Pembakaran sampah di lingkungan perumahan warga masih menjadi kebiasaan yang marak terjadi. Meskipun dianggap sebagai cara praktis untuk mengurangi volume sampah, aktivitas ini ternyata menyimpan dampak besar terhadap kesehatan, terutama bagi anak-anak yang lebih rentan terhadap polusi udara. Asap yang dihasilkan dari pembakaran sampah mengandung berbagai senyawa berbahaya yang berpotensi membahayakan kesehatan. Meskipun semua pembakaran sampah berisiko, jenis sampah yang dibakar memengaruhi komposisi racun yang dilepaskan.&nbsp;PlastikPlastik, terutama plastik berbahan dasar polietilena dan polipropilena, mengandung senyawa kimia berbahaya seperti dioxin dan furan yang dilepaskan ketika dibakar. Dioxin adalah karsinogen yang dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh, sistem saraf, dan bahkan menyebabkan kanker. Selain itu, pembakaran plastik menghasilkan karbon monoksida yang dapat mengurangi oksigen dalam darah.Daun KeringMeskipun tampaknya lebih alami, pembakaran daun kering juga menghasilkan partikulat halus yang berbahaya bagi paru-paru dan saluran pernapasan. Asap dari pembakaran daun kering mengandung senyawa organik volatil yang dapat mengiritasi saluran pernapasan, terutama bagi anak-anak dengan sistem pernapasan yang masih berkembang.KayuPembakaran kayu menghasilkan karbon dioksida dan partikulat halus. Meskipun lebih sedikit menghasilkan racun dibandingkan plastik, pembakaran kayu juga dapat melepaskan senyawa berbahaya seperti PAH yang berpotensi menyebabkan gangguan pernapasan jika terhirup dalam jumlah besar.Pembakaran sampah yang tidak sah, terutama yang dilakukan dengan membakar plastik atau material lain yang berbahaya, bisa dikenakan sanksi pidana. Tindakan ini bisa diproses berdasarkan peraturan yang berlaku di Indonesia, seperti Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.Referensi: <a class="e-rte-anchor" href="https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/ambient-(outdoor)-air-quality-and-health" title="https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/ambient-(outdoor)-air-quality-and-health" target="_blank">Ambient (outdoor) air pollution | WHO</a>

Bahaya Menghirup Asap Bakaran Sampah, Beda Jenis, Beda Racun

bahaya-menghirup-asap-bakaran-sampah--beda-jenis--beda-racun-1754384120487

Sebagai orang tua, MomDad mungkin pernah mengalami situasi di mana si Kecil menahan pipis terlalu lama karena malas atau teralihkan perhatian oleh aktivitas lain. Namun, tahukah MomDad bahwa kebiasaan ini bisa berisiko bagi kesehatan saluran kemihnya? Menahan pipis terlalu lama, terutama jika sering dilakukan, dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan yang memengaruhi fungsi ginjal dan kandung kemih anak. Apa saja sih risiko yang dapat dialami anak saat menahan pipis? Mengapa Anak Menahan Pipis?Sebelum membahas risiko kesehatan, penting untuk memahami alasan mengapa anak menahan pipis. Beberapa alasan umum yang mungkin menyebabkan anak menahan pipis termasuk:<ul><li>Keterlambatan akses ke toilet: Anak mungkin tidak ingin pergi ke toilet jika ia sedang bermain atau belajar, terutama di sekolah atau tempat yang tidak memiliki akses toilet yang mudah.</li><li>Ketidaknyamanan: Kadang-kadang anak merasa malu atau tidak nyaman pergi ke toilet, terutama di tempat umum atau di sekolah.</li><li>Kebiasaan buruk: Beberapa anak mungkin mulai mengembangkan kebiasaan menunda pipis, terutama jika ia diajarkan untuk menahan pipis karena alasan tertentu.</li></ul>Risiko Kesehatan yang Mungkin Timbul dari Menahan Pipis Terlalu LamaMenahan pipis terlalu lama, meskipun mungkin tampak sepele, dapat memengaruhi kesehatan anak dalam beberapa cara. Berikut adalah beberapa risiko yang perlu diperhatikan:<ul><li>Infeksi Saluran Kemih (ISK)</li></ul>Salah satu risiko utama dari kebiasaan menahan pipis adalah infeksi saluran kemih (ISK). Menahan pipis dapat menyebabkan bakteri berkembang biak di kandung kemih, yang meningkatkan kemungkinan terjadinya ISK. ISK bisa menyebabkan gejala seperti rasa terbakar saat buang air kecil, nyeri panggul, atau bahkan demam.<ul><li>Kandung Kemih yang Tidak Sehat</li></ul>Menahan pipis terlalu lama dapat menyebabkan peregangan kandung kemih yang berulang, yang pada akhirnya bisa mengurangi kapasitas kandung kemih untuk menampung urin. Hal ini bisa menyebabkan masalah dalam pengosongan kandung kemih, yang mengarah pada retensi urin dan berpotensi menyebabkan masalah jangka panjang.<ul><li>Gangguan pada Fungsi Ginjal</li></ul>Kebiasaan menahan pipis juga bisa berisiko terhadap fungsi ginjal. Terlalu sering menahan pipis bisa meningkatkan tekanan pada ginjal, berpotensi menyebabkan kerusakan ginjal yang lebih serius dalam jangka panjang, meskipun ini biasanya terjadi pada kasus yang lebih parah dan berulang.<ul><li>Penyakit Ginjal Kronis</li></ul>Pada kasus yang lebih jarang dan parah, kebiasaan menahan pipis terlalu lama dapat berkontribusi pada berkembangnya penyakit ginjal kronis. Hal ini terjadi jika ada penumpukan urin yang berkelanjutan dan menyebabkan masalah permanen pada saluran kemih atau ginjal.Mengatasi Kebiasaan Menahan Pipis pada AnakSebagai orang tua, MomDad dapat melakukan beberapa hal untuk membantu anak mengatasi kebiasaan menahan pipis dan memastikan anak tetap sehat:<ul><li>Ajarkan Anak untuk Mengenali Tanda-Tanda Panggilan Alamiah</li></ul>Ajarkan anak untuk segera pergi ke toilet ketika merasakan dorongan untuk pipis. Memberikan pemahaman tentang pentingnya membuang air kecil secara teratur akan membantu anak mengembangkan kebiasaan yang sehat.<ul><li>Pastikan Akses Toilet yang Mudah</li></ul>Pastikan anak memiliki akses mudah ke toilet, terutama ketika berada di luar rumah atau di sekolah. Jika perlu, diskusikan dengan pihak sekolah atau tempat penitipan anak untuk memastikan ada akses yang memadai.<ul><li>Buat Kebiasaan Membuang Air Kecil Secara Teratur</li></ul>Dorong anak untuk pergi ke toilet secara teratur, bahkan jika ia tidak merasa ingin pipis. Misalnya, ajarkan anak untuk pergi ke toilet setiap 2-3 jam sekali.<ul><li>Hindari Menunda-nunda Pergi ke Toilet</li></ul>Berikan contoh yang baik dengan selalu pergi ke toilet tepat waktu. Jika si Kecil melihat MomDad melakukannya, ia lebih cenderung untuk meniru kebiasaan yang sehat ini.Meskipun menahan pipis tampak seperti kebiasaan yang tidak berbahaya, kebiasaan ini dapat berdampak negatif pada kesehatan saluran kemih anak dalam jangka panjang. Dengan memahami risiko yang terkait dengan menahan pipis, orang tua dapat membantu anak mengembangkan kebiasaan sehat yang mendukung perkembangan mereka secara optimal. Referensi:<ul><li>Melanie C. Marsh, MD;&nbsp; Guillermo Yepes Junquera, MD;&nbsp; Emily Stonebrook, MD;&nbsp; John David Spencer, MD; Joshua R. Watson, MD. Urinary Tract Infections in Children. Pediatr Rev (2024) 45 (5): 260–270.</li><li><a class="e-rte-anchor" href="https://www.gosh.nhs.uk/conditions-and-treatments/conditions-we-treat/urinary-retention/" title="https://www.gosh.nhs.uk/conditions-and-treatments/conditions-we-treat/urinary-retention/" target="_blank">Urinary retention | Great Ormond Street Hospital&nbsp;</a></li></ul>

Anak Suka Menahan Pipis? Awas Risiko Ini Mengintai!

anak-suka-menahan-pipis--awas-risiko-ini-mengintai--1754023992786

Musim hujan yang disertai banjir sering kali membawa risiko kesehatan tambahan, salah satunya adalah leptospirosis. Penyakit ini bisa menyerang siapa saja, termasuk anak-anak, dan dapat menyebabkan komplikasi serius bila tidak segera ditangani. Maka dari itu, penting bagi MomDad untuk mengetahui apa itu leptospirosis, bagaimana cara penularannya, serta langkah-langkah untuk mencegah dan menangani penyakit ini, terutama saat kondisi lingkungan sedang tidak bersahabat. Apa Itu Leptospirosis?Leptospirosis adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri Leptospira interrogans. Bakteri ini banyak ditemukan dalam urine hewan yang terinfeksi, terutama tikus. Saat banjir, air tercemar urine tikus dapat masuk ke tubuh manusia melalui luka terbuka di kulit atau melalui selaput lendir (seperti mata, hidung, dan mulut).Penularan dan Gejala LeptospirosisPenularan leptospirosis tidak hanya melalui kontak langsung dengan tikus, tetapi juga melalui:<ul><li>Air banjir yang terkontaminasi urine tikus.</li><li>Lumpur atau genangan air kotor yang bersentuhan dengan luka terbuka.</li><li>Konsumsi makanan/minuman yang terkontaminasi.</li><li>Kontak dengan hewan peliharaan atau ternak yang terinfeksi.</li></ul>Gejala leptospirosis bisa menyerupai flu ringan, namun bila tidak diobati dapat berkembang menjadi kondisi serius. Gejala yang perlu diwaspadai antara lain:<ul><li>Demam tinggi mendadak</li><li>Nyeri kepala dan otot, terutama di betis dan punggung</li><li>Mual, muntah, atau diare</li><li>Mata merah</li><li>Ruam pada kulit</li><li>Warna urine menjadi gelap</li><li>Kulit atau mata menguning (tanda gangguan hati)</li><li>Pada kasus berat, leptospirosis bisa menyebabkan gagal ginjal, meningitis, gangguan paru, hingga kematian.</li></ul> Mencegah Leptospirosis saat BanjirMomDad bisa melakukan beberapa langkah pencegahan berikut ini:<ul><li>Hindari kontak langsung dengan air banjir, terutama jika ada luka terbuka. Gunakan sepatu bot dan sarung tangan bila harus berada di area banjir.</li><li>Jaga kebersihan rumah dan lingkungan, pastikan tidak ada genangan yang bisa menjadi sarang tikus.</li><li>Simpan makanan dan minuman di tempat tertutup agar tidak terkontaminasi.</li><li>Cuci tangan dan kaki setelah terpapar air banjir.</li><li>Pastikan anak-anak tidak bermain air banjir atau lumpur yang kotor.</li><li>Vaksinasi hewan peliharaan bila memungkinkan untuk mencegah penularan.</li></ul> Segera konsultasi ke dokter jika muncul gejala seperti demam mendadak, nyeri otot yang hebat, dan ada riwayat kontak dengan air banjir atau genangan. Pemeriksaan darah dan urine akan membantu memastikan diagnosis.Leptospirosis bukan penyakit yang bisa dianggap sepele, terutama saat musim hujan dan banjir. Namun dengan pengetahuan yang tepat dan langkah pencegahan yang konsisten, MomDad bisa membantu melindungi keluarga dari risiko penyakit ini. Tetap waspada, jaga kebersihan, dan selalu utamakan keselamatan saat menghadapi kondisi cuaca ekstrem. Referensi: <a class="e-rte-anchor" href="https://www.cdc.gov/leptospirosis/about/index.html" title="https://www.cdc.gov/leptospirosis/about/index.html" target="_blank">CDC | About Leptospirosis&nbsp;</a>

Awas Leptospirosis saat Banjir Melanda, Penyakit Berbahaya dari Urine Tikus

awas-leptospirosis-saat-banjir-melanda--penyakit-berbahaya-dari-urine-tikus-1752032566466

Setiap orang tua pasti pernah menghadapi momen ketika anak tiba-tiba jatuh sakit. Baik itu demam, batuk pilek, diare, hingga infeksi ringan lainnya, semuanya bisa membuat cemas dan bingung harus mulai dari mana. Padahal, setiap jenis penyakit membutuhkan pendekatan perawatan yang berbeda, tergantung penyebab dan gejala yang menyertainya. Dengan memahami panduan merawat anak berdasarkan jenis penyakit yang dialami, MomDad bisa mengambil langkah yang lebih tepat, cepat, dan tenang dalam memberikan perawatan di rumah, serta tahu kapan harus segera membawa anak ke fasilitas kesehatan. DemamDemam merupakan respons alami tubuh terhadap infeksi, dan sering menjadi gejala awal berbagai penyakit. MomDad perlu memahami kapan demam bisa ditangani di rumah, dan kapan harus segera mencari bantuan medis. Berikut penanganan demam pada anak:<ul><li>Jika masih menyusu, berikan ASI lebih sering.</li><li>Beri minum lebih sering dan lebih banyak.</li><li>Jangan diselimuti atau diberi baju tebal.</li><li>Kompres dengan air biasa atau air hangat.</li><li>Jangan kompres dengan air dingin karena anak bisa menggigil.</li><li>Jika demam tinggi, beri obat penurun panas sesuai dosis.</li><li>Untuk daerah endemis malaria, balita harus tidur di dalam kelambu anti nyamuk (mengandung insektisida).</li></ul>Segera ke fasilitas pelayanan kesehatan jika:<ul><li>Demam disertai kejang.</li><li>Setelah diberi penurun panas, demam tidak turun dalam 2 hari,</li><li>Demam disertai bintik-bintik merah, pendarahan di hidung, dan atau buang air besar berwarna hitam.</li></ul> BatukBatuk pada anak bisa disebabkan oleh banyak hal, mulai dari infeksi ringan hingga kondisi saluran napas yang lebih serius. Penting bagi orang tua untuk mengenali jenis batuk dan cara perawatannya yang sesuai. Berikut penanganan batuk pada anak:<ul><li>Berikan ASI lebih sering.</li><li>Beri minum air matang lebih banyak.</li><li>Jika umurnya diatas 1 tahun, beri madu dicampur air jeruk nipis sebagai pelega tenggorokan.</li><li>Jauhkan dari asap rokok, asap dapur, asap sampah, polusi kendaraan bermotor dan debu.</li></ul>Segera ke fasilitas pelayanan kesehatan jika:<ul><li>Batuk tidak sembuh dalam 2 hari.</li><li>Anak sesak napas.</li><li>Demam</li></ul><div> </div>Diare atau MencretDiare sering membuat orang tua panik karena dapat menyebabkan dehidrasi, terutama pada anak-anak. Mengetahui cara penanganan yang tepat di rumah sangat membantu mempercepat pemulihan dan mencegah komplikasi. Berikut penanganan diare atau mencret pada anak:<ul><li>Jika anak masih menyusu, terus berikan ASI sesering mungkin.</li><li>Berikan segera 1/2 -1 gelas cairan oralit setiap anak buang air besar, jika tidak ada oralit, berikan air matang, kuah sayur bening, dan air tajin.</li><li>Beri MPASI atau makan seperti biasa.</li><li>Jangan beri obat apapun kecuali dari petugas kesehatan.</li><li>Pemberian zinc setiap hari selama 10 hari berturut-turut:<ul><li>Untuk anak usia &lt;6 bulan 1 kali 1/2 tablet.</li><li>Untuk anak usia 6 bulan - 5 tahun 1 kali 1 tablet.</li></ul></li></ul>Segera ke fasilitas pelayanan kesehatan jika:<ul><li>Timbul demam.</li><li>Ada darah dalam tinja.</li><li>Diare makin parah.</li><li>Muntah terus menerus.</li><li>Anak terlihat sangat haus.</li><li>Anak tidak mau makan dan minum.</li><li>Diare berulang-ulang.</li></ul> Luka dan KorengAnak-anak yang aktif rentan mengalami luka lecet atau koreng akibat jatuh atau tergesek. Penanganan luka yang benar dapat mencegah infeksi dan mempercepat proses penyembuhan kulit. Berikut penanganan luka dan koreng pada anak:<ul><li>Luka: Cuci bersih luka dengan air bersih mengalir.</li><li>Koreng: Periksakan ke Puskesmas.</li></ul>Segera ke fasilitas pelayanan kesehatan jika luka bernanah atau berbau. Merawat anak yang sedang sakit membutuhkan kombinasi antara pengetahuan medis dasar, empati, dan ketenangan. Dengan mengenali gejala, memahami kebutuhan perawatan sesuai jenis penyakitnya, dan mengetahui batas kapan harus mencari pertolongan medis, orang tua dapat berperan besar dalam mempercepat proses pemulihan anak. Jangan ragu untuk terus belajar dan berkonsultasi dengan tenaga kesehatan. Ingat, dukungan emosional dari orang tua adalah bagian penting dari proses penyembuhan anak. Referensi: Buku KIA - Kesehatan Ibu dan Anak.

Panduan Merawat Anak Sakit berdasarkan Penyakitnya

panduan-merawat-anak-sakit-berdasarkan-penyakitnya-1750412121795

Memasuki pertengahan tahun 2025, dunia kembali menghadapi lonjakan kasus COVID-19. Varian baru seperti NB.1.8.1 dan XEC, yang merupakan turunan dari Omicron, telah menyebar di berbagai negara, termasuk Amerika Serikat dan India . Meskipun gejalanya cenderung ringan, peningkatan kasus tetap menjadi perhatian, terutama bagi anak-anak. [1]Lantas, apa yang perlu diwaspadai orang tua terhadap varian baru COVID-19 ini? Apa yang Berbeda dari Varian COVID-19 Lainnya?Varian NB.1.8.1 dan XEC menunjukkan gejala yang mirip dengan varian sebelumnya, seperti: [2]<ul><li>Batuk kering</li><li>Sakit tenggorokan</li><li>Demam ringan</li><li>Kelelahan</li><li>Suara serak atau parau, yang menjadi gejala khas pada gelombang kali ini</li></ul>Meskipun gejalanya ringan, varian ini lebih mudah menular, sehingga risiko penyebaran di kalangan anak-anak tetap tinggi. Bagaimana Melindungi Anak dari COVID-19?Sebagai orang tua, langkah-langkah berikut dapat membantu melindungi anak dari COVID-19:<ul><li>Vaksinasi sesuai usia.</li><li>Gunakan masker yang sesuai untuk anak saat berada di tempat umum.</li><li>Ajarkan dan biasakan mencuci tangan dengan sabun atau menggunakan hand sanitizer.</li><li>Hindari kerumunan dan pastikan ventilasi yang baik di dalam ruangan.</li><li>Pantau kesehatan anak. Jika anak menunjukkan gejala seperti batuk, demam, atau suara serak, segera lakukan tes COVID-19. Isolasi mandiri selama minimal 5 hari dianjurkan jika hasil tes positif. [3]</li><li>Pastikan anak mendapatkan asupan nutrisi yang seimbang dan cukup istirahat untuk mendukung sistem imunnya.</li></ul>Gejala COVID-19 pada anak umumnya ringan, seperti demam, batuk, dan kelelahan. Namun, anak dengan kondisi medis tertentu berisiko mengalami gejala yang lebih berat. [4] Gejala seperti suara serak menjadi lebih umum pada varian terbaru.Dengan meningkatnya kasus COVID-19 di tahun 2025, penting bagi orang tua untuk tetap waspada dan proaktif dalam melindungi anak-anak. Mengikuti protokol kesehatan, memastikan vaksinasi yang sesuai, dan menggunakan produk perlindungan tambahan dapat membantu menjaga kesehatan keluarga. Referensi:<a class="e-rte-anchor" href="https://time.com/7289133/new-covid-variant-nb-181/" title="https://time.com/7289133/new-covid-variant-nb-181/" target="_blank">1. What to Know About the New COVID-19 Variant NB.1.8.1 | TIME</a><a class="e-rte-anchor" href="https://timesofindia.indiatimes.com/life-style/health-fitness/health-news/covid-19-resurges-how-this-new-symptom-is-key-to-xfg-nb-1-8-1-and-lf-7-variants/articleshow/121510457.cms" title="https://timesofindia.indiatimes.com/life-style/health-fitness/health-news/covid-19-resurges-how-this-new-symptom-is-key-to-xfg-nb-1-8-1-and-lf-7-variants/articleshow/121510457.cms" target="_blank">2. COVID-19 resurges: How THIS new symptom is key to XFG, NB.1.8.1, and LF.7 variants | - Times of India</a><a class="e-rte-anchor" href="https://timesofindia.indiatimes.com/city/kolkata/overlapping-symptoms-make-cov-diagnosis-difficult-without-tests/articleshow/121605171.cms" title="https://timesofindia.indiatimes.com/city/kolkata/overlapping-symptoms-make-cov-diagnosis-difficult-without-tests/articleshow/121605171.cms" target="_blank">3. Overlapping symptoms make Cov diagnosis difficult without tests | Kolkata News - Times of India</a><a class="e-rte-anchor" href="https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/covid-in-children" title="https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/covid-in-children" target="_blank">4. Covid in Children: Covid Symptoms in Kids&nbsp;</a>

Waspada Lonjakan Kasus COVID-19, Lindungi Anak dari Ancaman Virus Varian Baru

waspada-lonjakan-kasus-covid-19--lindungi-anak-dari-ancaman-virus-varian-baru-1749027375962

Sebagai orang tua, melihat anak tampak kesulitan bernapas tentu bikin panik. Tapi sayangnya, gak semua tanda sesak napas langsung terlihat jelas di awal. Padahal, mengenali tanda-tanda fisik sesak napas pada anak bisa jadi langkah awal yang sangat penting untuk mencegah kondisi memburuk. Yuk, kenali ciri-ciri fisik anak yang sedang mengalami sesak napas agar bisa segera ditangani dengan tepat. Ciri anak Anak saat Sesak NapasSesak napas pada anak bisa terjadi akibat berbagai hal, mulai dari infeksi saluran napas, asma, alergi, hingga kondisi jantung atau paru yang lebih serius. Berikut beberapa tanda fisik yang perlu diwaspadai, khususnya pada dada:<ol><li>Tarikan dada ke dalam</li></ol>Jika saat bernapas, bagian dada atau tulang rusuk anak tampak tertarik ke dalam, itu bisa jadi pertanda anak mengalami kesulitan menghirup udara. Ini disebut juga dengan retraksi dada.2. Pergerakan dada yang cepat dan dangkalAnak mungkin terlihat bernapas lebih cepat dari biasanya, namun napasnya dangkal. Ini artinya tubuh berusaha keras mendapatkan oksigen, tapi tidak efisien.3. Cekungan atau penonjolan pada dadaBeberapa anak dengan kondisi seperti pectus excavatum (dada cekung) bisa menunjukkan cekungan yang makin dalam saat sesak. Sebaliknya, anak dengan pectus carinatum (dada menonjol) mungkin terlihat makin tegang saat bernapas.4. Kebiruan pada bibir dan kukuWarna kebiruan (sianosis) terutama di bibir, lidah, atau ujung jari menunjukkan kadar oksigen dalam darah rendah dan harus segera diperiksa oleh tenaga medis.5. Mengangguk-angguk kepala saat bernapas (head bobbing)Ini biasanya terjadi pada anak yang sudah sangat kelelahan. Mereka menggunakan gerakan kepala untuk membantu memperluas ruang napas.6. Anak terlihat lelah atau lemasAnak yang sesak napas biasanya tampak cepat lelah, tidak aktif seperti biasa, bahkan bisa tampak seperti ngantuk terus padahal belum waktunya tidur.Sesak napas bukanlah kondisi yang bisa dianggap sepele, apalagi pada anak-anak. Mengenali gejala-gejala fisiknya bisa membantu MomDad mengambil tindakan cepat sebelum situasi menjadi darurat. Jika MomDad melihat satu atau lebih tanda di atas pada anak, sebaiknya segera periksakan ke dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut. Referensi:<ul><li><a class="e-rte-anchor" href="https://www.healthychildren.org/English/tips-tools/symptom-checker/Pages/symptomviewer.aspx?symptom=Breathing+Trouble" title="https://www.healthychildren.org/English/tips-tools/symptom-checker/Pages/symptomviewer.aspx?symptom=Breathing+Trouble" target="_blank">Breathing Trouble - Healthy Children&nbsp;</a></li><li>Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (2023). Respiratory Symptoms in Children.</li><li>Satyan Lakshminrusimha, MD. Pediatric Respiratory Distress. Medscape, 2022.</li><li><a class="e-rte-anchor" href="https://dinkes.jakarta.go.id/berita/read/kenali-tanda-bahaya-pada-anak" title="https://dinkes.jakarta.go.id/berita/read/kenali-tanda-bahaya-pada-anak" target="_blank">Kenali Tanda Bahaya Pada Anak&nbsp;</a></li></ul>

Waspadai! Ini Tanda-Tanda Fisik Anak Sedang Mengalami Sesak Napas

waspadai--ini-tanda-tanda-fisik-anak-sedang-mengalami-sesak-napas-1746514804063

Kasus medis mengejutkan terjadi di Jember, Jawa Timur, di mana seorang anak laki-laki berusia 3 tahun mengalami kondisi serius akibat infeksi cacing gelang (Ascaris lumbricoides). Dokter menemukan cacing hidup sepanjang 35 cm di dalam usus anak tersebut, yang menyebabkan sumbatan dan membahayakan nyawanya. Apa penyebab dan bagaimana para orang tua dapat mengantisipasi hal ini? Yuk, simak penjelasannya di bawah. Apa Itu Cacing Gelang?﻿﻿Cacing gelang adalah sejenis cacing parasit yang hidup di usus manusia, khususnya anak-anak. Ukurannya bisa mencapai 20–35 cm dan jumlahnya bisa banyak jika tidak segera ditangani. Cacing ini termasuk jenis yang paling umum menginfeksi manusia, terutama di daerah dengan sanitasi buruk. Anak-anak termasuk golongan yang rentan mengalami infeksi cacing gelang, karena:<ul><li>Sering main di tanah atau air kotor</li><li>Masih suka memasukkan tangan ke mulut</li><li>Belum terbiasa cuci tangan dengan benar</li><li>Sistem imun yang belum sekuat orang dewasa</li></ul>Telur cacing gelang bisa masuk ke tubuh lewat makanan, air, atau tangan yang terkontaminasi tanah kotor. Setelah masuk, telur menetas di usus dan tumbuh jadi cacing dewasa. Gejala Infeksi Cacing Gelang pada Anak<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/7d2d3d8ccf9e7d1161e1bf6825e18446_1745464288633.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="cacing gelang_1.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1459px; min-height: 0px;"> Gejala infeksi cacing gelang pada anak bisa ringan sampai berat, tergantung jumlah cacingnya. Nah, gejalanya dapat berupa:Perut kembung, begah, atau nyeriMual dan muntahNafsu makan menurunBerat badan susah naikBatuk (karena larva cacing bisa migrasi lewat paru-paru)Feses terlihat mengandung cacingDalam kasus parah: sumbatan usus (tidak bisa buang air besar), seperti pada kasus di Jember kemarin Peringatan dan Tindakan Pencegahan untuk Orang TuaKasus ini menjadi peringatan serius bagi orang tua tentang pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan anak. Berikut beberapa langkah pencegahan yang dapat dilakukan:​<ul><li>Biasakan anak cuci tangan pakai sabun, terutama sebelum makan dan setelah main di luar.</li><li>Gunakan alas kaki saat anak main di luar rumah.</li><li>Cuci bersih sayur dan buah sebelum dikonsumsi.</li><li>Masak makanan sampai matang sempurna.</li><li>Rutin beri obat cacing setiap 6 bulan, terutama untuk anak usia di atas 1 tahun. Konsultasikan dengan dokter atau bidan.&nbsp;</li><li>Pantau pertumbuhan &amp; gejala pencernaan anak. Jika ada tanda yang tidak biasa, seperti perut membesar atau berat badan stagnan, segera periksa ke dokter.</li></ul> Infeksi cacing gelang bukan sekadar masalah “kotor,” tapi bisa berdampak serius pada pertumbuhan, nutrisi, dan bahkan keselamatan si Kecil. Dengan kebiasaan bersih dan pemeriksaan rutin, MomDad bisa bantu mencegah anak terkena infeksi ini.<div> </div>

Perut Anak 3 Tahun Dipenuhi Cacing 35 cm, Ternyata Ini Penyebabnya!

perut-anak-3-tahun-dipenuhi-cacing-35-cm--ternyata-ini-penyebabnya--1745464456453

Bahaya Mencium Bayi &amp; Anak-Anak saat Lebaran<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/fb8b11630954abab3def7ad842db1884_1742889479652.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="Bahaya Cium - 1.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1459px; min-height: 0px;"> Hari Raya Idulfitri adalah momen yang penuh kebahagiaan dan silaturahmi. Saat berkumpul dengan keluarga besar, sudah menjadi kebiasaan mencium atau menggendong bayi dan anak-anak sebagai bentuk kasih sayang. Tapi, tahukah MomDad bahwa kebiasaan ini bisa membawa risiko kesehatan serius bagi si Kecil? Meskipun terlihat sepele, mencium bayi atau anak kecil bisa menjadi jalur penularan berbagai virus dan bakteri berbahaya, seperti:1. Virus Herpes Simplex (HSV-1)Virus ini dapat menyebabkan infeksi serius pada mata, mulut, atau kulit bayi.[¹] Seperti kasus Juwan, seorang anak yang kehilangan penglihatannya akibat infeksi herpes yang ditularkan melalui ciuman dari seseorang yang memiliki lepuhuka demam (cold sore).[2]2. Flu dan Infeksi Saluran PernapasanVirus influenza dan RSV (Respiratory Syncytial Virus) sering menyebar melalui kontak langsung, termasuk dari ciuman.[3] Bayi dan anak kecil memiliki daya tahan tubuh yang lebih lemah, sehingga lebih rentan terkena penyakit ini.[4]3. Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD)Penyakit yang disebabkan oleh virus Coxsackie ini dapat menyebar melalui air liur dan menyebabkan demam, sariawan, serta ruam di tangan dan kaki.[5]4. COVID-19 dan Varian LainnyaMeskipun pandemi telah mereda, virus ini tetap ada dan dapat ditularkan melalui droplet saat seseorang mencium bayi atau anak.[6] Bagaimana Cara Melindungi Anak Saat Lebaran?<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/4791c4e336f4fd08c8cc35f0516155a4_1742889539053.jpg" class="e-rte-image e-imginline e-resize" alt="Bahaya Cium - 2.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1459px; min-height: 0px;"> Agar si Kecil tetap sehat selama momen Lebaran, berikut beberapa langkah pencegahan yang bisa MomDad lakukan:<ol><li>Batasi kontak fisik berlebihan Jika ada keluarga atau teman yang sedang sakit, jangan biarkan mereka mencium atau menggendong anak.[7]</li><li>Tegas namun sopan dalam menolak Jika ada yang ingin mencium si Kecil, cukup katakan dengan halus, “Maaf ya, kami sedang menjaga kesehatannya.”</li><li>Jaga kebersihan tangan Pastikan semua orang yang ingin berinteraksi dengan si Kecil mencuci tangan terlebih dahulu.[8]</li><li>Berikan perlindungan tambahan melalui vaksinasi Salah satu cara terbaik untuk melindungi anak dari berbagai penyakit adalah dengan melengkapi vaksinasinya. Vaksin seperti vaksin influenza, varicella (cacar air), dan MMR (campak, gondongan, rubella) bisa membantu mengurangi risiko infeksi.[9]</li></ol> Yuk, Lindungi si Kecil dengan Vaksinasi!Mencegah selalu lebih baik daripada mengobati. Untuk memastikan si Kecil terlindungi dari penyakit yang bisa menyebar saat Lebaran, pastikan ia mendapatkan vaksinasi lengkap sesuai jadwal.Ingin tahu jadwal vaksinasi yang sesuai untuk anak MomDad? Ikuti <a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/kelasvaksin" title="https://primaku.page.link/kelasvaksin" target="_blank">Kelas Vaksinasi eksklusif di Parenthood Institute SuperClass bersama dr. Yuni Astria, Sp.A </a>dan dapatkan panduan lengkap dari dokter spesialis anak tepercaya!<a href="https://primaku.page.link/kelasvaksin" target="_blank"><img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/80214b9350d395c49382ffe9a87b6bac_1742889639355.png" class="e-rte-image e-imginline e-resize" alt="Vaksinasi (5).png" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1459px; min-height: 0px; max-height: 821px;"></a> 👉 Cek juga kelas parenting lainnya di bawah ini:<ol><li><a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/milestoneredflag" title="https://primaku.page.link/milestoneredflag" target="_blank">Kelas Milestone &amp; Red Flag bersama dr. Yoga Yandika, Sp.A</a></li><li><a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/mpasi101" title="https://primaku.page.link/mpasi101" target="_blank">Kelas MPASI 101 bersama dr. Nunki Andira, Sp.A &amp; Chef Nadya Puteri</a></li><li><a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/tantanganmpasi" title="https://primaku.page.link/tantanganmpasi" target="_blank">Kelas Tantangan MPASI bersama dr. Citra Amelinda, Sp.A, IBCLC, M.Kes</a></li><li><a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/guidelinenewborn" title="https://primaku.page.link/guidelinenewborn" target="_blank">Kelas Guideline Newborn bersama dr. Lucky Yogasatria, Sp.A</a></li><li><a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/speechdelay" title="https://primaku.page.link/speechdelay" target="_blank">Kelas Speech Delay bersama dr. Herbowo Agung, Sp.A (K)</a></li><li><a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/sleeptraining" title="https://primaku.page.link/sleeptraining" target="_blank">Kelas Sleep Training bersama dr. Frecillia Regina, Sp.A, IBCLC</a></li><li><a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/kelastumbuhkembang" title="https://primaku.page.link/kelastumbuhkembang" target="_blank">Kelas Tumbuh Kembang bersama dr. Hans Natanael, Sp.A</a></li><li><a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/stimulasinewborn" title="https://primaku.page.link/stimulasinewborn" target="_blank">Kelas Stimulasi Newborn bersama dr. Leonirma Tengguna, M.Sc, Sp.A, CIMI</a></li><li><a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/kelasvaksin" title="https://primaku.page.link/kelasvaksin" target="_blank">Kelas Vaksin bersama dr. Yuni Astria, Sp.A</a></li><li><a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/kelaslaktasi" title="https://primaku.page.link/kelaslaktasi" target="_blank">Kelas Laktasi bersama dr. Ria Yoanita, Sp.A</a></li></ol> Referensi:<ul><li>Kimberlin, D. W., &amp; Long, S. S. (2016). "Herpes Simplex Virus Infections." Nelson Textbook of Pediatrics, 20th Edition.</li><li>American Academy of Pediatrics. (2020). "Herpes Simplex Virus Infection in Neonates." AAP Red Book.</li><li>Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (2023). "Respiratory Syncytial Virus (RSV)." Retrieved from <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.cdc.gov/rsv/" title="https://www.cdc.gov/rsv/">https://www.cdc.gov/rsv/ </a></li><li>Munoz, F. M. (2017). "Respiratory Syncytial Virus in Infants and Young Children." Clinical Microbiology Reviews.</li><li>World Health Organization (WHO). (2022). "Hand, Foot, and Mouth Disease." Retrieved from <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.who.int/" title="https://www.who.int/">https://www.who.int/ </a></li><li>CDC. (2023). "COVID-19 and Its Variants." Retrieved from <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.cdc.gov/coronavirus/" title="https://www.cdc.gov/coronavirus/">https://www.cdc.gov/coronavirus/ </a></li><li>Mayo Clinic. (2021). "How to Prevent Infant Infections During Family Gatherings."</li><li>WHO. (2022). "Hand Hygiene: Why, How &amp; When?"</li><li>American Academy of Pediatrics. (2021). "Immunization Schedules for Infants and Children."</li></ul>

Bahaya Menghirup Asap Bakaran Sampah, Beda Jenis, Beda Racun

Bahaya Menghirup Asap Bakaran Sampah, Beda Jenis, Beda Racun

Anak Suka Menahan Pipis? Awas Risiko Ini Mengintai!

Anak Suka Menahan Pipis? Awas Risiko Ini Mengintai!

Awas Leptospirosis saat Banjir Melanda, Penyakit Berbahaya dari Urine Tikus

Awas Leptospirosis saat Banjir Melanda, Penyakit Berbahaya dari Urine Tikus

Panduan Merawat Anak Sakit berdasarkan Penyakitnya

Panduan Merawat Anak Sakit berdasarkan Penyakitnya

Waspada Lonjakan Kasus COVID-19, Lindungi Anak dari Ancaman Virus Varian Baru

Waspada Lonjakan Kasus COVID-19, Lindungi Anak dari Ancaman Virus Varian Baru

Waspadai! Ini Tanda-Tanda Fisik Anak Sedang Mengalami Sesak Napas

Waspadai! Ini Tanda-Tanda Fisik Anak Sedang Mengalami Sesak Napas

Perut Anak 3 Tahun Dipenuhi Cacing 35 cm, Ternyata Ini Penyebabnya!

Perut Anak 3 Tahun Dipenuhi Cacing 35 cm, Ternyata Ini Penyebabnya!

Bahaya Cium Bayi Sembarangan saat Lebaran, Ini Cara Melindunginya!

Bahaya Cium Bayi Sembarangan saat Lebaran, Ini Cara Melindunginya!