Dalam rangka memperingati ASEAN Dengue Day, PrimaKu bersama CegahDBD menyelenggarakan rangkaian Instagram Live bersama para ahli untuk mengedukasi betapa pentingnya pencegahan demam berdarah yang disebabkan oleh nyamuk Aedes Aegypti. 🦟 Seperti yang kita ketahui, DBD sedang jadi musuh bersama mulai dari awal tahun 2024. Penyakit ini bahkan mengakibatkan lebih dari 400 kasus kematian per Maret lalu. Yuk, dukung PrimaKu bersama CegahDBD untuk menurunkan kasus demam berdarah dengan menyaksikan tayangan ulang Instagram LIVE berikut "Hati-hati Telat Penanganan, Ini Gejala Awal Demam Berdarah yang Perlu Diwaspadai " bersama dr. Lucky Yogasatria, Sp.A

Hati-hati Telat Penanganan, Ini Gejala Awal Demam Berdarah yang Perlu Diwaspadai

hati-hati-telat-penanganan--ini-gejala-awal-demam-berdarah-yang-perlu-diwaspadai-1718969564551

Saat anak demam, umumnya orang tua akan memberikan obat penurun demam atau mengompresnya menggunakan air hangat pada bagian dahi. Dari berbagai metode pengobatan, memberikan baluran bawang merah pada anak mungkin masih menjadi salah satu cara yang banyak digunakan oleh orang tua. Selain dikaitkan sebagai pengobatan tradisional, menggunakan bawang merah juga tidak membutuhkan banyak biaya. Namun, apakah cara ini ampuh untuk mengatasi demam pada anak? Manfaat Bawang Merah<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/102f610535aa1076871e8711c6c109be442_1718358896058.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="bawang merah sebagai penurun demam.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1203px; min-height: 0px;"> Bawang merah mengandung berbagai senyawa yang diperkirakan dapat membantu anak yang sedang sakit, seperti alkaloid yang bersifat menurunkan demam, allisin dan alliin yang berfungsi sebagai antiseptic, hingga flavonoid yang berfungsi sebagai anti radang. Umumnya bawang merah digunakan sebagai baluran pada anak yang sedang mengalami demam.Efek Samping Bawang Merah sebagai Penurun DemamMeski dianggap dapat menurunkan demam, bawang merah dapat menyebabkan iritasi kulit pada kulit bayi dan anak yang sensitif. Apabila tidak dicuci bersih, kotoran pada bawang merah dapat memicu infeksi kulit yang terkena balurannya. Penggunaan bawang merah untuk mengatasi demam belum tentu cocok pada setiap anak. Semua tergantung pada ketahanan kulit anak terhadap bawang merah yang dioleskan di kulit. Umumnya, bawang merah ditambahkan dengan minyak-minyakan yang juga dapat memperparah iritasi pada kulit.Hingga saat ini, penelitian ilmiah yang mendukung efektivitas penggunaan bawang merah sebagai pengobatan untuk demam pada anak memang ada, namun tidak menyatakan hubungan sebab akibat dan juga tidak mencari kadar atau dosis yang diperlukan untuk menurunkan demam.Cara lain untuk menurunkan demam si Kecil, MomDad bisa menggunakan plester kompres. Beberapa produk yang bisa dijadikan pilihan, yaitu:1. Pure Kids Fever Free<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/fb6b94922315102a8198acd2febd493fa_1718359013487.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="42e7fa48-c963-4673-b3d0-b8f1f8584465.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1203px; min-height: 0px;"> Teruji klinis dan dapat digunakan pada bayi, Pure Kids Fever Free memiliki kandungan yang mampu menenangkan si Kecil dan memberikan efek dingin yang pas selama lebih dari 8 jam. Dengan gel lebih tipis, plester kompres ini dilengkapi dengan daya rekat kuat, serta tidak menyebabkan gatal dan alergi. Yuk, dapatkan Pure Kids Fever Free seharga Rp35.000 <a class="e-rte-anchor" href="https://tokopedia.link/OPk02ARVpKb" title="https://tokopedia.link/OPk02ARVpKb" target="_blank">di sin</a>i.2. Kool Fever Baby<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/d0350bd346844ab300ebd5aeac510d433_1718359041711.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="1f1073aa-315d-446a-a947-732596c554e2.png" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1203px; min-height: 0px;"> Koolfever merupakan plester kompres demam untuk bayi usia 0-2 tahun. Dapat digunakan bersamaan dengan resep dokter, Kool Fever Baby tidak menggunakan pewarna, sehingga lembut di kulit si Kecil. Selain untuk bayi, Kool Fever juga menyediakan <a class="e-rte-anchor" href="https://tokopedia.link/l47TTQSVpKb" title="https://tokopedia.link/l47TTQSVpKb" target="_blank">Kool Fever Kid</a> yang dapat digunakan untuk anak usia 3-14 tahun. Beli Kool Fever Baby mulai dari Rp5.000 <a class="e-rte-anchor" href="https://tokopedia.link/OPk02ARVpKb" title="https://tokopedia.link/OPk02ARVpKb" target="_blank">di sini</a>.3. ByeBye Fever Anak<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/862be760b7a75c0ec0cab311b2e5873e_1718359082538.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="ff93583a-0652-40c6-8cbd-a43a914e4869.png" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1203px; min-height: 0px;"> ByeBye Fever Anak merupakan plester kompres demam untuk anak usia 2 tahun ke atas hingga dewasa. Dengan hidrogel sejuk yang mampu bekerja hingga 10 jam, membuat <a class="e-rte-anchor" href="https://tokopedia.link/FveQpuTVpKb" title="https://tokopedia.link/FveQpuTVpKb" target="_blank">ByeBye Fever Anak</a> mampu meredakan demam dengan cepat. Lembut dan tidak mengiritasi kulit, produk ini aman digunakan bersama obat. Selain untuk anak, ByeBye Fever juga menghadirkan <a class="e-rte-anchor" href="https://tokopedia.link/T8ArF6TVpKb" title="https://tokopedia.link/T8ArF6TVpKb" target="_blank">Plester Kompres Demam Bayi</a>, dengan zat pahit yang mencegah plester tertelan oleh bayi secara tidak sengaja.Referensi: Artana W, dkk. PENGARUH BAWANG MERAH TERHADAP SUHU TUBUH ANAK USIA TODDLER YANG MENGALAMI FEBRIS DI PUSKESMAS PEMBANTU TEGAL MAJA KABUPATEN LOMBOK UTARA. <a classname="e-rte-anchor" href="www.e-journal.unizar.co.id" title="www.e-journal.unizar.co.id">www.e-journal.unizar.co.id</a>

Membalurkan Bawang Merah sebagai Penurun Demam, Apakah Ampuh?

membalurkan-bawang-merah-sebagai-penurun-demam--apakah-ampuh--1718359165991

Kanker serviks merupakan keganasan yang terjadi pada mulut rahim (serviks), di mana daerah yang menghubungkan rahim (uterus) dan vagina. Kanker serviks terjadi karena sel normal di mulut rahim berubah menjadi sel kanker. Perubahan sel kanker dapat terjadi dalam waktu 3-30 tahun sampai akhirnya menjadi kanker. Kanker serviks disebabkan oleh infeksi virus human papilloma (HPV). Untuk mendeteksi dini dan mencegah kanker serviks, Mom wajib scroll artikel ini hingga akhir!Gejala Kanker ServiksPada tahap awal dan pra kanker biasanya tidak akan mengalami gejala. Gejala akan muncul setelah kanker menjadi kanker invasif. Secara umum gejala kanker serviks yang sering timbul, antara lain:<ul><li>Perdarahan pervagina abnormal</li></ul>Perdarahan dapat terjadi setelah berhubungan seks, perdarahan setelah menopause, perdarahan dan bercak diantara periode menstruasi, dan periode menstruasi yang lebih lama atau lebih banyak dari biasanya serta perdarahan setelah douching atau pemeriksaan panggul.<ul><li>Keputihan</li></ul>Cairan yang keluar mungkin mengandung darah, berbau busuk dan mungkin terjadi antara periode menstruasi atau setelah menopause.<ul><li>Nyeri panggul</li></ul>Nyeri panggul saat berhubungan seks atau saat pemeriksaan panggul.<ul><li>Trias</li></ul>Berupa pembengkakan ginjal, pembengkakan tungkai, dan nyeri di bagian belakang tungkai kaki merupakan tanda kanker serviks tahap lanjut dengan keterlibatan dinding panggul yang luas.Penyebab Kanker Serviks<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/61bddd7ea108fb9fdccb476ea3cfe8c92_1717118929680.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="kanker serviks (2).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1203px; min-height: 0px;"> Faktor- faktor yang bisa memicu terjadinya kanker serviks, di antaranya:<ul><li>Perilaku seksual</li></ul>Risiko terkena kanker serviks akan meningkat apabila seorang perempuan memiliki mitra seksual multipel atau sama saja ketika pasangannya memiliki mitra seksual multipel. Selain itu akan sangat berisiko apabila pasangan mengidap kondiloma akuminata.<ul><li>Aktivitas seksual dini</li></ul>Umur pertama kali hubungan seksual merupakan salah satu faktor yang cukup penting. Perempuan yang melakukan hubungan seksual sebelum usia 16 tahun mempunyai risiko lebih tinggi karena pada usia itu epitel atau lapisan dinding vagina dan serviks belum terbentuk sempurna jika melakukan hubungan seksual pada usia tersebut maka akan sangat mudah terjadi lesi atau luka mikro yang akan menyebabkan terjadi infeksi salah satunya oleh virus HPV yang merupakan penyebab kanker serviks.<ul><li>Smegma</li></ul>Smegma adalah substansi berlemak. Smegma biasanya terdapat pada lekukan kepala kemaluan laki-laki yang tidak disunat. Sebenarnya, smegma adalah secret alami yang dihasilkan kelenjar sebaceous pada kulit penis. Namun, ternyata hal ini berkaitan dengan meningkatnya risiko seorang laki-laki sebagai pembawa dan penular virus HPV.<ul><li>Perempuan yang merokok</li></ul>Rokok terbuat dari tembakau dan seperti yang kita ketahui bahwa di dalam tembakau terdapat zat-zat yang bersifat sebagai pemicu kanker baik yang dihisap maupun dikunyah. Asap rokok menghasilkan Polycyclic aromatic hydrocarbons heterocyclic amine yang mutagen dan sangat karsinogen, sedangkan jika dikunyah menghasilkan nitrosamine. Bahan karsinogenik spesifik dari tembakau dijumpai dalam lendir serviks wanita perokok. Bahan ini dapat merusak DNA sel epitel skuamosa dan bersama dengan infeksi HPV mencetuskan transformasi maligna.Pencegahan Kanker Serviks<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/481f9a8e2942bfe73ec0d762c166ba0e_1717118915564.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="kanker serviks (1).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1203px; min-height: 0px;"> Upaya pencegahan kanker serviks dibagi atas pencegahan primer, sekunder dan tersier yang meliputi:<ul><li>Pencegahan Primer</li></ul>Pencegahan primer yang dilakukan melalui vaksinasi Human Papilloma Virus (HPV) untuk mencegah infeksi HPV dan pengendalian faktor risiko. Mom dapat melakukan <a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/bookvaksin" title="https://primaku.page.link/bookvaksin" target="_blank">Booking Vaksin</a> HPV melalui PrimaKu. Pengendalian faktor risiko dengan menghindari rokok, tidak melakukan hubungan seks dengan berganti-ganti pasangan, tidak menggunakan kontrasepsi oral jangka panjang &gt;5 tahun, serta menjalani diet sehat.<ul><li>Pencegahan Sekunder</li></ul>Pencegahan sekunder melalui deteksi dini prekursor kanker serviks dengan tujuan memperlambat atau menghentikan kanker pada stadium awal. Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan tes DNA HPV, Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA), tes pap smear, pemeriksaan sitology, colposcopy dan biopsy. Pemeriksaan IVA direkomendasikan untuk daerah dengan sumber daya rendah dan diikuti dengan cryotherapy untuk hasil IVA positif.<ul><li>Pencegahan Tersier</li></ul>Pencegahan tersier dilakukan melalui perawatan paliatif dan rehabilitatif di unit pelayanan kesehatan yang menangani kanker serta pembentukan kelompok survival kanker di masyarakat.Pencegahan kanker serviks melibatkan kombinasi dari vaksinasi HPV, skrining rutin, penghindaran faktor risiko, pengelolaan kesehatan umum, dan edukasi. Dengan langkah-langkah ini, risiko terkena kanker serviks dapat Mom kurangi secara signifikan.Referensi:<ul><li><a classname="e-rte-anchor" href="http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/4543/3/BAB%202.pdf" title="http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/4543/3/BAB%202.pdf">http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/4543/3/BAB%202.pdf </a></li><li><a classname="e-rte-anchor" href="https://sanglahhospitalbali.com/v3/wp-content/uploads/2019/11/Kanker-servik-dan-pencegahannya.pdf" title="https://sanglahhospitalbali.com/v3/wp-content/uploads/2019/11/Kanker-servik-dan-pencegahannya.pdf">https://sanglahhospitalbali.com/v3/wp-content/uploads/2019/11/Kanker-servik-dan-pencegahannya.pdf</a></li></ul>

Penting bagi Wanita, Cegah Kanker Serviks dengan Cara Ini!

penting-bagi-wanita--cegah-kanker-serviks-dengan-cara-ini--1717119066005

Kematian mendadak pada bayi atau sudden infant death syndrome (SIDS) adalah kematian yang tidak dapat dijelaskan pada bayi sehat &lt; 1 tahun, biasanya terjadi saat bayi tidur. SIDS kadang juga dikenal sebagai crib death, karena seringkali terjadi di tempat tidur atau ranjang bayi. SIDS dapat disebabkan oleh gabungan faktor fisik dan faktor lingkungan dapat meningkatkan risiko seorang bayi meninggal karena SIDS. Meski penyebabnya tidak dapat dijelaskan, ada beberapa faktor kemungkinan yang bisa menyebabkan SIDS terjadi. Faktor-faktor tersebut bisa dipicu oleh faktor fisik, lingkungan, dan ibu. Faktor FisikFaktor fisik yang dapat berisiko menimbulkan SIDS antara lain:<ul><li>Gangguan otak. Gangguan atau ketidakmatangan fungsi pada otak bayi yang mengatur pola napas dan pola bangun dari tidur dapat menjadi faktor risiko SIDS.</li><li>Berat lahir rendah. Bayi prematur atau bayi kembar multipel memiliki risiko mengalami ketidakmatangan susunan saraf pusat saat lahir. Hal ini menempatkan bayi berisiko mengalami SIDS.</li><li>Infeksi saluran napas. Kasus kematian akibat SIDS juga dapat terjadi pada bayi yang mengalami infeksi saluran napas, misalnya akibat selesma atau infeksi virus lain</li><li>Bayi laki-laki. SIDS dilaporkan lebih sering terjadi pada bayi laki-laki.</li><li>Usia tersering terjadinya SIDS adalah 2-4 bulan.</li><li>Riwayat keluarga. Bayi yang memiliki riwayat keluarga yang meninggal akibat SIDS berisiko mengalami hal yang sama.</li></ul> Faktor Lingkungan saat TidurFaktor lingkungan saat tidur penting untuk MomDad perhatikan agar si Kecil terhindar dari SIDS. Berikut tips yang perlu diterapkan:<ul><li>Tidur tengkurap atau miring. Bayi yang tertidur pada posisi ini dapat mengalami kesulitan bernapas dibandingkan bayi yang tidur dalam posisi terlentang.</li><li>Tidur di permukaan yang terlalu empuk. Matras tidur yang terlalu empuk/lunak dapat menutup jalan napas bayi secara tidak sengaja.</li><li>Bed-sharing. Risiko SIDS meningkat pada bayi yang tidur seranjang dengan orangtua, saudara atau binatang peliharaan, namun risiko SIDS lebih rendah jika bayi tidur di kamar yang sama (room-sharing, bukan bed-sharing).</li><li>Kondisi kamar yang terlalu panas.</li><li>Perokok pasif. Bayi yang tinggal di lingkungan atau rumah bersama perokok memiliki risiko SIDS lebih tinggi.</li></ul> Faktor risiko ibuIbu yang saat kehamilan memiliki faktor risiko berikut, meningkatkan risiko memiliki bayi yang meninggal karena SIDS:<ul><li>Usia &lt; 20 tahun</li><li>Merokok</li><li>Menggunakan obat-obatan terlarang/alkohol</li><li>Tidak memiliki antenatal care teratur</li></ul> Pencegahan SIDS<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/c53f1e5fe310bf6ced9b5ca13c5b310761_1716201889166.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="penyebab_SIDS_(2).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1458px; min-height: 0px;"> Meski dapat disebabkan oleh banyak faktor, namun SIDS dapat dicegah dengan cara:<ul><li>Letakkan bayi tidur pada posisi terlentang, terutama pada satu tahun pertama kehidupan. Jika bayi sudah dapat tengkurap bolak balik tanpa bantuan, tidak perlu membangunkan bayi/membalikkan posisinya lagi saat tidur.</li><li>Jangan letakkan apapun di ranjang bayi. Gunakan matras tidur yang kokoh, dan hindari menaruh bayi pada alas tidur yang terlampau lunak, kulit binatang atau selimut tebal. Jangan menaruh mainan, boneka atau bantal di ranjang bayi karena dapat menutup jalan napas bayi secara tidak sengaja.</li><li>Hindari membuat bayi kepanasan. Gunakan pakaian dengan ketebalan yang cukup, atau kantong tidur yang tidak dapat menutupi kepala bayi.</li><li>Room-sharing. Bayi disarankan berada di ruangan yang sama dengan orang tua, namun pada tempat tidur yang terpisah selama setidaknya 6 bulan pertama, dan jika mungkin hingga usia 1 tahun. Bed-sharing di ranjang dewasa seringkali tidak aman untuk bayi, karena jalan napas bayi dapat tertutup jika ia berguling secara tidak sengaja ke batasan antar dinding-ranjang, atau headboard-ranjang. Orang dewasa yang berguling dalam tidurnya secara tidak sadar juga berisiko menutupi hidung dan mulut bayi.</li><li>ASI eksklusif. Menyusui setidaknya selama 6 bulan menurunkan risiko SIDS pada bayi.</li><li>Jika bayi tertidur di carseat, stroller, bouncer, swing, letakkan bayi pada alas yang kokoh sesegera mungkin.</li><li>Imunisasi sesuai jadwal. Imunisasi yang diberikan tepat waktu melindungi anak-anak dari penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin, seperti campak, polio, difteri, dan hepatitis. Banyak dari penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi serius atau bahkan kematian jika tidak dicegah. MomDad dapat melihat jadwal imunisasi si Kecil dan melakukan <a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/bookvaksin" title="https://primaku.page.link/bookvaksin" target="_blank">Booking Vaksin</a> di aplikasi PrimaKu. Tak hanya mudah, PrimaKu juga menyediakan voucher vaksin agar lebih hemat.</li><li>Jauhkan bayi dari orang yang merokok.</li><li>Empeng. Empeng dapat digunakan untuk mengurangi risiko SIDS, namun jangan berikan empeng yang terikat pada mainan atau benda lain karena dapat menjerat bayi. Jika ibu menyusui eksklusif, tunggulah sampai bayi mahir menyusui biasanya di minggu ketiga-keempat sebelum menawarkan empeng pada bayi.</li></ul>Dengan melakukan pencegahan di atas, risiko SIDS pada anak dapat dihindari. Pastikan MomDad mengingat dan menerapkan tips di atas, ya.&nbsp; Referensi:<ul><li><a class="e-rte-anchor" href="https://www.nhs.uk/conditions/sudden-infant-death-syndrome-sids/" title="https://www.nhs.uk/conditions/sudden-infant-death-syndrome-sids/" target="_blank">Sudden infant death syndrome (SIDS) - NHS</a></li><li><a class="e-rte-anchor" href="https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/sudden-infant-death-syndrome/symptoms-causes/syc-20352800" title="https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/sudden-infant-death-syndrome/symptoms-causes/syc-20352800" target="_blank">Sudden infant death syndrome (SIDS) - Symptoms and causes - Mayo Clinic</a></li><li><a class="e-rte-anchor" href="https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/baby/sleep/Pages/Preventing-SIDS.aspx" title="https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/baby/sleep/Pages/Preventing-SIDS.aspx" target="_blank">Reduce the Risk of SIDS &amp; Suffocation - HealthyChildren.org&nbsp;</a></li></ul>

Awas Kematian Bayi Mendadak, Ketahui Kemungkinan Penyebabnya!

awas-kematian-bayi-mendadak--ketahui-kemungkinan-penyebabnya--1716566417744

Anak yang demam sering kali merasa tidak nyaman dan mengalami peningkatan suhu tubuh yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan. Salah satu cara untuk menurunkan demam pada anak adalah dengan mengompresnya. Namun, banyak orang tua yang mungkin masih bingung saat mengompres anak, apakah menggunakan kompres dingin atau hangat? Mengompres Demam<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/12343d569556f10a5f383a1012bc6654df_1715357820860.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="kompres_dingin_atau_hangat.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1458px; min-height: 0px;"> Kompres dingin menggunakan es batu kerap digunakan sebagai salah satu metode untuk menurunkan demam pada anak. Namun, sebenarnya kompres dingin tidak efektif dalam menurunkan demam. Air yang dingin akan menyempitkan pembuluh darah, sehingga suhu malah akan semakin naik, sehingga dapat membuat anak menggigil, meriang dan tidak nyaman.Nah, cara tepat menurunkan demam anak adalah dengan menggunakan kompres air hangat (tepid sponging). Dengan kompres air hangat, pusat pengatur suhu akan mendeteksi bahwa suhu lingkungan panas, sehingga suhu tubuh akan diturunkan. MomDad dapat mengompres si Kecil di lipat ketiak dan selangkangan selama 10-15 menit. Cara ini bisa membuat panas akan menguap melalui pori-pori kulit. Hindari kompres dengan etil alkohol 70% atau isopropil alkohol. Cara ini selain tidak efektif, alkohol dapat terhirup selama proses pengompresan, sehingga dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan.Bila suhu anak mencapai 40°C atau lebih, gunakan obat penurun panas dahulu sesuai anjuran dokter dan kemudian MomDad bisa mengompresnya dengan air hangat.Namun, jika demam anak tidak menurun selama 3 hari, MomDad harus segera memeriksakan ke dokter anak untuk mendapatkan penanganan dan pengobatan yang tepat. Referensi:Ikatan Dokter Anak Indonesia. (2019, Mei 28). Penanganan demam pada anak. IDAI. <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-anak/penanganan-demam-pada-anak" title="https://www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-anak/penanganan-demam-pada-anak">https://www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-anak/penanganan-demam-pada-anak</a>

Anak Demam, Kompres Air Dingin atau Hangat? Jangan Sampai Keliru!

anak-demam--kompres-air-dingin-atau-hangat--jangan-sampai-keliru--1715357915566

Keliatannya sih sepele ya, tapi paparan polusi udara itu jahat banget lho, MomDad. Kalo di orang dewasa aja bisa bikin gangguan pernapasan, gimana ke anak kecil, yaaa?Nah, berhubung di tingkat polusi di Indonesia lumayan tinggi, yuk, kita cari cara untuk menekan tingginya kasus kematian pada anak akibat pneumonia dengan menyaksikan tayangan ulang webinar berikut!

Polusi Udara Dapat Sebabkan Pneumonia pada Anak, Mitos vs Fakta | Webinar PrimaKu x Pfizer

polusi-udara-dapat-sebabkan-pneumonia-pada-anak--mitos-vs-fakta---webinar-primaku-x-pfizer-1714732797766

Kasus kematian akibat DBD dikabarkan terus naik 4 bulan belakangan ini. Hiyyy, memprihatinkan banget ya, MomDad!Kabarnya, hingga saat ini ada sekitar 455 kasus kematian dan 60 ribu lebih kasus DBD yang terjadi di sepanjang 2024. 😱Demam berdarah merupakan penyakit yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti yang terinfeksi virus dengue. Penyakit ini dapat menimbulkan kematian. Di Indonesia, DBD bahkan menduduki peringkat 2 di dunia dengan jumlah penyakit demam berdarah terbanyak.Mengingat kasusnya terus naik, yuk, kita tanggulangi bersama dengan menyimak tayangan ulang webinar ini!

Kasus Kematian akibat DBD Terus Naik, Kenali Gejalanya Sedini Mungkin!

kasus-kematian-akibat-dbd-terus-naik--kenali-gejalanya-sedini-mungkin--1714731836683

Pneumonia merupakan salah satu penyakit yang dianggap serius di Indonesia. Pasalnya, penyakit ini dari tahun ke tahun selalu berada di peringkat atas dalam daftar penyakit penyebab kematian bayi dan balita. Berdasarkan hasil Riskesdas 2007, pneumonia menduduki peringkat kedua penyebab kematian anak usia 1-4 tahun, setelah diare yang berada di peringkat pertama [1]. Lantas, apa sih penyebab utama pneumonia pada anak? Apakah polusi udara termasuk salah satu penyebabnya?Penyebab Umum Pneumonia<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/91d73c8f10410e52cce8624eb88fbed656_1714445593168.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="pneumonia (1).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1203px; min-height: 0px;"> Pneumonia adalah penyakit peradangan yang menyerang paru-paru. Hal ini ditandai dengan penumpukan cairan di alveolus, yang mengakibatkan terhambatnya pernapasan normal. Pneumonia sebagian besar tidak disebabkan semata-mata karena bakteri, virus, dan jamur. Pada anak-anak, pneumonia bakterial sebagian besar disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae, sedangkan Haemophilus influenzae tipe b (Hib) merupakan penyebab terbesar kedua [2]. Virus pernapasan syncytial menyebabkan pneumonia, sedangkan Pneumocystis jirovecii adalah penyebab utama pneumonia jamur pada anak-anak [3]. Secara global, pneumonia merupakan penyebab utama kematian anak, terutama di bawah usia 5 tahun [4]. Laporan UNICEF pada tahun 2015 menunjukkan bahwa satu dari enam anak meninggal dunia karena pneumonia sebelum usia 10 tahun, khususnya di wilayah negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah (UNICEF 2016) [4].Gejala pneumonia pada balita dapat berupa demam, batuk atau kesusahan bernapas yang ditandai dengan napas cepat atau tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (TDDK) [5].Polusi Udara sebabkan Pneumonia, Mitos vs Fakta?<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/495e1561263453104f2d44f7331c9fbd0_1714445661731.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="pneumonia (2).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1203px; min-height: 0px;"> Kualitas udara, khususnya di dalam ruangan sangat memengaruhi kesehatan keluarga, terutama anak-anak. Anak-anak sangat rentan terhadap kualitas udara dalam ruangan yang buruk, karena paru-paru mereka masih berkembang. Anak masih memiliki saluran udara yang lebih kecil, sehingga peradangan yang disebabkan oleh polusi dapat menyebabkan saluran udara lebih mudah menyempit daripada pada orang dewasa [6].Hasil penelitian[7] menunjukkan anak yang tinggal di rumah yang dapurnya menggunakan listrik atau gas cenderung lebih jarang sakit ISPA dibandingkan dengan anak yang tinggal dalam rumah yang memasak dengan menggunakan minyak tanah atau kayu. Selain asap bakaran dapur, polusi asap rokok juga berperan sebagai faktor risiko. Anak dari ibu yang merokok mempunyai kecenderungan lebih sering sakit ISPA daripada anak yang ibunya tidak merokok (16% berbanding 11%). Asap rokok dan asap hasil pembakaran bahan bakar untuk memasak dan untuk pemanasan dengan konsentrasi tinggi dapat merusak mekanisme pertahanan paru sehingga akan memudahkan balita terkena infeksi bakteri pneumokokus ataupun Haemophilus influenzae [8].Selain itu, polusi juga dapat berinteraksi dengan alergen penyebab asma pada anak [9]. Jika anak terpapar polusi udara dalam jangka panjang, maka dapat menyebabkan pneumonia, stroke, penyakit jantung iskemik, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), kanker paru-paru, dan masalah lain [6].Pneumonia dapat menyebar dengan berbagai cara. Virus dan bakteri yang biasa ditemukan di hidung atau tenggorokan anak, dapat menginfeksi paru-paru jika terhirup. Mereka juga dapat menyebar melalui tetesan yang terbawa udara dari batuk atau bersin. Selain itu, pneumonia dapat menyebar melalui darah, terutama selama dan segera setelah lahir [10].Pencegahan Pneumonia <img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/c41a8049bbf9f34b10eab93b15aba722b_1714445729993.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="pneumonia (3).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1203px; min-height: 0px;"> Pencegahan terhadap pneumonia dilakukan dengan beberapa cara, yaitu pemberian imunisasi, pencegahan penularan, dan perbaikan status gizi. Imunisasi untuk pencegahan pneumonia meliputi pemberian vaksin [11,12,13]:● 	Pertusis (DTP): Vaksin DTP biasanya diberikan dalam bentuk suntikan dan merupakan bagian dari program imunisasi rutin pada anak-anak di banyak negara. DTP diberikan pada bayi usia 2,3 dan 4 bulan.● 	Campak (MR): MR adalah imunisasi yang memicu tubuh menghasilkan kekebalan terhadap measles (campak) dan rubella yang diberikan pada anak usia 9 bulan ke atas. Vaksin ini perlu diberikan 2 kali sebelum usia 5 tahun, yakni pada usia 9 bulan dan 18 bulan. Kemudian, diberikan kembali pada usia 5-7 tahun sebagai program BIAS (bulan imunisasi anak sekolah) di kelas 1 SD.● 	Pneumokokus (PCV): Vaksin PCV diberikan pada usia 2,4 dan 6 bulan dengan booster pada usia 12-15 bulan.● 	Influenza: Untuk suntikan pertama vaksin ini diberikan mulai usia 6 bulan - 8 tahun. Untuk usia 9 tahun ke atas cukup diberikan satu kali. Selanjutnya pengulangan setiap tahun satu kali pada bulan yang sama.Well, untuk mencegah pneumonia akibat polusi udara, khususnya di dalam ruangan, pastikan kondisi rumah dalam keadaan bersih dan higienis salah satunya dengan hindari merokok di dalam ruangan. Sementara pencegahan penularan dapat dilakukan dengan menjaga jarak, atau dengan menggunakan masker [14,15,16].Referensi:<ol><li>Kemenkes RI 2014</li><li>Walker CLF, Rudan I, Liu L, Nair H, Theodoratou E, Bhutta ZA, O’Brien KL, Campbell H, Black RE. Global burden of childhood pneumonia and diarrhoea. Lancet (London, England) 2013;381:1405–1416.</li><li>Liu L, Oza S, Hogan D, Perin J, Rudan I, Lawn JE, Cousens S, Mathers C, Black RE. Global, regional, and national causes of child mortality in 2000–13, with projections to inform post-2015 priorities: an updated systematic analysis. Lancet. 2015;385:430–440.</li><li>McCollum ED, King C, Hollowell R, Zhou J, Colbourn T, Nambiar B, Mukanga D, Burgess DCH. Predictors of treatment failure for non-severe childhood pneumonia in developing countries—systematic literature review and expert survey—the first step towards a community focused mHealth risk-assessment tool? BMC Pediatr. 2015;15:547.</li><li>Mengenal Pneumonia pada Anak oleh Kementerian Kesehatan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan <a classname="e-rte-anchor" href="https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3039/mengenal-pneumonia-pada-anak" title="https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3039/mengenal-pneumonia-pada-anak">https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3039/mengenal-pneumonia-pada-anak </a></li><li>British Lung Foundation. (2021). What is indoor air pollution? <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.asthmaandlung.org.uk/living-with/indoor-air-pollution/home#what-is-indoor-air-pollution" title="https://www.asthmaandlung.org.uk/living-with/indoor-air-pollution/home#what-is-indoor-air-pollution">https://www.asthmaandlung.org.uk/living-with/indoor-air-pollution/home#what-is-indoor-air-pollution </a></li><li>Dherani M, Pope D, Mascarenhas M, Smith KR, Weber M, Bruce N. Indoor air pollution from unprocessed solid fuel use and pneumonia risk in children aged under five years: a systematic review and meta-analysis. Bull World Health Organ. 2008;86:390–398C.</li><li>Kartasasmita, C. 2010. Pneumonia Pembunuh Balita. Kemenkes RI: Buletin Jendela Epidemiologi Volume 3, September 2010. ISSN 2087-1546 Pneumonia Balita</li><li>Dewiningsih. (2018). Faktor Lingkungan dan Perilaku Kejadian Pneumonia Balita Usia 12-59 Bulan. HIGEIA (Journal of Public Health Research and Development), 2(3), 453–464.</li><li>WHO. (2021). Pneumonia. <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/pneumonia" title="https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/pneumonia">https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/pneumonia </a></li><li>Shabir A Madhi, Orin S Levine, Rana Hajjeh, Osman D Mansoor, dan Thomas Cherian. Vaccines to prevent pneumonia and improve child survival. Bull World Health Organ. 2008 May; 86(5): 365–372.</li><li>Cara Mudah Hindari Pneumonia pada Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/cara-mudah-hindari-pneumonia-pada-anak" title="https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/cara-mudah-hindari-pneumonia-pada-anak">https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/cara-mudah-hindari-pneumonia-pada-anak </a></li><li>Jadwal Imunisasi Anak Ikatan Dokter Anak Indonesia 2023 <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/jadwal-imunisasi-anak-idai" title="https://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/jadwal-imunisasi-anak-idai">https://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/jadwal-imunisasi-anak-idai </a></li><li>Jannah, M., Abdullah, A., &amp; Melania, H. Analisis Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Pneumonia Balita Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Banda Raya Kota Banda Aceh Tahun 2019. JUKEMA 2019;6(1).h. 20-28.</li><li>Bradle JS, Carrie L. Byington, Samir S. Shah, et al. The Management of Community-Acquired Pneumonia in Infants and Children Older Than 3 Months of Age: Clinical Practice Guidelines by the Pediatric Infectious Diseases Society and the Infectious Diseases Society of America, Clinical Infectious Diseases 2011;53(7):e25–e76.</li><li>Word Health Organization. Pneumonia. 2019. Diunduh tanggal: 20 Peb 2022. Tersedia dari: <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.who.int/news-room/fact-sheet/detail/pneumonia." title="https://www.who.int/news-room/fact-sheet/detail/pneumonia.">https://www.who.int/news-room/fact-sheet/detail/pneumonia.</a></li></ol>

Hati-hati Telat Penanganan, Ini Gejala Awal Demam Berdarah yang Perlu Diwaspadai

Hati-hati Telat Penanganan, Ini Gejala Awal Demam Berdarah yang Perlu Diwaspadai

Membalurkan Bawang Merah sebagai Penurun Demam, Apakah Ampuh?

Membalurkan Bawang Merah sebagai Penurun Demam, Apakah Ampuh?

Penting bagi Wanita, Cegah Kanker Serviks dengan Cara Ini!

Penting bagi Wanita, Cegah Kanker Serviks dengan Cara Ini!

Awas Kematian Bayi Mendadak, Ketahui Kemungkinan Penyebabnya!

Awas Kematian Bayi Mendadak, Ketahui Kemungkinan Penyebabnya!

Anak Demam, Kompres Air Dingin atau Hangat? Jangan Sampai Keliru!

Anak Demam, Kompres Air Dingin atau Hangat? Jangan Sampai Keliru!

Polusi Udara Dapat Sebabkan Pneumonia pada Anak, Mitos vs Fakta | Webinar PrimaKu x Pfizer

Polusi Udara Dapat Sebabkan Pneumonia pada Anak, Mitos vs Fakta | Webinar PrimaKu x Pfizer

Kasus Kematian akibat DBD Terus Naik, Kenali Gejalanya Sedini Mungkin!

Kasus Kematian akibat DBD Terus Naik, Kenali Gejalanya Sedini Mungkin!

Polusi Udara Dapat Sebabkan Pneumonia pada Anak, Mitos vs Fakta?

Polusi Udara Dapat Sebabkan Pneumonia pada Anak, Mitos vs Fakta?