Dampak Polusi terhadap Asma pada Anak
Oleh: dr. Afiah Salsabila
Topik: Polusi Udara, Asma, Hari Asma Sedunia, Rhinitis Alergi, atopi
Pendahuluan
Asma merupakan sebuah penyakit kronik yang memengaruhi jutaan anak di seluruh dunia. Meskipun berbagai faktor berperan dalam patogenesisnya, polutan lingkungan memiliki pengaruh signifikan dalam memperburuk gejala asma. Artikel ini bertujuan menjelaskan bagaimana polusi memengaruhi asma pada anak, serta strategi penanganan efektif terkait dengan hal tersebut.
Hubungan antara Polusi dan Morbiditas Asma
Paparan polutan lingkungan memiliki hubungan yang erat dengan pengendalian asma yang buruk pada anak. Polusi udara meliputi berbagai zat seperti materi partikulat (PM), nitrogen dioksida (NO₂), sulfur dioksida (SO₂), ozon (O₃), dan senyawa organik volatil (VOC). Polutan ini dapat berasal dari sumber dalam ruangan dan luar ruangan, seperti asap tembakau, emisi kendaraan, dan aktivitas industri.
Paparan Asap Tembakau
Paparan asap rokok lingkungan, atau Environmental Tobacco Smoke (ETS) sering terjadi pada anak, dengan sekitar 40% anak di dunia terpapar asap rokok dari orang tua yang merokok di dalam rumah. Paparan ini terkait dengan peningkatan frekuensi gejala asma, respons yang berkurang terhadap kortikosteroid inhalasi, serangan asma yang lebih parah, peningkatan kunjungan ke instalasi gawat darurat atau rawat inap, serta lama perawatan yang lebih lama.
Polusi Udara Terkait Lalu Lintas (TRAP)
Paparan prenatal dan pasca-kelahiran terhadap polusi udara terkait lalu lintas, atau juga disebut Traffic-related Air Pollution (TRAP) berdampak negatif pada perkembangan paru-paru anak. Paparan terhadap TRAP juga berhubungan dengan peningkatan prevalensi asma dan manifestasi alergi. TRAP mencakup gas-gas seperti NO₂, SO₂, benzena, serta partikel PM₂.₅ dan PM₁₀ dari pembakaran bahan bakar fosil. Zat NO₂, misalnya, semakin dikenal sebagai polutan dalam dan luar ruangan yang terkait dengan perkembangan atopi, mengi, dan volume ekspirasi paksa yang lebih rendah dalam satu detik (FEV₁). Studi terbaru menunjukkan bahwa paparan NO₂ terkait dengan penurunan fungsi paru-paru, peningkatan kebutuhan obat, serta peningkatan risiko dan keparahan eksaserbasi asma.
Paparan Materi Partikulat
Paparan materi partikulat (PM) berimplikasi pada berbagai proses penyakit kardiopulmoner dan terkait dengan kematian dini. Paparan PM₁₀ selama masa kanak-kanak dikaitkan dengan pengurangan FEV₁ sebesar 60 mL pada usia delapan tahun. Serupa dengan itu, paparan PM₂.₅ berkepanjangan berkorelasi dengan eksaserbasi asma yang parah dan peningkatan episode mengi pada anak usia dua hingga sepuluh tahun. Tak hanya secara jangka panjang, paparan PM juga menunjukkan dampak jangka pendek dengan adanya korelasi positif antara konsentrasi PM harian dan kunjungan rumah sakit terkait asma pada anak.
Paparan Ozon
Reaksi antara nitrogen oksida dan VOC dengan sinar matahari menghasilkan ozon (O₃), komponen kabut asap fotokimia. Paparan akut dan jangka panjang terhadap O₃ berhubungan dengan efek buruk pada kesehatan paru-paru, termasuk rasio FEV₁/FVC yang lebih rendah, peningkatan kunjungan gawat darurat terkait asma, serta eksaserbasi asma yang lebih parah. Penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan risiko kunjungan ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) sekitar 10% untuk setiap peningkatan interquartile range pada konsentrasi O₃, terutama pada anak usia 6-19 tahun.
Faktor Kerentanan terhadap Polutan
Ada beberapa faktor risiko yang meningkatkan kerentanan seorang anak terhadap gejala asma akibat polutan. Faktor-faktor ini meliputi usia saat terpapar, etnis, status sosial ekonomi, polimorfisme genetik, dan adanya atopi. Varian genetik tertentu juga dapat meningkatkan kerentanan terhadap polutan, seperti polimorfisme pada gen Glutathione S-transferase, yaitu zat yang dapat memodifikasi respons terhadap polutan. Kehadiran atopi juga dapat mempengaruhi respons terhadap polutan lingkungan; anak yang memiliki hipersensitivitas terhadap kecoa yang terpapar karbon hitam menunjukkan reaksi yang lebih besar dibandingkan anak yang tidak demikian.
Strategi Mengurangi Morbiditas Asma pada Anak Terkait Polusi
Paparan polutan dalam dan luar ruangan adalah faktor risiko yang dapat dimodifikasi untuk pengendalian asma yang buruk pada anak. Upaya pemerintah untuk membuat kebijakan seperti larangan merokok di ruang publik dapat secara efektif mengurangi dampak terkait asap rokok pada kesehatan anak. Sebagai contoh, legislasi tembakau dalam ruangan dikaitkan dengan penurunan kunjungan gawat darurat terkait asma pada anak-anak di Washington D.C., Amerika Serikat. Intervensi di rumah seperti pemakaian penyaring udara dapat meningkatkan kualitas udara dalam ruangan, tetapi memerlukan evaluasi lebih lanjut, mengingat keluaran studi yang beragam. Untuk menangani asma pada anak lebih efektif di tengah tantangan polusi, dokter anak dapat mempertimbangkan langkah-langkah berikut:
- Evaluasi Paparan Polusi: Tinjau lingkungan rumah pasien untuk sumber emisi polutan seperti kompor pembakaran kayu atau aktivitas industri di dekatnya.
- Peningkatan Kualitas Udara Dalam Ruangan: Rekomendasikan penggunaan filter HEPA dan pastikan ventilasi yang baik di dalam ruangan.
- Dukung Gaya Hidup Sehat: Dorong keluarga untuk menghindari merokok dan dukung program berhenti merokok jika perlu.
- Pantau Gejala dengan Ketat: Pantau gejala pasien secara rutin dan sesuaikan rencana pengobatan berdasarkan kondisi lingkungan.
- Edukasi Pasien: Edukasi orang tua dan anak tentang sumber polutan dan cara efektif untuk menguranginya.
Dengan memahami dampak polusi terhadap morbiditas asma pada anak dan menerapkan strategi yang telah dijelaskan, dokter anak dapat secara signifikan meningkatkan keluaran pasien dan mengurangi kunjungan pasien terkait masalah pernapasan.
Referensi
Burbank AJ, Peden DB. Assessing the impact of air pollution on childhood asthma morbidity: how, when, and what to do. Curr Opin Allergy Clin Immunol. 2018 Apr;18(2):124-131. doi: 10.1097/ACI.0000000000000422. PMID: 29493555; PMCID: PMC6016370.