Tips Mengatasi Anak yang Suka Menolak Makanan Baru
Author: Dhia Priyanka
Editor: dr. Lucyana Alim Santoso, Sp.A
Topik: Food Neophobia, MPASI, Makanan Baru
Anak yang cenderung menolak makanan baru atau food neophobia merupakan fase normal pada tumbuh kembang. Faktor yang memengaruhi terjadinya food neophobia dan food preference antara lain adalah paparan makanan pada usia dini, tekanan dalam proses makan, tipe kepribadian, parental feeding styles, dan pengaruh lingkungan.
Paparan terhadap rasa sendiri sudah timbul sejak dari dalam kandungan, melalui cairan amnion. Paparan ini kemudian dilanjutkan dengan ASI, karena rasa makanan yang dimakan ibu juga akan diperkenalkan kepada bayi yang menyusu. Oleh karena itu, pola makan ibu selama mengandung dan menyusui akan sangat mempengaruhi preferensi makan anak.
Intervensi perilaku berupa pengenalan makanan baru sejak usia dini merupakan salah satu upaya pencegahan picky eater. Tata laksana picky eater maupun selective eater adalah mengatasi ketidaksukaan terhadap makanan dengan pengenalan sistematik terhadap makanan baru (systematic introduction of new food), menggunakan prinsip berikut:
- Sajikan makanan dalam porsi kecil.
- Sajikan berbagai makanan yang bervariasi meskipun bukan merupakan makanan yang disukai orang tua.
- Paparkan anak terhadap makanan baru sebanyak 10-15 kali. Penelitian menunjukkan bahwa dibutuhkan 10 kali atau lebih paparan untuk meningkatkan penerimaan terhadap makanan baru pada anak usia 2 tahun; dan 8-15 kali paparan pada anak usia 4-5 tahun. Pengenalan awal dapat dilakukan dengan menyajikan makanan baru tersebut di piring orang tua.
- Sajikan makanan baru di meja pada jarak yang terjangkau oleh anak tanpa menawarkan kepada anak. Batita umumnya lebih tertarik mencoba makanan baru bila mereka memegang kendali, namun bila mereka diminta atau disuruh memakan sesuatu yang baru, maka umumnya mereka secara spontan akan menolak.
- Berikan contoh makan makanan baru dengan cara yang menyenangkan tanpa menawarkan makanan tersebut kepada anak sampai ketakutan anak menghilang dan anak mengekspresikan ketertarikan kepada makanan baru tersebut. Semakin banyak orang di sekitar anak yang makan makanan serupa, maka anak akan semakin tertarik.
- Jika paparan terhadap makanan tertentu menyebabkan anak ingin muntah atau bahkan muntah, hentikan makan makanan tersebut dan cobalah makan makanan yang lebih mendekati makanan yang disukai anak.
- Campurlah sedikit makanan baru dengan makanan yang sudah disukai anak dan perlahan-lahan tingkatkan proporsi makanan baru (food chaining). Misalnya, apabila anak suka maka MomDad dapat memberikan modifikasi kentang olahan dengan membuat kroket/perkedel hingga pai ayam. Penelitian menunjukkan bahwa food chaining yang dilakukan selama 3 bulan pada anak usia 1-14 tahun dapat memperbaiki penerimaan makanan anak yang memiliki selektivitas yang ekstrim.
- Bersikap dan berpikir netral dan tenang dalam menyikapi asupan makanan anak.
Penting untuk memahami bahwa preferensi makanan dan food neophobia dapat bervariasi antar individu. Faktor-faktor seperti pengalaman masa kecil, lingkungan keluarga, dan budaya dapat memainkan peran dalam pembentukan preferensi makanan.
Referensi: Rekomendasi tatalaksana masalah makan pada anak dan balita. IDAI. 2014. UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik