Keliatannya sih sepele ya, tapi paparan polusi udara itu jahat banget lho, MomDad. Kalo di orang dewasa aja bisa bikin gangguan pernapasan, gimana ke anak kecil, yaaa?Nah, berhubung di tingkat polusi di Indonesia lumayan tinggi, yuk, kita cari cara untuk menekan tingginya kasus kematian pada anak akibat pneumonia dengan menyaksikan tayangan ulang webinar berikut!

Polusi Udara Dapat Sebabkan Pneumonia pada Anak, Mitos vs Fakta | Webinar PrimaKu x Pfizer

polusi-udara-dapat-sebabkan-pneumonia-pada-anak--mitos-vs-fakta---webinar-primaku-x-pfizer-1714732797766

Kasus kematian akibat DBD dikabarkan terus naik 4 bulan belakangan ini. Hiyyy, memprihatinkan banget ya, MomDad!Kabarnya, hingga saat ini ada sekitar 455 kasus kematian dan 60 ribu lebih kasus DBD yang terjadi di sepanjang 2024. 😱Demam berdarah merupakan penyakit yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti yang terinfeksi virus dengue. Penyakit ini dapat menimbulkan kematian. Di Indonesia, DBD bahkan menduduki peringkat 2 di dunia dengan jumlah penyakit demam berdarah terbanyak.Mengingat kasusnya terus naik, yuk, kita tanggulangi bersama dengan menyimak tayangan ulang webinar ini!

Kasus Kematian akibat DBD Terus Naik, Kenali Gejalanya Sedini Mungkin!

kasus-kematian-akibat-dbd-terus-naik--kenali-gejalanya-sedini-mungkin--1714731836683

Pneumonia merupakan salah satu penyakit yang dianggap serius di Indonesia. Pasalnya, penyakit ini dari tahun ke tahun selalu berada di peringkat atas dalam daftar penyakit penyebab kematian bayi dan balita. Berdasarkan hasil Riskesdas 2007, pneumonia menduduki peringkat kedua penyebab kematian anak usia 1-4 tahun, setelah diare yang berada di peringkat pertama [1]. Lantas, apa sih penyebab utama pneumonia pada anak? Apakah polusi udara termasuk salah satu penyebabnya?Penyebab Umum Pneumonia<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/91d73c8f10410e52cce8624eb88fbed656_1714445593168.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="pneumonia (1).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1203px; min-height: 0px;"> Pneumonia adalah penyakit peradangan yang menyerang paru-paru. Hal ini ditandai dengan penumpukan cairan di alveolus, yang mengakibatkan terhambatnya pernapasan normal. Pneumonia sebagian besar tidak disebabkan semata-mata karena bakteri, virus, dan jamur. Pada anak-anak, pneumonia bakterial sebagian besar disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae, sedangkan Haemophilus influenzae tipe b (Hib) merupakan penyebab terbesar kedua [2]. Virus pernapasan syncytial menyebabkan pneumonia, sedangkan Pneumocystis jirovecii adalah penyebab utama pneumonia jamur pada anak-anak [3]. Secara global, pneumonia merupakan penyebab utama kematian anak, terutama di bawah usia 5 tahun [4]. Laporan UNICEF pada tahun 2015 menunjukkan bahwa satu dari enam anak meninggal dunia karena pneumonia sebelum usia 10 tahun, khususnya di wilayah negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah (UNICEF 2016) [4].Gejala pneumonia pada balita dapat berupa demam, batuk atau kesusahan bernapas yang ditandai dengan napas cepat atau tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (TDDK) [5].Polusi Udara sebabkan Pneumonia, Mitos vs Fakta?<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/495e1561263453104f2d44f7331c9fbd0_1714445661731.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="pneumonia (2).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1203px; min-height: 0px;"> Kualitas udara, khususnya di dalam ruangan sangat memengaruhi kesehatan keluarga, terutama anak-anak. Anak-anak sangat rentan terhadap kualitas udara dalam ruangan yang buruk, karena paru-paru mereka masih berkembang. Anak masih memiliki saluran udara yang lebih kecil, sehingga peradangan yang disebabkan oleh polusi dapat menyebabkan saluran udara lebih mudah menyempit daripada pada orang dewasa [6].Hasil penelitian[7] menunjukkan anak yang tinggal di rumah yang dapurnya menggunakan listrik atau gas cenderung lebih jarang sakit ISPA dibandingkan dengan anak yang tinggal dalam rumah yang memasak dengan menggunakan minyak tanah atau kayu. Selain asap bakaran dapur, polusi asap rokok juga berperan sebagai faktor risiko. Anak dari ibu yang merokok mempunyai kecenderungan lebih sering sakit ISPA daripada anak yang ibunya tidak merokok (16% berbanding 11%). Asap rokok dan asap hasil pembakaran bahan bakar untuk memasak dan untuk pemanasan dengan konsentrasi tinggi dapat merusak mekanisme pertahanan paru sehingga akan memudahkan balita terkena infeksi bakteri pneumokokus ataupun Haemophilus influenzae [8].Selain itu, polusi juga dapat berinteraksi dengan alergen penyebab asma pada anak [9]. Jika anak terpapar polusi udara dalam jangka panjang, maka dapat menyebabkan pneumonia, stroke, penyakit jantung iskemik, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), kanker paru-paru, dan masalah lain [6].Pneumonia dapat menyebar dengan berbagai cara. Virus dan bakteri yang biasa ditemukan di hidung atau tenggorokan anak, dapat menginfeksi paru-paru jika terhirup. Mereka juga dapat menyebar melalui tetesan yang terbawa udara dari batuk atau bersin. Selain itu, pneumonia dapat menyebar melalui darah, terutama selama dan segera setelah lahir [10].Pencegahan Pneumonia <img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/c41a8049bbf9f34b10eab93b15aba722b_1714445729993.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="pneumonia (3).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1203px; min-height: 0px;"> Pencegahan terhadap pneumonia dilakukan dengan beberapa cara, yaitu pemberian imunisasi, pencegahan penularan, dan perbaikan status gizi. Imunisasi untuk pencegahan pneumonia meliputi pemberian vaksin [11,12,13]:● 	Pertusis (DTP): Vaksin DTP biasanya diberikan dalam bentuk suntikan dan merupakan bagian dari program imunisasi rutin pada anak-anak di banyak negara. DTP diberikan pada bayi usia 2,3 dan 4 bulan.● 	Campak (MR): MR adalah imunisasi yang memicu tubuh menghasilkan kekebalan terhadap measles (campak) dan rubella yang diberikan pada anak usia 9 bulan ke atas. Vaksin ini perlu diberikan 2 kali sebelum usia 5 tahun, yakni pada usia 9 bulan dan 18 bulan. Kemudian, diberikan kembali pada usia 5-7 tahun sebagai program BIAS (bulan imunisasi anak sekolah) di kelas 1 SD.● 	Pneumokokus (PCV): Vaksin PCV diberikan pada usia 2,4 dan 6 bulan dengan booster pada usia 12-15 bulan.● 	Influenza: Untuk suntikan pertama vaksin ini diberikan mulai usia 6 bulan - 8 tahun. Untuk usia 9 tahun ke atas cukup diberikan satu kali. Selanjutnya pengulangan setiap tahun satu kali pada bulan yang sama.Well, untuk mencegah pneumonia akibat polusi udara, khususnya di dalam ruangan, pastikan kondisi rumah dalam keadaan bersih dan higienis salah satunya dengan hindari merokok di dalam ruangan. Sementara pencegahan penularan dapat dilakukan dengan menjaga jarak, atau dengan menggunakan masker [14,15,16].Referensi:<ol><li>Kemenkes RI 2014</li><li>Walker CLF, Rudan I, Liu L, Nair H, Theodoratou E, Bhutta ZA, O’Brien KL, Campbell H, Black RE. Global burden of childhood pneumonia and diarrhoea. Lancet (London, England) 2013;381:1405–1416.</li><li>Liu L, Oza S, Hogan D, Perin J, Rudan I, Lawn JE, Cousens S, Mathers C, Black RE. Global, regional, and national causes of child mortality in 2000–13, with projections to inform post-2015 priorities: an updated systematic analysis. Lancet. 2015;385:430–440.</li><li>McCollum ED, King C, Hollowell R, Zhou J, Colbourn T, Nambiar B, Mukanga D, Burgess DCH. Predictors of treatment failure for non-severe childhood pneumonia in developing countries—systematic literature review and expert survey—the first step towards a community focused mHealth risk-assessment tool? BMC Pediatr. 2015;15:547.</li><li>Mengenal Pneumonia pada Anak oleh Kementerian Kesehatan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan <a classname="e-rte-anchor" href="https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3039/mengenal-pneumonia-pada-anak" title="https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3039/mengenal-pneumonia-pada-anak">https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3039/mengenal-pneumonia-pada-anak </a></li><li>British Lung Foundation. (2021). What is indoor air pollution? <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.asthmaandlung.org.uk/living-with/indoor-air-pollution/home#what-is-indoor-air-pollution" title="https://www.asthmaandlung.org.uk/living-with/indoor-air-pollution/home#what-is-indoor-air-pollution">https://www.asthmaandlung.org.uk/living-with/indoor-air-pollution/home#what-is-indoor-air-pollution </a></li><li>Dherani M, Pope D, Mascarenhas M, Smith KR, Weber M, Bruce N. Indoor air pollution from unprocessed solid fuel use and pneumonia risk in children aged under five years: a systematic review and meta-analysis. Bull World Health Organ. 2008;86:390–398C.</li><li>Kartasasmita, C. 2010. Pneumonia Pembunuh Balita. Kemenkes RI: Buletin Jendela Epidemiologi Volume 3, September 2010. ISSN 2087-1546 Pneumonia Balita</li><li>Dewiningsih. (2018). Faktor Lingkungan dan Perilaku Kejadian Pneumonia Balita Usia 12-59 Bulan. HIGEIA (Journal of Public Health Research and Development), 2(3), 453–464.</li><li>WHO. (2021). Pneumonia. <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/pneumonia" title="https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/pneumonia">https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/pneumonia </a></li><li>Shabir A Madhi, Orin S Levine, Rana Hajjeh, Osman D Mansoor, dan Thomas Cherian. Vaccines to prevent pneumonia and improve child survival. Bull World Health Organ. 2008 May; 86(5): 365–372.</li><li>Cara Mudah Hindari Pneumonia pada Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/cara-mudah-hindari-pneumonia-pada-anak" title="https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/cara-mudah-hindari-pneumonia-pada-anak">https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/cara-mudah-hindari-pneumonia-pada-anak </a></li><li>Jadwal Imunisasi Anak Ikatan Dokter Anak Indonesia 2023 <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/jadwal-imunisasi-anak-idai" title="https://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/jadwal-imunisasi-anak-idai">https://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/jadwal-imunisasi-anak-idai </a></li><li>Jannah, M., Abdullah, A., &amp; Melania, H. Analisis Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Pneumonia Balita Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Banda Raya Kota Banda Aceh Tahun 2019. JUKEMA 2019;6(1).h. 20-28.</li><li>Bradle JS, Carrie L. Byington, Samir S. Shah, et al. The Management of Community-Acquired Pneumonia in Infants and Children Older Than 3 Months of Age: Clinical Practice Guidelines by the Pediatric Infectious Diseases Society and the Infectious Diseases Society of America, Clinical Infectious Diseases 2011;53(7):e25–e76.</li><li>Word Health Organization. Pneumonia. 2019. Diunduh tanggal: 20 Peb 2022. Tersedia dari: <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.who.int/news-room/fact-sheet/detail/pneumonia." title="https://www.who.int/news-room/fact-sheet/detail/pneumonia.">https://www.who.int/news-room/fact-sheet/detail/pneumonia.</a></li></ol>

Polusi Udara Dapat Sebabkan Pneumonia pada Anak, Mitos vs Fakta?

polusi-udara-dapat-sebabkan-pneumonia-pada-anak--mitos-vs-fakta--1714445876842

Hepatitis A dan hepatitis B adalah dua jenis penyakit hati yang disebabkan oleh virus yang berbeda dan keduanya dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan yang serius bagi orang dewasa dan anak-anak. Hepatitis A dan hepatitis B dapat menyebabkan komplikasi serius, terutama pada orang dewasa. Nah, di antara keduanya, mana sih yang lebih berbahaya, khususnya jika dialami pada anak?&nbsp; Hepatitis A<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/853995cc236201f59f98596edd710c88a_1713865775473.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="hepatitis_A_dan_hepatitis_B_(2).jpeg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1459px; min-height: 0px;"> Penyebab penyakit adalah virus hepatitis A (HAV) adalah picornavirus. HAV paling sering ditularkan melalui jalur oral-fekal melalui paparan makanan, air, atau kontak fisik yang dekat dengan orang yang menularkan penyakit. Hepatitis A erat hubungannya dengan makanan atau air yang tidak terjamin kebersihannya, sanitasi yang tidak adekuat, kebersihan pribadi yang buruk, dan hubungan seksual anal-oral pada orang dewasa.&nbsp;Gejala hepatitis A pada orang dewasa di wilayah non-endemis, biasanya ditandai dengan demam, malaise, anoreksia, nausea, gangguan abdominal yang diikuti&nbsp; dengan gangguan ikterus (perubahan warna kulit menjadi kuning) dalam beberapa hari. Di sebagian negara berkembang virus.Sementara gejala hepatitis A yang terjadi pada masa anak-anak umumnya asimtomatis atau gejala sakit ringan, seperti demam, kehilangan nafsu makan, merasa letih, sakit perut, muntah, warna BAK yang seperti teh, serta kulit dan mata yang terlihat kuning. Infeksi yang terjadi pada usia selanjutnya hanya dapat diperiksa melalui pemeriksaan laboratorium terhadap fungsi hati.&nbsp;Penyakit hepatitis A tergolong penyakit yang akut dan jarang sampai mengalami proses berkelanjutan. Pada umumnya, virus dapat dikeluarkan sempurna oleh respons imun tubuh anak. Tapi, pada sebagian kecil anak, terutama yang berusia lebih besar, penyakit ini dapat berkembang menjadi hepatitis fulminant (sangat berat) sehingga anak terlihat kuning sekali, kejang, bahkan tak sadar.Namun, MomDad tak perlu khawatir karena hepatitis A dapat dicegah dengan mencuci tangan secara rutin, mengolah makanan dengan benar seperti menjaga kebersihan, memasak makanan hingga matang, menggunakan air bersih, dan memilih bahan makanan segar, serta melakukan vaksinasi hepatitis A melalui <a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.com/booking_vaccine" title="https://primaku.com/booking_vaccine" target="_blank">Booking Vaksin</a> di PrimaKu. Hepatitis B<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/c2830b937f8577a71010b10f156e574899c_1713865810732.jpg" class="e-rte-image e-imginline e-resize" alt="hepatitis_A_dan_hepatitis_B_(1).jpeg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1459px; min-height: 0px;"> Hepatitis B adalah penyakit radang hati yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B (HBV). Penularan virus hepatitis B dapat terjadi melalui darah atau cairan tubuh dari orang yang terinfeksi atau kontak dengan benda yang terinfeksi, misalnya tertusuk jarum yang terkontaminasi. Infeksi hepatitis B dapat pula menular ke janin dari ibu hamil yang terinfeksi hepatitis B, apabila bayi tidak mendapat imunisasi dengan vaksin dan imunoglobulin hepatitis B.Pencegahan khusus meliputi pemberian imunisasi hepatitis B aktif maupun pasif. Saat ini, di Indonesia terdapat program triple eliminasi yang mencakup pemeriksaan skrining ibu hamil untuk hepatitis B, sifilis, dan HIV. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan pada setiap kehamilan, sehingga ibu yang sedang dalam kehamilan kedua pun disarankan untuk tetap memeriksa skrining tripel eliminasi ini.Apabila diketahui bahwa ibu terinfeksi hepatitis B, maka bayi yang lahir harus segera diberikan imunisasi hepatitis B yang dibarengi dengan pemberian imunoglobulin hepatitis B sebelum berusia 12 jam. Imunisasi hepatitis B diberikan kepada semua bayi baru lahir tanpa memandang status infeksi ibu. Imunisasi pada bayi baru lahir ini sebaiknya diberikan sebelum bayi berusia 24 jam, sesuai dengan rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 2020. Pada anak, hepatitis B memiliki 4&nbsp; gejala yang dapat ditimbulkan, di antaranya:<ul><li>Hepatitis akut: Cenderung ringan. atau asimtomatis. Apabila menimbulkan gejala hepatitis, gejalanya menyerupai hepatitis virus yang lain tetapi dengan intensitas yang lebih berat. Gejala yang muncul terdiri atas gejala “flu like syndrome”.</li><li>Hepatitis kronis: Definisi hepatitis kronis adalah terdapatnya peningkatan kadar aminotransferase atau HBsAg dalam serum, minimal selama 6 bulan.</li><li>Gagal hati fulminan: Ditandai dengan timbulnya ensefalopati hepatikum dalam beberapa minggu setelah munculnya gejala pertama hepatitis, disertai ikterus, gangguan pembekuan, dan peningkatan kadar aminotransferase serum hingga ribuan unit.</li><li>Pengidap sehat: Pada golongan ini tidak didapatkan gejala penyakit hati dan kadar&nbsp; aminotransferase serum berada dalam batas normal. Dalam hal ini terjadi toleransi imunologis sehingga tidak terjadi kerusakan pada jaringan hati. Kondisi ini sering terjadi pada bayi di daerah endemik yang terinfeksi secara vertikal dari ibunya.</li></ul> Baik hepatitis A dan hepatitis B, keduanya berdampak bagi kesehatan, terutama dalam proses tumbuh kembang anak. Pastikan si Kecil mendapatkan pencegahan spesifik, yaitu dengan memberikan vaksin hepatitis A dan hepatitis B agar terhindar dari penyakit serius di masa depan. Referensi:<ul><li><a class="e-rte-anchor" href="https://www.academia.edu/30023950/PERBEDAAN_HEPATITIS_A_B_C_D_E" title="https://www.academia.edu/30023950/PERBEDAAN_HEPATITIS_A_B_C_D_E" target="_blank">Perbedaan hepatitis a, b, c, d, e</a></li><li><a class="e-rte-anchor" href="https://media.neliti.com/media/publications/558703-tinjauan-sistematik-epidemiologi-hepatit-4587dc36.pdf" title="https://media.neliti.com/media/publications/558703-tinjauan-sistematik-epidemiologi-hepatit-4587dc36.pdf" target="_blank">Tinjauan Sistematik: Epidemiologi Hepatitis A pada Anak di Indonesia&nbsp;</a></li><li><a class="e-rte-anchor" href="https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/mengenal-hepatitis-a-pada-anak" title="https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/mengenal-hepatitis-a-pada-anak" target="_blank">IDAI | Mengenal Hepatitis A pada Anak&nbsp;</a></li><li><a class="e-rte-anchor" href="http://repository.uki.ac.id/2964/1/HEPATITISBPADAANAK.pdf" title="http://repository.uki.ac.id/2964/1/HEPATITISBPADAANAK.pdf" target="_blank">HEPATITIS B PADA ANAK Ida Bagus Eka Utama Wija Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia</a></li></ul>

Hepatitis A & Hepatitis B pada Anak, Mana yang Lebih Berbahaya?

hepatitis-a---hepatitis-b-pada-anak--mana-yang-lebih-berbahaya--1713865941840

Memasuki musim hujan, Indonesia mengalami peningkatan drastis penderita demam berdarah dengue (DBD). Penyakit DBD merupakan penyakit akibat infeksi virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Beberapa faktor yang memengaruhi hal ini antara lain adanya semua serotipe virus dengue di Indonesia, iklim tropis yang mendukung kehidupan virus dan vektor nyamuk, masih adanya air bersih yang tertampung sebagai media pertumbuhan larva nyamuk Aedes aegypti serta peningkatan curah hujan.&nbsp;Selain DBD, saat ini kasus radang tenggorokan yang disertai dengan demam juga meningkat. Lantas, bagaimana sih cara membedakan antara demam biasa dan DBD? Gejala Demam karena DBD<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/7518666104b2a86610aed7f8e2e41cf904_1710921724422.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="demam_biasa_vs_DBD_(1).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1457px; min-height: 0px;"> DBD lebih sering terjadi dan bisa lebih berbahaya jika dialami oleh anak. Secara teoritis, seorang anak dapat mengalami infeksi dengue lebih dari satu kali, karena virus dengue mempunyai empat serotipe. Pada anak, respons imun terhadap infeksi virus dengue belum sempurna, sehingga hasil akhir infeksi adalah kerusakan dinding pembuluh darah dan perembesan plasma darah. Manifestasi klinis DBD sangat luas, yaitu dari infeksi tanpa gejala, gejala ringan, sampai gejala berat bahkan kematian. Banyak faktor yang memengaruhi berat-ringannya manifestasi infeksi dengue, antara lain faktor usia, status gizi, serotipe virus, serta adanya komorbiditas penyakit lain.Hal yang berbahaya dari DBD adalah perdarahan yang berat dan renjatan (kurangnya cairan dalam pembuluh darah yang mengganggu perfusi ke jaringan tubuh). MomDad disarankan membawa anaknya berobat ke fasilitas kesehatan jika anak mengalami hal berikut:<ul><li>Demam berlangsung lebih dari 3 hari, tidak turun setelah pemberian obat penurun panas</li><li>Demam disertai bintik-bintik merah di kulit yang tidak hilang dengan penekanan</li><li>Demam disertai perdarahan spontan dari mulut, hidung atau tempat lain yang tidak biasa</li><li>Demam yang disertai penurunan kadar trombosit, penurunan kadar leukosit, dan peningkatan hematokrit</li><li>Terdapat penderita DBD di sekitar tempat tinggal atau sekolah</li><li>Anak cenderung tidur dan sulit dibangunkan, meracau, ujung – ujung jari teraba dingin saat bebas demam (kemungkinan anak mengalami renjatan)</li><li>Demam yang disertai dengan tanda bahaya DBD seperti muntah-muntah yang sering, sakit perut hebat atau buang air kecil yang berkurang atau tidak ada dalam 4-6 jam terakhir</li></ul> Saat ini, DBD dapat dicegah dengan pemberian vaksin dengue yang memberikan perlindungan terhadap infeksi virus dengue dengan merangsang sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibodi yang melawan virus. Dengan begitu, vaksin demam berdarah dapat membantu mengurangi risiko terkena penyakit demam berdarah atau mengurangi keparahan penyakit jika terjadi infeksi. MomDad bisa <a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/bookvaksin" title="https://primaku.com/booking_vaccine" target="_blank">Booking Vaksin</a> Dengue melalui aplikasi PrimaKu dan mendapatkan potongan harga dengan gunakan kode voucher RAMSEHAT50. Jika memiliki pertanyaan seputar vaksinasi, MomDad bisa menghubungi Dokmin melalui Whatsapp di nomor 0877-8688-881 Gejala Demam Biasa<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/31ae10da4efdf7d7a7101035f6d20b81ad_1710921764713.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="demam_biasa_vs_DBD_(2).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1457px; min-height: 0px;"> Sementara gejala demam karena sebab lain dapat ditandai dengan:<ul><li>Anak rewel</li><li>Suhu tubuh dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu tubuh normal. Terjadi perubahan suhu dalam rentang lebih dari 2̊ºC dan berlangsung selama 24 jam.</li><li>Kulit kemerahan</li><li>Hangat pada sentuhan</li><li>Peningkatan frekuensi pernapasan</li><li>Menggigil</li><li>Dehidrasi</li><li>Kehilangan nafsu makan</li></ul> Kompres adalah salah satu metode fisik untuk menurunkan suhu tubuh bila anak mengalami demam. Ada beberapa macam kompres yang bisa diberikan untuk menurunkan suhu tubuh yaitu kompres hangat dan tepid sponge bath. Kompres air hangat dapat menurunkan suhu tubuh melalui evaporasi. Dengan kompres hangat, air hangat di permukaan tubuh akan diinterpretasikan bahwa suhu diluar cukup panas, akhirnya tubuh akan menurunkan kontrol pengatur suhu di otak untuk menurunkan suhu tubuh.&nbsp; suhu hangat juga akan membuat pembuluh darah tepi di kulit melebar dan mengalami vasodilatasi sehingga pori-pori kulit akan membuka dan mempermudah pengeluaran panas, sehingga akan terjadi penurunan suhu tubuh&nbsp; Referensi:<ul><li>Artikel berdasarkan wawancara dengan Dr. Ari Prayitno, SpA(K), Divisi Penyakit Tropik dan&nbsp; Infeksi,&nbsp; Departemen Ilmu Kesehatan Anak RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta</li><li><a class="e-rte-anchor" href="http://repo.poltekkestasikmalaya.ac.id/739/6/6.%20BAB%20II.pdf" title="http://repo.poltekkestasikmalaya.ac.id/739/6/6.%20BAB%20II.pdf" target="_blank">Poltekkes Tasikmalaya, Konsep Demam Bab I</a></li><li></li></ul>

Memasuki Musim Pancaroba, Kenali Perbedaan Demam Biasa vs DBD

memasuki-musim-pancaroba--kenali-perbedaan-demam-biasa-vs-dbd-1713864778286

Kulit bayi umumnya lebih sensitif dibandingkan dengan kulit orang dewasa. Struktur kulit bayi yang tipis dan kurangnya lapisan pelindung membuatnya lebih rentan terhadap iritasi dan gatal. Nah, ada berbagai jenis produk yang bisa digunakan untuk mengatasi masalah ini, salah satunya bedak dingin. Tapi, sebenarnya boleh nggak sih bayi diberikan bedak dingin?Bedak Dingin untuk Bayi<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/a258528257cac9cde4fc4921058ddb4ce_1710841253958.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="bedak_dingin.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1457px; min-height: 0px;"> Bedak dingin atau bedak kocok adalah sebuah produk yang digunakan untuk memberikan sensasi dingin bagi kulit bayi. Umumnya digunakan bila bayi mengalami gatal-gatal. Bedak dingin ada yang bentuknya padat sehingga perlu dicairkan, dan ada yang sudah berbentuk cair. Apabila digunakan sesuai indikasi, bedak dingin aman untuk digunakan, asalkan dengan hati-hati dan hindari kemungkinan terhirup atau tertelan. Sebisa mungkin, hindari bedak berbentuk bubuk karena risiko terhirup lebih besar.Ada bedak dingin yang berbahan dasar bahan tradisional, ada pula yang berisi zat aktif untuk mengurangi iritasi, seperti calamine dan zinc oxide. Ketiga zat tersebut digunakan untuk mengurangi kelembapan mendinginkan, dan mengurangi gatal. Bedak lain yang berbentuk tabur/bubuk dan mengandung salisilat (salicyl talc) tidak umum dijadikan bedak dingin.Beberapa pilihan produk bedak dingin yang dapat MomDad coba, antara lain:<ol><li>Momami Silky Liquid Talc: Produk ini merupakan bedak cair/liquid dengan kandungan formula lembut yang membantu menyerap keringat pada lipatan kulit bayi dan menjaganya tetap kering. Kombinasi sweet almond dan olive oil yang dapat meningkatkan kehalusan dan kekenyalan kulit secara alami. Beli Momami Silky Liquid Talc <a class="e-rte-anchor" href="https://tokopedia.link/GE3s2LCo5Hb" title="https://tokopedia.link/GE3s2LCo5Hb" target="_blank">di sini.</a></li><li>Caladine Baby Liquid Powder: Bedak cair dari Caladine berfungsi untuk merawat kulit kemerahan karena iritasi dan gatal seperti terkena cuaca panas, gatal alergi, atau pemakaian popok. Formulanya ringan dan memberikan sensasi sejuk pada kulit karena mengandung aloe vera. Beli Caladine Baby Liquid Powder <a class="e-rte-anchor" href="https://tokopedia.link/xVM36kDo5Hb" title="https://tokopedia.link/xVM36kDo5Hb" target="_blank">di sini.</a></li><li>Konicare Natural Baby Diaper Rash Cream: Bedak cair ini dilengkapi dengan kandungan alami aloe vera yang berkhasiat untuk menyejukkan kulit kemerahan akibat ruam popok pada bayi dan menjaga kulit bayi tetap lembut dan tetap sehat. Beli Konicare Natural Baby Diaper Rash Cream <a class="e-rte-anchor" href="https://tokopedia.link/ANdFXPDo5Hb" title="https://tokopedia.link/ANdFXPDo5Hb" target="_blank">di sini.</a></li></ol><ul style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; --tw-rotate: 0; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-pan-x: ; --tw-pan-y: ; --tw-pinch-zoom: ; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-gradient-from-position: ; --tw-gradient-via-position: ; --tw-gradient-to-position: ; --tw-ordinal: ; --tw-slashed-zero: ; --tw-numeric-figure: ; --tw-numeric-spacing: ; --tw-numeric-fraction: ; --tw-ring-inset: ; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-color: rgb(59 130 246 / 0.5); --tw-ring-offset-shadow: 0 0 #0000; --tw-ring-shadow: 0 0 #0000; --tw-shadow: 0 0 #0000; --tw-shadow-colored: 0 0 #0000; --tw-blur: ; --tw-brightness: ; --tw-contrast: ; --tw-grayscale: ; --tw-hue-rotate: ; --tw-invert: ; --tw-saturate: ; --tw-sepia: ; --tw-drop-shadow: ; --tw-backdrop-blur: ; --tw-backdrop-brightness: ; --tw-backdrop-contrast: ; --tw-backdrop-grayscale: ; --tw-backdrop-hue-rotate: ; --tw-backdrop-invert: ; --tw-backdrop-opacity: ; --tw-backdrop-saturate: ; --tw-backdrop-sepia: ;"><li style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; --tw-rotate: 0; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-pan-x: ; --tw-pan-y: ; --tw-pinch-zoom: ; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-gradient-from-position: ; --tw-gradient-via-position: ; --tw-gradient-to-position: ; --tw-ordinal: ; --tw-slashed-zero: ; --tw-numeric-figure: ; --tw-numeric-spacing: ; --tw-numeric-fraction: ; --tw-ring-inset: ; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-color: rgb(59 130 246 / 0.5); --tw-ring-offset-shadow: 0 0 #0000; --tw-ring-shadow: 0 0 #0000; --tw-shadow: 0 0 #0000; --tw-shadow-colored: 0 0 #0000; --tw-blur: ; --tw-brightness: ; --tw-contrast: ; --tw-grayscale: ; --tw-hue-rotate: ; --tw-invert: ; --tw-saturate: ; --tw-sepia: ; --tw-drop-shadow: ; --tw-backdrop-blur: ; --tw-backdrop-brightness: ; --tw-backdrop-contrast: ; --tw-backdrop-grayscale: ; --tw-backdrop-hue-rotate: ; --tw-backdrop-invert: ; --tw-backdrop-opacity: ; --tw-backdrop-saturate: ; --tw-backdrop-sepia: ;"><span style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; --tw-rotate: 0; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-pan-x: ; --tw-pan-y: ; --tw-pinch-zoom: ; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-gradient-from-position: ; --tw-gradient-via-position: ; --tw-gradient-to-position: ; --tw-ordinal: ; --tw-slashed-zero: ; --tw-numeric-figure: ; --tw-numeric-spacing: ; --tw-numeric-fraction: ; --tw-ring-inset: ; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-color: rgb(59 130 246 / 0.5); --tw-ring-offset-shadow: 0 0 #0000; --tw-ring-shadow: 0 0 #0000; --tw-shadow: 0 0 #0000; --tw-shadow-colored: 0 0 #0000; --tw-blur: ; --tw-brightness: ; --tw-contrast: ; --tw-grayscale: ; --tw-hue-rotate: ; --tw-invert: ; --tw-saturate: ; --tw-sepia: ; --tw-drop-shadow: ; --tw-backdrop-blur: ; --tw-backdrop-brightness: ; --tw-backdrop-contrast: ; --tw-backdrop-grayscale: ; --tw-backdrop-hue-rotate: ; --tw-backdrop-invert: ; --tw-backdrop-opacity: ; --tw-backdrop-saturate: ; --tw-backdrop-sepia: ; font-size: 12pt;"><span style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; --tw-rotate: 0; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-pan-x: ; --tw-pan-y: ; --tw-pinch-zoom: ; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-gradient-from-position: ; --tw-gradient-via-position: ; --tw-gradient-to-position: ; --tw-ordinal: ; --tw-slashed-zero: ; --tw-numeric-figure: ; --tw-numeric-spacing: ; --tw-numeric-fraction: ; --tw-ring-inset: ; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-color: rgb(59 130 246 / 0.5); --tw-ring-offset-shadow: 0 0 #0000; --tw-ring-shadow: 0 0 #0000; --tw-shadow: 0 0 #0000; --tw-shadow-colored: 0 0 #0000; --tw-blur: ; --tw-brightness: ; --tw-contrast: ; --tw-grayscale: ; --tw-hue-rotate: ; --tw-invert: ; --tw-saturate: ; --tw-sepia: ; --tw-drop-shadow: ; --tw-backdrop-blur: ; --tw-backdrop-brightness: ; --tw-backdrop-contrast: ; --tw-backdrop-grayscale: ; --tw-backdrop-hue-rotate: ; --tw-backdrop-invert: ; --tw-backdrop-opacity: ; --tw-backdrop-saturate: ; --tw-backdrop-sepia: ; font-weight: 700;">Jika tertarik mencoba produk di atas, MomDad bisa mendapatkan diskon 30% dengan belanja produk Tokopedia x PrimaKu yang ada di aplikasi. Intip kode vouchernya di aplikasi PrimaKu, ya!</li></ul>Bedak dingin memang dapat diberikan pada bayi dengan kondisi biang keringat ringan, namun sebelum memberikannya pada si Kecil, sebaiknya konsultasikan dengan ahli.

Apakah Bedak Dingin Aman untuk Bayi?

apakah-bedak-dingin-aman-untuk-bayi--1711529536506

Gondongan atau mumps, yang dalam bahasa medis disebut parotitis, adalah penyakit peradangan atau pembengkakan kelenjar parotis, salah satu kelenjar liur yang terletak di belakang telinga. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus yang sangat menular, sehingga dahulu, sebelum adanya vaksin MMR (mumps, measles, rubella), hampir semua orang pernah mengalami terjangkit gondongan. Sebab, virus mumps hanya mempunyai satu varian, maka nenek moyang kita juga tahu bahwa pada umumnya kita hanya akan terjangkit gondongan sekali seumur hidup. Gejala Gondongan<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/41929e3144628ec9bb85ba9e0fa4cd25_1709881219995.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="gondongan_(1).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1457px; min-height: 0px;"> Infeksi virus mumps umumnya didahului dengan nyeri kepala dan demam yang relatif ringan, lesu dan kurang bernapsu makan, lalu diikuti dengan tanda khas dari penyakit gondongan, yaitu nyeri dan bengkak pada kelenjar parotis. Gondongan bisa mengenai satu atau dua sisi. Gondongan menular dengan cara yang sama seperti flu dan selesma, yaitu melalui percikan liur penderita yang terhirup atau menempel di permukaan dan masuk ke hidung atau mulut orang lain. Seseorang yang sedang menderita gondongan akan sangat menularkan (infeksius) selama beberapa hari sebelum munculnya gejala dan beberapa hari kemudian. Selama masa penularan tersebut, sangat penting untuk menjaga agar infeksi tidak menular ke orang lain, terutama anak dan remaja yang belum atau tidak divaksinasi. Tentu saja hal ini tidak mudah karena anak sudah dapat menularkan ke anak lain sebelum dia bergejala. Tips Atasi Gondongan agar Cepat Kempes<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/4b21adfacd56416a32100476a4cddd46a_1709881233458.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="gondongan_(2).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1457px; min-height: 0px;"> Gondongan biasanya merupakan penyakit jinak yang dapat sembuh dengan sendirinya (self-timing) dalam waktu sekitar 1-2 minggu. Obat analgesik dan kompres dingin atau hangat dapat membantu meredakan pembengkakan. Pemeriksaan laboratorium juga tidak diperlukan untuk menegakkan diagnosis gondongan.Praktik yang umum dilakukan adalah dengan memberikan vaksin gondongan sebagai bagian dari trivalen campak-gondong-rubella (MMR), yang umumnya dikenal sebagai vaksin MMR. Vaksin ini diberikan dalam 2 dosis dan anak-anak paling sering menerima dosis pertama pada usia sekitar 1 tahun dan dosis kedua biasanya diberikan antara usia 4 hingga 6 tahun. Kekebalan terhadap penyakit gondongan dihasilkan dari pengembangan antibodi penetralisir. Serokonversi terjadi pada sebagian besar penerima, dan kekebalan pasca vaksinasi adalah sekitar 80% setelah dosis pertama dan 90% setelah dosis kedua.Lakukan <a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/bookvaksin" title="https://primaku.page.link/bookvaksin" target="_blank">Booking Vaksin</a> di aplikasi PrimaKu dan dapatkan potongan harga untuk mencegah terjadinya gondongan pada si Kecil ya, MomDad. Jika memiliki pertanyaan seputar vaksin, silakan hubungi Dokmin di nomor Whatsapp: 087786888817. Jika si Kecil sedang mengalami gondongan, MomDad dapat membantu mencegah penyebaran infeksinya dengan cara:•	Cuci tangan MomDad dan si Kecil dengan air mengalir dan sabun•	Tutupi mulut dan hidung si Kecil bila ia bersin dan segera cuci tangan setelahnya•	Biarkan si Kecil istirahat di rumah dan tidak masuk sekolah, setidaknya 5 hari setelah munculnya gejala.Sementara itu, MomDad dapat memberikan pengobatan kepada si Kecil yang menderita gondongan dengan cara:•	Istirahat dan minum air putih yang cukup•	Obat penghilang demam sesuai kebutuhan•	Kompres hangat pada kelenjar yang bengkak untuk mengurangi nyeri Referensi:<ul><li>Hviid A, Rubin S, Mühlemann K. Gondongan. Lanset. 15 Maret 2008; 371 (9616):932-44.</li><li>Trojian TH, Lishnak TS, Heiman D. Epididimitis dan orkitis: gambaran umum. Saya Dokter Keluarga. 01 April 2009; 79 (7):583-7.</li><li>Davidson P, Morris J. Mumps. Didapat dari <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK534785/" title="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK534785/">https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK534785/ </a></li><li>Sumber foto: NHS &amp; Mayo Clinic</li></ul>

Tips Atasi Pembengkakan Gondongan agar Cepat Kempis 

tips-atasi-pembengkakan-gondongan-agar-cepat-kempis--1709881316983

Belakangan, cuaca sedang tidak menentu, sehingga anak rentan alami batuk dan pilek (batpil). Batuk yang disertai pilek dapat menyebabkan kesulitan bernapas pada anak, terutama jika ia memiliki saluran napas yang lebih kecil. Nah, salah satu cara mengatasi batpil pada anak adalah dengan melakukan salt therapy, yang beberapa waktu lalu sempat menjadi perbincangan hangat para orang tua. Bahkan, salah satu selebriti Tanah Air, Nikita Willy, menerapkan salt therapy kepada anaknya, Issa. Sebenarnya, seperti apa sih penerapan salt therapy pada anak?Manfaat Salt Therapy<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/b8d833288da12f2578ad9878fae9fc55_1709638384655.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="SALT THERAPY (1).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1203px; min-height: 0px;"> Salt therapy adalah terapi menghirup larutan garam murni alami di dalam sebuah ruangan yang dikontrol suhu dan kelembapannya (suhu 18°-24°C dan kelembapan relative 40-60%). Terapi ini juga disebut sebagai haloterapi. Manfaatnya adalah untuk mengurangi produksi lendir di saluran napas, meredakan peradangan di saluran napas, dan membunuh mikroorganisme yang ada di saluran napas. Sebuah studi yang dilakukan pada tahun 2017 menyatakan bahwa anak dengan asma mendapatkan manfaat dari terapi ini, namun masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk pemantauan jangka panjang.Berdasarkan sumber yang didapat dari luar negeri, anak berusia 3 bulan telah mendapat terapi ini, karena bukan merupakan terapi obat. Namun, tentu saja perlu indikasi khusus untuk anak dapat melakukan terapi ini. Salt therapy sendiri dapat dilakukan hingga 45 menit per sesi.Nah, penerapan salt therapy pun tidak boleh sembarangan. Sebelum memutuskan untuk menerapkan terapi ini, lebih baik berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter atau tenaga kesehatan lain.Penting untuk diingat bahwa terapi garam tidak boleh dianggap sebagai pengganti pengobatan medis yang diresepkan oleh dokter. Terapi ini mungkin dapat memberikan bantuan sebagai pendukung, tetapi pengobatan yang diresepkan oleh dokter tetap menjadi langkah utama dalam pengelolaan kondisi pernapasan anak.Referensi:<ul><li>Wasik AA. Salt Therapy as a Complementary Method for the Treatment of Respiratory Tract Diseases, With a Focus on Mold-Related Illness. Altern Ther Health Med. 2021 Oct;27(S1):223-239</li><li><a class="e-rte-anchor" href="https://www.lung.org/blog/promising-placebo-salt-halotherapy" title="https://www.lung.org/blog/promising-placebo-salt-halotherapy" target="_blank">Promising or Placebo? Halo Salt Therapy: Resurgence of a Salt Cave Spa Treatment | American Lung Association</a></li><li>Yoseph RB dkk. Halotherapy as asthma treatment in children: A randomized, controlled, prospective pilot study</li></ul>

Polusi Udara Dapat Sebabkan Pneumonia pada Anak, Mitos vs Fakta | Webinar PrimaKu x Pfizer

Polusi Udara Dapat Sebabkan Pneumonia pada Anak, Mitos vs Fakta | Webinar PrimaKu x Pfizer

Kasus Kematian akibat DBD Terus Naik, Kenali Gejalanya Sedini Mungkin!

Kasus Kematian akibat DBD Terus Naik, Kenali Gejalanya Sedini Mungkin!

Polusi Udara Dapat Sebabkan Pneumonia pada Anak, Mitos vs Fakta?

Polusi Udara Dapat Sebabkan Pneumonia pada Anak, Mitos vs Fakta?

Hepatitis A & Hepatitis B pada Anak, Mana yang Lebih Berbahaya?

Hepatitis A & Hepatitis B pada Anak, Mana yang Lebih Berbahaya?

Memasuki Musim Pancaroba, Kenali Perbedaan Demam Biasa vs DBD

Memasuki Musim Pancaroba, Kenali Perbedaan Demam Biasa vs DBD

Apakah Bedak Dingin Aman untuk Bayi?

Apakah Bedak Dingin Aman untuk Bayi?

Tips Atasi Pembengkakan Gondongan agar Cepat Kempis

Tips Atasi Pembengkakan Gondongan agar Cepat Kempis

Musim Batpil pada Anak, Tertarik Coba Salt Therapy?

Musim Batpil pada Anak, Tertarik Coba Salt Therapy?