Masalah Makan: Fussy Eaters pada Anak yang Bikin BB Turun
Author: Annasya
Editor: dr. Lucyana Alim Santoso, Sp.A
Topik: Fussy Eaters, Nutrisi, Picky Eater, Diari Nutrisi
Fussy eating (fussy eaters) atau yang sering juga disebut picky eater merupakan salah satu spektrum food preference yang terjadi pada masa kanak-kanak [1]. Food preference memiliki spektrum, mulai dari picky eater sampai selective eater. Fussy eaters didefinisikan sebagai anak yang menolak makanan tertentu atau pilih-pilih makan, namun masih mengonsumsi minimal satu macam dari setiap kelompok makanan, yaitu karbohidrat, protein, sayur atau buah, baik makanan tersebut sudah dikenalnya ataupun belum. Sedangkan selective eater adalah anak yang menolak semua jenis makanan dalam kelompok makanan tertentu, misalnya menolak semua makanan sumber protein.
Perbedaan Fussy Eaters Normal vs Food Neophobia pada Anak
Fussy eaters erat kaitannya dengan food neophobia. Food neophobia merupakan bagian dari fase perkembangan normal seorang anak. Pada fase food neophobia, anak cenderung menolak makanan baru. Fase neophobia ini sebenarnya merupakan proses mekanisme evolusi survival yang menguntungkan untuk membantu anak menghindari konsumsi substansi beracun saat sang anak sudah memiliki kemampuan mobilitas dan memilih makanannya sendiri tanpa pengawasan orang tua. Food neophobia umumnya terjadi pada pengenalan makanan baru, sedangkan fussy eating dapat terjadi pada makanan yang baru maupun yang sudah dikenal sebelumnya.
Penyebab picky eating termasuk kesulitan makan, keterlambatan pengenalan makan bertekstur pada periode MPASI, tekanan atau paksaan untuk makan, preferensi saat awal; efek psikologis orang tua misalnya ibu yang khawatir anaknya menjadi pemilih makanan [2].
Dampak Fussy Eaters pada Pertumbuhan Anak
Fussy eaters dapat memengaruhi variasi dan pilihan nutrisi anak. Anak yang mengalami fussy eaters yang berkepanjangan dapat memengaruhi status gizi dan berisiko mengalami defisiensi nutrien yang tidak terkandung dari pilihan makanannya sehari-hari. Hal ini juga termasuk kekurangan serat pangan, sebagai akibat kurangnya asupan sayur dan buah, dapat mengakibatkan konstipasi pada anak dengan picky eating. [2]
Strategi Mengatasi Fussy Eaters
Intervensi perilaku berupa pengenalan makanan baru sejak usia dini merupakan salah satu upaya pencegahan fussy eaters. Tata laksana fussy eaters maupun selective eater adalah mengatasi ketidaksukaan terhadap makanan dengan pengenalan sistematik terhadap makanan baru (systematic introduction of new food), menggunakan prinsip berikut: [3-4]
- Sajikan makanan dalam porsi kecil.
- Sajikan berbagai makanan yang bervariasi meskipun bukan merupakan makanan yang disukai MomDad .
- Paparkan anak terhadap makanan baru sebanyak 10-15 kali. Penelitian menunjukkan bahwa dibutuhkan 10 kali atau lebih paparan untuk meningkatkan penerimaan terhadap makanan baru pada anak usia 2 tahun; dan 8-15 kali paparan pada anak usia 4-5 tahun. Pengenalan awal dapat dilakukan dengan menyajikan makanan baru tersebut di piring MomDad.
- Sajikan makanan baru di meja pada jarak yang terjangkau oleh anak tanpa menawarkan kepada anak. Batita umumnya lebih tertarik mencoba makanan baru bila mereka memegang kendali, namun bila mereka diminta atau disuruh memakan sesuatu yang baru, maka umumnya mereka secara spontan akan menolak.
- Berikan contoh makan makanan baru dengan cara yang menyenangkan tanpa menawarkan makanan tersebut kepada anak sampai ketakutan anak menghilang dan anak mengekspresikan ketertarikan kepada makanan baru tersebut. Semakin banyak orang di sekitar anak yang makan makanan serupa, maka anak akan semakin tertarik.
- Jika paparan terhadap makanan tertentu menyebabkan anak ingin muntah atau bahkan muntah, hentikan makan makanan tersebut dan cobalah makan makanan yang lebih mendekati makanan yang disukai anak.
- Campurlah sedikit makanan baru dengan makanan yang sudah disukai anak dan perlahan-lahan tingkatkan proporsi makanan baru (food chaining). Misalnya, apabila anak suka French fries maka Mom dapat memberikan modifikasi kentang olahan dengan membuat kroket/perkedel hingga pai ayam. Penelitian menunjukkan bahwa food chaining yang dilakukan selama 3 bulan pada anak usia 1-14 tahun dapat memperbaiki penerimaan makanan anak yang memiliki selektivitas yang ekstrim.
- Bersikap dan berpikir netral dan tenang dalam menyikapi asupan makanan anak.
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menangani anak yang fussy eaters, jadi MomDad jangan menyerah, ya!
Referensi:
- Taylor CM, Wernimont SM, Northstone K, Emmett PM. Picky/fussy eating in children: Review of definitions, assessment, prevalence and dietary intakes. Appetite. 2015 Dec;95:349-59. doi: 10.1016/j.appet.2015.07.026. Epub 2015 Jul 29. PMID: 26232139.
- Taylor CM, Emmett PM. Picky eating in children: causes and consequences. Proc Nutr Soc. 2019 May;78(2):161-169. doi: 10.1017/S0029665118002586. Epub 2018 Nov 5. PMID: 30392488; PMCID: PMC6398579.
- Wolstenholme H, Kelly C, Hennessy M, Heary C. Childhood fussy/picky eating behaviours: a systematic review and synthesis of qualitative studies. Int J Behav Nutr Phys Act. 2020 Jan 3;17(1):2. doi: 10.1186/s12966-019-0899-x. PMID: 31900163; PMCID: PMC6942299.
- Rekomendasi tatalaksana masalah makan pada anak dan balita. IDAI. 2014. UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik