Alergi Susu Sapi
Author:
Topik: bayi
ASI adalah nutrisi terbaik untuk bayi. Namun ada kalanya pemberian ASI eksklusif tidak dapat terlaksana sehingga terpaksa dilakukan pemberian susu formula. Susu sapi merupakan protein asing yang pertama kali dikenal oleh bayi yang tidak mendapat ASI. Alergi susu sapi (ASS) tidak hanya dialami oleh bayi dengan konsumsi susu formula, namun dapat juga dialami oleh bayi dengan ASI eksklusif. ASI dapat mengandung komponen protein susu sapi dari susu yang dikonsumsi ibu. Selain menimbulkan gejala saluran cerna atau kulit, ASS dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak serta dapat berlanjut menjadi alergi lain di kemudian hari. Diagnosis dan tatalaksana ASS harus tepat untuk mencegah hal ini. Angka kejadian ASS berkisar antara 3-4% bayi, yang sebagian besar dialami oleh bayi di bawah 1 tahun.
ASS umumnya menimbulkan gejala saluran cerna berupa muntah, keram perut, kolik, atau diare. Diare dapat disertai darah karena adanya reaksi peradangan yang berat di usus/rektum. Selain itu, ASS dapat menimbulkan gejala di kulit (seperti ruam) dan di saluran napas (pilek alergi atau napas grok – grok). Diagnosis ASS dapat dibantu dengan pemeriksaan kadar IgE spesifik atau uji kulit alergi. Jika tes ini belum dapat menegakkan diagnosis ASS, perlu dilakukan uji eliminasi dan provokasi, dengan menghentikan pemberian susu sapi selama 2 minggu dan memberikan bayi susu soya atau asam amino. Setelah gejala menghilang, susu sapi dapat diberikan kembali. Jika gejala muncul kembali, maka bayi dinyatakan mengalami ASS.
Penghentian susu formula yang mengandung protein susu sapi merupakan strategi utama dan paling aman untuk pasien ASS. Namun, bayi tetap memerlukan asupan susu untuk sumber nutrisi. Pemilihan susu formula alternatif tergantung pada usia, potensi risiko alergi, biaya, ketersediaan, dan komposisi susu formula. Pada bayi ASS di bawah 1 tahun, konsumsi susu formula alternatif dipertahankan selama minimal 6 bulan atau sampai usia 9 – 12 bulan. Bayi yang diberikan susu formula alternatif dengan tepat terbukti dapat tumbuh dan berkembang secara normal.
Beberapa jenis susu formula alternatif yang tersedia sebagai pengganti antara lain:
1. Susu formula hidrolisat ekstensif. Pada susu ini, protein susu sapi terdapat dalam bentuk yang telah dipecah menjadi komponen yang lebih kecil. Sebagian besar bayi dan anak ASS dapat mentoleransi susu jenis ini dengan baik. Susu yang termasuk jenis ini misalnya Nutramigen®, Pregestimil®, dan Pepti-Yunior®.
2. Formula asam amino. Formula yang mengandung asam amino bebas (bentuk paling sederhana dari protein) sebagai sumber nitrogen ini merupakan pilihan terbaik untuk bayi dengan ASS, terutama pada ASS berat. Formula asam amino dianggap sebagai pengobatan pilihan pertama untuk ASS. Formula yang termasuk jenis ini misalnya Neocate®.
3. Formula kedelai (soya). Formula ini menggunakan kedelai sebagai sumber protein untuk mengganti komponen susu sapi. Meskipun tidak mengandung susu sapi, namun dapat terjadi reaksi silang antara protein susu sapi dengan protein kedelai, sehingga 10 – 14% bayi ASS dapat mengalami reaksi alergi dengan penggunaan susu ini. Formula kedelai tidak dianjurkan untuk bayi di bawah 6 bulan. Formula ini dapat dipertimbangkan pada bayi dengan keadaan khusus, misalnya masalah ekonomi keluarga, bayi tidak dapat mentoleransi susu formula jenis lain, atau adanya preferensi khusus (pola makan vegetarian).
4. Susu formula hidrolisat parsial tidak dianjurkan untuk bayi ASS.
5. Durasi penggunaan susu formula alternatif bergantung pada keparahan gejala, usia, dan kadar IgE spesifik. Pemberian ulang susu sapi dapat dilakukan setelah penggunaan susu formula alternatif selama minimal 3 bulan (pada bayi IgE negatif atau gejala ringan) sampai 12 bulan (pada bayi IgE positif tinggi, gejala berat). Jika bayi mengalami gejala ulangan setelah pemberian susu sapi, maka penggunaan susu formula alternatif dilanjutkan selama 6 – 12 bulan. Namun, jika bayi tidak mengalami gejala ulangan, maka susu sapi dapat diberikan lagi secara penuh. Sebagian besar bayi dan anak ASS akan sembuh atau toleran terhadap susu sapi saat usia balita. Sebesar 50% bayi ASS akan sembuh pada suai 1 tahun, >75% sembuh pada usia 3 tahun, dan >90% sembuh pada usia 6 tahun.
Catatan : artikel berdasarkan presentasi DR. dr. Zakiudin Munasir, SpA(K) pada acara Symposium A New Concept in Pediatric Clinical Practice di Jakarta, 14 – 15 Februari 2016.