
Pentingnya Stimulasi Bermain untuk Merangsang Kecerdasan Multipel
28 Jan 2018
Author: dr. Afiah Salsabila
23 Mei 2025
Topik: Artificial Intelligence, Teknologi, Kesehatan Anak, pediatrics
Kemajuan teknologi kecerdasan buatan, atau artificial intelligence (AI) telah membawa revolusi dalam berbagai aspek layanan kesehatan, termasuk di bidang pediatri. AI kini tidak hanya membantu mendiagnosis penyakit atau mengolah data klinis dalam jumlah besar, tetapi juga mulai berperan dalam mendesain rencana terapi, prediksi risiko penyakit, hingga pemberdayaan keluarga dalam pengambilan keputusan medis. Namun, di balik potensi besar tersebut, terdapat tantangan teknis dan etik yang perlu diantisipasi agar penerapannya dalam kesehatan anak tidak menimbulkan dampak negatif jangka panjang.
Potensi AI dalam Memajukan Kesehatan Anak
Di bidang klinis, AI telah terbukti mampu meningkatkan akurasi diagnosis dan efisiensi pelayanan. Dalam sebuah studi, algoritma deep learning yang dilatih menggunakan foto wajah anak dengan sindrom genetik mencapai akurasi hingga 88% dalam mengenali gangguan tersebut. (1) Di unit perawatan intensif neonatal, AI mampu memprediksi risiko sepsis lebih dini dengan sensitivitas 93% dan spesifisitas 80%. (1)
Tidak hanya diagnosis, AI juga digunakan dalam pemantauan berkelanjutan melalui perangkat wearable yang memungkinkan dokter memantau kondisi anak secara real-time di luar rumah sakit. (2) AI juga membantu personalisasi terapi berdasarkan informasi genetik dan riwayat medis anak, seperti dalam precision oncology, sehingga terapi menjadi lebih tepat sasaran dan minim efek samping. (2)
Dalam pelayanan preventif dan prediktif, AI dapat mengidentifikasi risiko penyakit sejak dini. Contohnya, prediksi obesitas berdasarkan pola makan dan genetika, atau skrining risiko gangguan perkembangan seperti autisme melalui analisis perilaku dan lingkungan (2). Dengan kemampuan mengolah data besar, AI memperkuat prinsip 7P pediatri modern: personalized, predictive, preventive, participatory, precise, peripheral, dan poly-professional medicine.
Tantangan dan Risiko Etik yang Dihadapi
Meskipun menjanjikan, pemanfaatan AI dalam pediatri menghadirkan sejumlah tantangan etik dan teknis yang signifikan. Tantangan ini berkaitan erat dengan prinsip dasar kedokteran seperti keadilan, nonmaleficence, dan otonomi (3).
1. Bias dan Ketimpangan Akses
AI yang dilatih menggunakan data dari populasi homogen—sering kali dari negara maju—dapat menimbulkan ketidaktepatan pada anak dari latar belakang berbeda. Sebuah studi menunjukkan bahwa sistem AI untuk analisis wajah anak berkinerja lebih baik pada anak kulit putih dibanding anak dari etnis lain (1). Hal ini menggarisbawahi pentingnya keberagaman data dalam pelatihan model.
2. Privasi dan Keamanan Data Anak
AI bergantung pada data sensitif, termasuk rekam medis elektronik dan data genetik. Risiko pelanggaran privasi atau reidentifikasi individu tetap tinggi meskipun data telah dianonimkan (3). Dalam pediatri, hal ini lebih krusial karena menyangkut hak anak untuk dilindungi.
3. Transparansi dan Akuntabilitas
Banyak sistem AI beroperasi sebagai “kotak hitam”—hasil diberikan tanpa penjelasan yang jelas mengenai bagaimana keputusan dibuat. Hal ini menyulitkan dokter untuk menjelaskan dasar pengambilan keputusan dan memperumit atribusi tanggung jawab jika terjadi kesalahan medis. (3)
4. Ancaman terhadap Masa Depan Anak
AI dapat digunakan untuk prediksi jangka panjang yang berisiko membatasi pilihan hidup anak, misalnya melalui labelisasi berdasarkan potensi kognitif atau genetik. Ini bertentangan dengan prinsip etik bahwa anak berhak atas masa depan terbuka dan tidak ditentukan sepenuhnya oleh teknologi (3).
Strategi Antisipasi dan Rekomendasi
Untuk memastikan pemanfaatan AI yang aman dan etis, beberapa prinsip penting perlu diterapkan:
Kesimpulan
AI memiliki potensi besar untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas layanan kesehatan anak, mulai dari diagnosis, terapi, hingga edukasi dan monitoring. Namun, pemanfaatan AI harus diiringi dengan prinsip etik yang kuat, perlindungan data yang ketat, serta keterlibatan aktif dokter dan keluarga pasien. Dengan pendekatan kolaboratif lintas disiplin, termasuk bioetika, hukum, teknologi, dan klinis, kita dapat memastikan bahwa AI menjadi alat bantu yang memperkuat peran dokter anak—bukan menggantikannya—demi masa depan kesehatan anak yang lebih adil dan personal.
NB: Untuk informasi lebih lanjut mengenai aplikasi AI dalam praktik klinis, Anda bisa kunjungi laman AAP berikut untuk mengakses video-video webinar terkait topik tersebut: https://www.aap.org/en/practice-management/health-information-technology/artificial-intelligence-in-pediatric-health-care/?srsltid=AfmBOoofTESrzi-EijZh3VfNUEphtFhsZFIPtMC7s0B12nt2QJDWEjYl
Daftar Pustaka
28 Jan 2018
31 Jul 2022
6 Sep 2022
8 Sep 2022