.


Peran tenaga kesehatan sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang suportif. Edukasi tidak hanya difokuskan pada kontrol glikemik, tetapi juga pada citra tubuh yang sehat dan hubungan positif dengan makanan. Orang tua perlu dilibatkan agar mereka mampu mengenali tanda-tanda awal gangguan makan, seperti perubahan drastis pola makan, penyembunyian makanan, atau ketidakteraturan penyuntikan insulin.


Kesimpulan

Hubungan antara DM tipe 1 dan gangguan makan merupakan permasalahan kompleks yang memerlukan pendekatan multidisipliner. Gangguan makan bukan komplikasi sekunder yang bisa diabaikan, melainkan bagian integral dari spektrum dampak DM tipe 1. Melalui asesmen tepat, intervensi dini, dan kerja sama lintas sektor, risiko jangka panjang dapat ditekan. Di Indonesia, integrasi kesehatan jiwa ke dalam layanan diabetes anak bukan lagi opsi, melainkan keharusan.


Daftar Pustaka

  1. Dean YE, Motawea KR, Aslam M, et al. Association Between Type 1 Diabetes Mellitus and Eating Disorders: A Systematic Review and Meta‐Analysis. Endocrinol Diabetes Metab. 2024;0:e473. doi:10.1002/edm2.473.
  2. Hanlan ME, Griffith J, Patel N, Jaser SS. Eating Disorders and Disordered Eating in Type 1 Diabetes: Prevalence, Screening, and Treatment Options. Curr Diab Rep. 2015;15(10):65. doi:10.1007/s11892-015-0645-z.
  3. Rahmawati L, Soedjatmiko, Gunardi H, Sekartini R, Batubara JR, Pulungan AB. Gangguan Perilaku Pasien Diabetes Melitus Tipe-1 di Poliklinik Endokrinologi Anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Sari Pediatri. 2007;9(4):264-269.