Apakah Pengidap Asma Perlu Menghindari Susu?
Oleh: dr. Afiah Salsabila
Topik: Susu Segar, Susu UHT, Susu Sapi, Susu, Asma, Kesehatan Paru, Paru-Paru
Di masyarakat, ada yang berpendapat bahwa susu tidak boleh diberikan pada pengidap asma. Hal ini karena susu dipercaya dapat meningkatkan produksi lendir pada jalan napas. Data dari Australia menunjukkan bahwa 30% populasi percaya bahwa susu dapat meningkatkan produksi lendir. Tak hanya dari kalangan masyarakat, beberapa dokter juga menganut paham ini dan menganjurkan pasien asma untuk menghindari konsumsi susu. Namun, apakah benar susu memiliki efek yang buruk pada pengidap asma? Untuk menjawab pertanyaan ini, dilakukan sebuah penelitian randomized-controlled trial (RCT) oleh Koren dkk. Berikut adalah kesimpulan dari penelitian tersebut.
Penelitian Koren et al. menginvestigasi efek konsumsi susu pada anak dengan asma maupun tanpa asma. Luaran utama penelitian ini adalah fungsi paru, yang diukur menggunakan parameter Forced Expiratory Volume (FEV1) dan Fractional exhaled nitric oxide (FeNO) pada menit ke 30, 60 , 90 dan 120 menit setelah konsumsi susu sapi sebanyak 240 mL. Penelitian ini menggunakan susu kedelai sebanyak 240 mL sebagai komparator. FEV1 adalah volume udara maksimal yang bisa dihembuskan dalam satu detik dan diukur dengan spirometer, sedangkan FeNO adalah marker inflamasi pada pasien asma dan diukur dengan alat Niox Mino. Hasil yang diperoleh akan dibandingkan dengan pengukuran parameter-parameter tersebut saat baseline (sebelum minum susu). Luaran sekunder yang diukur meliputi (1) gejala subjektif apapun yang muncul, seperti misalkan batuk, produksi lendir, atau kesulitan bernapas, (2) temuan klinis penting pada pemeriksaan fisik, dan (3) perubahan signifikan pada saturasi oksigen yang ditetapkan sebagai penurunan saturasi oksigen lebih dari 1% dari baseline.
Dari 98 anak yang direkrut sebagai subyek penelitian Koren et al., 51 tidak memiliki asma dan 47 memiliki asma; 2 anak tidak bisa menjalankan spirometri, maka total subyek yang hasilnya dimasukkan dalam analisis berjumlah 96 anak. Dari analisis statistik yang dilakukan (two-way ANCOVA), ditemukan bahwa tidak ada perbedaan signifikan pada hasil FeNO dan FEV1 (p-value >0.05) antara baseline dan setelah konsumsi pada kelompok susu sapi maupun kelompok susu kedelai. Secara klinis juga tidak ditemukan perbedaan signifikan pada gejala atau tanda gangguan pernapasan pada grup susu sapi maupun susu kedelai antara sebelum dan sesudah konsumsi susu yang ditetapkan.
Dari penemuan penelitian ini, ditemukan bahwa paparan terhadap susu sapi tidak memiliki efek signifikan pada gejala maupun fungsi fisiologis paru pada anak dengan asma maupun tanpa asma. Maka dari itu, asupan susu pada anak dengan asma tidak perlu dibatasi, kecuali anak memiliki kondisi lain yang mewajibkan pembatasan susu sapi seperti misalkan alergi susu sapi. Bisa disimpulkan bahwa tidak ada basis bukti yang kuat untuk membatasi asupan susu pada anak dengan asma, namun penelitian lebih lanjut tentang periode eliminasi yang lebih lama dan paparan yang berkepanjangan disarankan.
Referensi:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7488715/