
Merasa Sedih saat Menyusui? Mungkin Mom Alami D-MER
24 Feb 2023

Author: Tim PrimaKu
28 Des 2025
Topik: Holiday Blues, Mood Anak, Liburan
Libur Natal dan Tahun Baru selalu jadi momen yang ditunggu-tunggu. Jadwal lebih longgar, waktu bersama keluarga terasa lebih panjang, jalan-jalan dan kumpul jadi agenda utama. Tapi setelah liburan berakhir, banyak orang tua justru merasa tubuh dan pikiran belum benar-benar siap kembali ke rutinitas. Energi terasa habis, mood mudah turun, dan semangat mendadak mengendur. Anak pun sering ikut terdampak, tiba-tiba lebih rewel, sulit fokus, atau menolak kembali ke pola harian seperti sebelum liburan.
Kondisi ini dikenal sebagai holiday blues, yang mana tak hanya dialami orang dewasa, tapi juga anak-anak.¹ Jika tidak diantisipasi, transisi dari liburan ke aktivitas harian bisa terasa berat dan mengganggu keseimbangan emosi seluruh keluarga.
Apa Itu Holiday Blues?
Holiday blues adalah kondisi perubahan suasana hati yang muncul setelah periode liburan berakhir, ditandai dengan rasa lesu, kurang motivasi, mudah emosi, atau sulit fokus.²
Berbeda dengan depresi, holiday blues bersifat sementara, tetapi tetap bisa berdampak pada produktivitas, hubungan keluarga, dan kesiapan anak kembali ke sekolah atau rutinitasnya.
Pada anak, holiday blues sering muncul dalam bentuk:
Kenapa Holiday Blues Bisa Terjadi?
Liburan biasanya mengubah banyak hal sekaligus jam tidur, pola makan, intensitas aktivitas, hingga interaksi sosial. Ketika semua kembali “normal” secara mendadak, otak dan tubuh butuh waktu untuk menyesuaikan diri.³
Beberapa faktor pemicunya antara lain:
1. Perubahan Rutinitas yang Drastis
Selama liburan, anak dan orang tua terbiasa tidur lebih larut, bangun lebih siang, dan menjalani hari tanpa struktur jelas. Saat rutinitas kembali ketat, tubuh bisa “kaget”.⁴
2. Overstimulasi Selama Liburan
Aktivitas padat, perjalanan, dan lingkungan baru membuat sistem saraf bekerja ekstra. Setelahnya, tubuh masuk fase kelelahan yang bisa memengaruhi mood.⁵
3. Anticipatory Stress
Tanpa disadari, orang tua dan anak bisa merasa cemas menghadapi kewajiban setelah liburan—pekerjaan, sekolah, target, dan tanggung jawab harian.⁶
Tanda Holiday Blues pada Orang Tua dan Anak
Holiday blues sering kali halus dan dianggap “biasa”, padahal penting dikenali sejak awal.
Pada orang tua:
Pada anak:
Cara Mencegah Holiday Blues Sebelum dan Sesudah Liburan
Kabar baiknya, holiday blues bisa dicegah dengan langkah sederhana dan konsisten.
1. Kembalikan Rutinitas Secara Bertahap
Mulai 2–3 hari sebelum liburan berakhir, geser jam tidur dan bangun anak secara perlahan. Ini membantu tubuh beradaptasi tanpa stres berlebihan.⁷
2. Sisakan “Hari Transisi”
Hindari langsung mengisi hari pertama setelah liburan dengan agenda padat. Hari transisi membantu otak kembali ke mode harian dengan lebih halus.
3. Jaga Pola Tidur dan Makan
Tidur cukup dan asupan nutrisi seimbang berperan besar dalam stabilitas mood, baik pada anak maupun orang tua.⁸
4. Ajak Anak Bicara soal Akhir Liburan
Validasi perasaan anak dengan kalimat sederhana seperti, “Liburannya seru ya, wajar kalau sedih saat selesai.” Ini membantu anak memproses emosinya dengan sehat.
5. Turunkan Ekspektasi, Naikkan Empati
Hari-hari pertama pasca liburan bukan waktu ideal untuk menuntut performa maksimal. Fokus dulu pada adaptasi.
Kapan Perlu Waspada?
Jika perubahan mood berlangsung lebih dari dua minggu, disertai gangguan tidur berat, nafsu makan menurun drastis, atau anak tampak sangat menarik diri, sebaiknya orang tua berkonsultasi dengan tenaga kesehatan.⁹
Holiday blues bukan tanda kurang bersyukur atas liburan, melainkan respon alami tubuh dan emosi terhadap perubahan ritme hidup. Dengan persiapan dan transisi yang tepat, orang tua dan anak bisa kembali beraktivitas dengan lebih tenang, fokus, dan bersemangat. Liburan boleh berakhir, tapi keseimbangan emosi keluarga tetap bisa dijaga.
