Asma pada Anak: Mengatasi Masalah Overdiagnosis dan Underdiagnosis
Oleh: dr. Afiah Salsabila
Topik: Asma, Overdiagnosis, Underdiagnosis
Asma merupakan penyakit umum pada anak yang ditandai oleh obstruksi aliran udara dan inflamasi saluran napas, yang menyebabkan sesak napas, mengi, sesak dada, dan batuk. Namun, diagnosa asma seringkali tidak akurat, baik dalam bentuk overdiagnosis maupun underdiagnosis, yang menyebabkan penanganan yang tidak tepat dan berisiko pada pasien anak-anak. Artikel ini akan membahas faktor-faktor penyebab overdiagnosis dan underdiagnosis asma serta pendekatan praktis untuk meningkatkan akurasi diagnosis.
Penyebab Overdiagnosis Asma
Overdiagnosis terjadi ketika anak didiagnosis menderita asma tanpa adanya bukti klinis yang cukup. Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya overdiagnosis adalah:
1. Gejala yang Tidak Spesifik dan Diagnosis Berdasarkan Riwayat Saja
Gejala asma, seperti sesak napas dan batuk, dapat disebabkan oleh berbagai kondisi medis lain, termasuk infeksi saluran napas atas, bronkitis eosinofilik, dan refluks gastroesofageal. Karena gejala ini umum pada banyak kondisi, diagnosis asma sering kali hanya didasarkan pada riwayat gejala tanpa pemeriksaan objektif lebih lanjut. Ketika ini terjadi, anak-anak mungkin mendapatkan pengobatan jangka panjang yang tidak diperlukan, seperti kortikosteroid inhalasi, yang memiliki efek samping signifikan
2. Kurangnya Penggunaan Uji Objektif
Meskipun panduan asma seperti GINA dan NICE merekomendasikan penggunaan tes objektif seperti spirometri, pengukuran fraksi nitrogen monoksida ekshalasi (FeNO), atau tes provokasi bronkus, akses terhadap alat diagnostik ini sering kali terbatas, terutama di tingkat pelayanan primer. Akibatnya, diagnosis asma sering dibuat tanpa tes objektif, meningkatkan risiko overdiagnosis
3. Pengaruh Pengobatan Sebelum Diagnosis
Penggunaan terapi asma, seperti bronkodilator atau kortikosteroid inhalasi, sebelum pengujian dapat menurunkan sensitivitas tes diagnostik. Hal ini menyebabkan hasil tes yang mungkin tidak menunjukkan adanya obstruksi saluran napas, padahal pasien mungkin tetap diberikan diagnosis asma karena riwayat gejalanya
Penyebab Underdiagnosis Asma
Sebaliknya, underdiagnosis terjadi ketika anak yang sebenarnya menderita asma tidak didiagnosis atau mendapatkan pengobatan yang memadai. Beberapa faktor penyebabnya adalah:
1. Keterbatasan Pemeriksaan Fisik dan Tes yang Normal pada Gejala Asimtomatik
Pemeriksaan fisik sering kali normal pada pasien asma jika tidak ada eksaserbasi. Demikian pula, tes seperti spirometri dan FeNO bisa menunjukkan hasil normal pada pasien yang sedang asimptomatik atau telah memulai pengobatan, sehingga menyebabkan kesalahan dalam menyingkirkan diagnosis asma
2. Gejala yang Tidak Dilaporkan atau Tidak Dianggap Penting
Pada banyak kasus, pasien atau orang tua mungkin tidak melaporkan gejala ringan yang muncul secara berkala atau menganggapnya sebagai masalah sementara yang tidak memerlukan perhatian medis. Sebuah studi menunjukkan bahwa sekitar 66% pasien dengan gejala asma dan gangguan aliran udara tidak pernah berkonsultasi dengan dokter mengenai gejalanya
3. Diagnosis Banding yang Tidak Sesuai
Gejala asma sering disalahartikan sebagai kondisi lain, seperti penyakit jantung, atau bahkan kecemasan. Hal ini dapat menyebabkan penundaan dalam diagnosis asma yang sebenarnya, sehingga pasien tidak mendapatkan pengobatan yang diperlukan tepat waktu
Dampak Overdiagnosis dan Underdiagnosis pada Anak
Overdiagnosis dapat menyebabkan anak-anak mengonsumsi obat-obatan yang tidak diperlukan, meningkatkan risiko efek samping seperti penekanan adrenal, osteoporosis, dan infeksi. Selain itu, diagnosis yang salah dapat menghambat identifikasi penyakit lain yang lebih serius, seperti hipertensi pulmonal atau penyakit jantung.
Sebaliknya, underdiagnosis dapat menyebabkan peradangan saluran napas yang tidak terkontrol, peningkatan risiko eksaserbasi yang memerlukan rawat inap, serta remodeling saluran napas jangka panjang yang dapat memperburuk fungsi paru-paru
Mengatasi Masalah Overdiagnosis dan Underdiagnosis
Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan akurasi diagnosis asma pada anak-anak adalah:
- Mengintegrasikan Tes Objektif dalam Algoritma Diagnosis
Menggunakan tes objektif seperti spirometri, tes provokasi bronkus, dan FeNO sebelum memberikan diagnosis asma dapat mengurangi risiko overdiagnosis. Panduan terkini merekomendasikan untuk tidak memberikan pengobatan sebelum diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil tes objektif
2. Pendekatan Multidisiplin dalam Evaluasi Gejala
Dokter anak perlu mempertimbangkan diagnosis alternatif dan menggunakan pendekatan multidisiplin, termasuk evaluasi dari spesialis paru-paru jika diperlukan. Hal ini penting untuk memastikan diagnosis yang tepat sebelum memulai pengobatan jangka panjang.
3. Edukasi kepada Orang Tua dan Pasien tentang Gejala Asma
Menyampaikan informasi tentang gejala asma yang khas dan perlunya evaluasi medis jika gejala menetap atau berulang dapat membantu dalam deteksi dini asma. Edukasi ini juga mencakup informasi tentang pentingnya melaporkan semua gejala kepada dokter, bahkan jika gejalanya tampak ringan atau tidak sering terjadi
4. Monitoring dan Penyesuaian Diagnosis Secara Berkala
Jika diagnosis asma telah ditegakkan, evaluasi ulang secara berkala diperlukan untuk memastikan respons terhadap pengobatan dan kebutuhan terapi lanjutan. Jika ada keraguan mengenai diagnosis, tes objektif dapat diulang untuk memastikan keakuratan diagnosis.
Kesimpulan
Asma pada anak sering kali tidak terdiagnosis atau salah didiagnosis karena gejala yang tidak spesifik dan keterbatasan akses ke tes diagnostik objektif. Dengan menerapkan langkah-langkah yang sistematis dan integrasi tes objektif, dokter anak dapat meningkatkan akurasi diagnosis dan memastikan penatalaksanaan yang tepat bagi anak-anak yang mengalami sesak napas dan batuk. Edukasi yang tepat kepada orang tua juga dapat membantu dalam deteksi dini dan pencegahan komplikasi asma.
Referensi:
Kavanagh J, Jackson DJ, Kent BD. Over- and under-diagnosis in asthma. Breathe (Sheff). 2019 Mar;15(1):e20-e27. doi: 10.1183/20734735.0362-2018. PMID: 31031841; PMCID: PMC6481983.