Meta PixelQnA Menyusui dan Pemberian ASI: Panduan Komunikasi Praktis untuk Dokter Anak<!-- --> | Articles | <!-- -->PrimaKu - Pelopor Aplikasi Tumbuh Kembang Anak di Indonesia

QnA Menyusui dan Pemberian ASI: Panduan Komunikasi Praktis untuk Dokter Anak

Author: dr. Afiah Salsabila

10 Sep 2025

Topik: Frekuensi Menyusui, Ibu Menyusui, Menyusui, QnA

Pendahuluan

Meskipun menyusui merupakan cara terbaik untuk memberi nutrisi pada bayi, banyak ibu yang beralih ke susu formula akibat kendala yang ditemui ketika mereka berusaha untuk memberikan ASI eksklusif. Data menunjukkan bahwa lebih dari 80% ibu memberikan ASI pada anaknya ketika lahir, namun angka ini menyusut dalam enam bulan pertama kehidupan bayi. Tantangan yang sering dilaporkan mencakup rasa sakit pada puting, persepsi kekurangan ASI, hingga masalah pelekatan. Dokter anak sering kali menjadi tempat pertama ibu bertanya mengenai pemberian ASI. Berikut adalah daftar pertanyaan-pertanyaan yang sering ditanyakan oleh ibu seputar menyusui dan jawaban-jawabannya. (1,2)


Pertanyaan 1: “Apakah ASI benar-benar lebih baik daripada susu formula?”

ASI Eksklusif memiliki banyak kelebihan, tak hanya untuk bayi tetapi juga pada ibu. Bayi yang mendapat ASI memiliki risiko lebih rendah terhadap berbagai penyakit karena mengandung antibodi ibu yang dapat mencegah berbagai penyakit menular seperti diare, batuk pilek, dan otitis media. Tak hanya itu, pemberian ASI eksklusif pada bayi menurunkan risiko gejala asma, obesitas, dermatitis atopik. Di bayi prematur, ASI eksklusif juga dapat menurunkan risiko necrotizing enterocolitis (NEC). ASI juga mengandung berbagai nutrisi yang berperan dalam perkembangan otak anak sehingga dapat berpengaruh pada skor IQ yang lebih tinggi di kemudian hari. Bagi ibu, menyusui menurunkan risiko kanker payudara, kanker ovarium, penyakit kardiometabolik, serta postpartum depression. Susu formula memang dapat menjadi pilihan bila ada indikasi medis, namun ASI tetap sumber nutrisi optimal yang tidak dapat sepenuhnya digantikan. (2)


Pertanyaan 2: “Sampai usia berapa bayi sebaiknya mendapat ASI?”

WHO dan berbagai organisasi internasional merekomendasikan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan, lalu dilanjutkan dengan makanan pendamping hingga minimal 12 bulan. WHO bahkan menganjurkan hingga usia 24 bulan atau lebih. Jawaban dapat disampaikan dengan bahasa sederhana, misalnya: “Idealnya bayi hanya minum ASI saja sampai usia 6 bulan. Setelah itu mulai MPASI, tapi ASI tetap dilanjutkan sampai 2 tahun agar manfaatnya maksimal.” (2)


Pertanyaan 3: “Saya takut ASI saya kurang, bagaimana cara tahu cukup atau tidak?”

Kekhawatiran akan kecukupan ASI adalah alasan paling sering yang menyebabkan ibu untuk menghentikan ASI. Penting bagi dokter untuk membedakan antara kekurangan nyata dan kekhawatiran semata. Penilaian objektif meliputi pemantauan berat badan bayi, frekuensi buang air besar, serta pola menyusu. Pada keadaan normal, bayi baru lahir menyusu 10–12 kali per hari. Selama 24 jam pertama, bayi baru lahir cukup bulan yang sehat membutuhkan sekitar 6 mL ASI setiap kali menyusu. Kebutuhan ini meningkat menjadi sekitar 30 mL per kali menyusu pada hari ke-3 dan sekitar 60 mL per kali menyusu pada hari ke-5.

Bayi baru lahir yang menerima nutrisi adekuat idealnya buang air besar setidaknya sekali dalam 24 jam pertama dan dua kali dalam 48 jam pertama. Setelah itu, frekuensi meningkat menjadi sekitar enam hingga delapan kali per hari pada hari ke-3, saat tinja berubah menjadi berwarna hijau. Pada hari ke-5 hingga ke-7, tinja biasanya berwarna kuning muda menyerupai biji mustard.

Bayi baru lahir sebaiknya bertambah berat sekitar 105 hingga 210 gram per minggu (15 hingga 30 gram per hari). Jika pencapaian ini tidak terpenuhi, kenali tanda-tanda menyusui yang tidak efektif berikut:

  1. Penurunan berat badan bayi lebih dari 7%
  2. Penurunan berat badan yang terus berlanjut setelah hari ketiga kehidupan
  3. Tidak terdengar suara menelan saat menyusu
  4. Kurang dari enam popok basah per hari setelah hari ke-4 kehidupan
  5. Kurang dari tiga kali buang air besar per hari setelah hari ke-4 kehidupan
  6. Perubahan payudara ibu yang minimal (tidak terasa penuh, tidak ada rembesan ASI) pada hari ke-5 pascapersalinan
  7. Nyeri puting yang menetap lebih dari 30 detik hingga satu menit setelah bayi menempel (latch) (2)


Pertanyaan 4: “Apakah aman memberikan ASI bila saya sedang sakit atau minum obat?”

Sebagian besar penyakit ringan, termasuk demam dan flu, bukan kontraindikasi menyusui. Bahkan, antibodi dalam ASI membantu melindungi bayi. Mengenai obat, sebagian besar aman dikonsumsi selama menyusui, namun setiap kasus perlu ditinjau berdasarkan jenis obat dan dosis. Dokter dapat menenangkan ibu dengan: “Sebagian besar obat aman untuk ibu menyusui, tapi mari kita cek obat yang Ibu konsumsi agar lebih pasti.”

Untuk memeriksa keamanan obat untuk ibu menyusui, kunjungi database berikut: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK501922/


Kesimpulan

Pertanyaan mengenai menyusui sangat beragam, namun sebagian besar berulang pada tema yang sama: kecukupan ASI, nyeri menyusui, dan durasi pemberian. Dokter anak berperan penting tidak hanya dalam memberikan jawaban berbasis bukti, tetapi juga dalam menyampaikannya dengan empati agar ibu merasa didukung. Pendekatan yang hangat, disertai edukasi yang mudah dipahami, terbukti meningkatkan keberhasilan menyusui jangka panjang.. Dengan demikian, setiap konsultasi bukan sekadar tanya-jawab klinis, melainkan juga kesempatan untuk memperkuat kepercayaan diri ibu dalam memberikan ASI bagi bayinya.


Referensi:

  1. Centers for Disease Control and Prevention. Frequently asked questions (FAQ) about breastfeeding [Internet]. Atlanta: CDC; 2024 [cited 2025 Sep 7]. Available from: https://www.cdc.gov/breastfeeding/php/faq/faq.html
  2. Westerfield KL, Koenig K, Oh R. Breastfeeding: Common questions and answers. Am Fam Physician. 2018 Sep 15;98(6):368-73. Available from: https://www.aafp.org/pubs/afp/issues/2018/0915/p368.html