primaku
Mitra resmi kami:
kemenkesidaibkkbn
Unduh PrimaKu di:
playstoreappstore

Kasus COVID-19 Kembali Mencuat, Ini Q&A seputar Metode Swab Test pada Anak

Author: Marisha A

Editor: dr. Lucyana Alim Santoso, Sp.A

Topik: Covid-19, Virus Corona, Swab Test, Swab Anak

Belakangan, kasus COVID-19 di Indonesia kembali meningkat. Meski sudah melakukan vaksinasi COVID-19, MomDad mungkin merasa was-was si Kecil terjangkit virus Corona ini. Ditambah, saat ini penggunaan masker sudah tidak diwajibkan oleh pemerintah. COVID-19 tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi juga anak-anak. Prosedur yang dilakukan untuk mendeteksi virus Corona adalah dengan melakukan swab test atau metode polymerase chain reaction (PCR). Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai swab test pada anak untuk memastikan apakah ia positif COVID-19 atau tidak, simak informasi selengkapnya berikut ini, yuk!

1. Q: Apakah yang dimaksud dengan pemeriksaan swab untuk COVID-19?

A: Pemeriksaan swab dilakukan untuk menentukan seseorang terjangkit COVID-19. Pemeriksaan swab ini mengambil sampel atau spesimen dari area belakang rongga mulut (orofaring) dan belakang rongga hidung (nasofaring). Sampel atau spesimen yang diambil akan diperiksakan dengan menggunakan metode polymerase chain reaction (PCR).

2. Q: Apa saja kondisi atau situasi yang mengindikasikan pemeriksaan swab untuk COVID-19 pada anak?

A: Anak dengan gejala COVID-19, yaitu:

  • Demam dan batuk akut ATAU
  • Tiga atau lebih gejala berikut : demam, batuk, lemas, sakit kepala, nyeri otot, nyeri tenggorokan, pilek, sesak, mual/muntah/nafsu makan turun, diare, perubahan kesadaran yang semuanya bersifat akut
  • Atau anak yang memiliki kontak erat dengan kasus probable atau konfirmasi COVID-19

3. Q: Bagaimana prosedur pemeriksaan swab pada anak?

A: Prosedur swab pada anak untuk serupa dengan prosedur pada dewasa, yaitu menggunakan alat swab yang berbeda untuk area hidung dan mulut. Kedua lubang hidung dan rongga mulut akan diswab untuk mendapatkan spesimen yang adekuat untuk pemeriksaan PCR.

4. Q: Adakah potensi komplikasi pada pemeriksaan swab?

A: Dapat terjadi perdarahan ringan dari hidung pada beberapa anak. Sampel yang tidak adekuat dapat menyebabkan hasil negatif palsu.

5. Q: Adakah anak yang tidak boleh diswab?

A: Anak yang memiliki risiko sumbatan jalan napas atas tidak disarankan untuk diswab, seperti halnya pada penyakit laryngitis, demikian pula anak yang baru saja mengalami trauma atau operasi pada area wajah. Anak dengan gangguan perdarahan, seperti memiliki kadar trombosit yang rendah, juga memerlukan advis dari dokter sebelum menjalani pemeriksaan swab.

6. Q: Kapan pemeriksaan swab harus dikerjakan?

A: Pada anak dengan gejala COVID-19, pengambilan swab dilakukan di hari ke-1 dan 2 untuk penegakkan diagnosis. Bila pemeriksaan di hari pertama sudah positif, tidak perlu lagi pemeriksaan di hari kedua, Apabila pemeriksaan di hari pertama negatif, maka diperlukan pemeriksaan di hari berikutnya (hari kedua). Untuk kasus tanpa gejala, ringan, dan sedang tidak perlu dilakukan pemeriksaan PCR untuk follow-up. Pemeriksaan follow-up hanya dilakukan pada pasien yang berat, kritis, dan anak dengan komorbid.

Pada anak yang memiliki kontak erat dengan kasus probable atau terkonfirmasi positif COVID-19, swab dikerjakan pada hari pertama karantina sebagai entry test dan hari kelima karantina sebagai exit test. Dalam kurun waktu masa karantina, jika anak menjadi bergejala maka harus dilakukan pemeriksaan swab.

7. Q: Apa saja hasil yang mungkin didapatkan dari pemeriksaan swab?

A: Hasil yang dapat muncul dari pemeriksaan swab adalah positif atau negatif untuk COVID-19.

8. Q: Apa yang dimaksud dengan nilai cycle threshold (CT) pada hasil PCR?

A: Nilai CT pada hasil PCR adalah jumlah amplifikasi atau penguatan sinyal agar mesin PCR dapat membaca partikel atau materi genetik virus. Semakin kecil nilai CT menandakan jumlah partikel atau materi genetik virus semakin banyak dalam spesimen yang diperiksa.

9. Q: Pada anak yang sudah pernah mendapatkan hasil swab positif, hingga berapa lama pemeriksaan swab dapat memberikan hasil yang masih positif?

A: Badan Kesehatan Amerika (CDC) melaporkan bahwa virus SARS-COV-2 masih dapat terdeteksi di saluran napas atas hingga 12 minggu setelah munculnya gejala. Mereka juga melaporkan bahwa setelah 10 hari munculnya gejala, virus tidak lagi mengalami pertumbuhan ketika dibiakkan, sehingga menjadi dasar durasi isolasi mandiri bagi pasien COVID-19 dengan gejala ringan dan sedang.

Daftar bacaan:

familyfamily
Baca artikel tumbuh kembang anak di PrimaKu!
Unduh sekarang
playstoreappstore
Rekomendasi Artikel
Lihat semua
cover
Himbauan IDAI Tentang Peningkatan Kewaspadaan Terhadap Kasus...
20 Des 2017
cover
Kasus COVID-19 Kembali Meningkat, Ini Pedoman Isoman pada An...
25 Nov 2022
cover
Kasus COVID-19 Terus Bertambah: Rakyat Indonesia Diminta unt...
15 Des 2023
cover
Kasus HFMD Meningkat, Kenali Gejala & Cara Pencegahannya
22 Feb 2024
cover
Kasus Kematian akibat DBD Terus Naik, Kenali Gejalanya Sedin...
3 Mei 2024
primaku
Aplikasi tumbuh kembang anak Indonesia. Didukung penuh oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
Mitra resmi kami:
kemenkesidaibkkbn
Unduh PrimaKu
playstoreappstore
© 2023 All rights reserved PRIMAKU, Indonesia
Cari kami di: