
Dermatitis Atopik: Diagnosis dan Tatalaksana
Oleh: dr. Afiah Salsabila

Topik: Alergi, dermatitis atopik, atopi
Dermatitis atopik (DA) adalah kondisi inflamasi kulit kronis yang umum terjadi pada anak-anak. Diperkirakan sekitar 15-20% anak-anak di dunia menderita DA. Meskipun penyebab pastinya belum diketahui, DA diduga melibatkan kombinasi faktor genetik, defek pada lapisan pelindung kulit, dan sistem kekebalan tubuh yang tidak seimbang. Anak-anak dengan riwayat keluarga atopi seperti asma, rinitis alergi, dan DA lebih berisiko memiliki kondisi ini.
Pada anak dengan DA, skin barrier memiliki defek yang diakibatkan oleh kadar ceramide yang rendah. Hal ini menganggu integritas kulit dan alhasil membuat kulit lebih rentan terhadap masuknya iritan dan alergen. Respon oleh sel imun Th2 menyebabkan lesi akut via pelepasan IL-4 dan IL-5, dan respon oleh sel imun Th1 menyebabkan lesi kronik via pelepasan IFN-gamma dan IL-12. Penggarukan lesi dapat memperparah gejala karena penggarukan dapat menstimulasi keratinosit untuk memproduksi berbagai macam mediator inflamasi seperti TNF-alfa, IL-1, dan IL-6. Pasien dengan DA juga memiliki peptida-peptida antimikrobial yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi sekunder, khususnya jika terjadi cedera mekanik akibat penggarukan lesi.
Gejala DA pada anak bervariasi tergantung pada tingkat keparahannya. Awalnya biasanya ditandai dengan gatal berat, kemerahan, serta kulit kering, pecah-pecah atau bersisik. Pada bayi, predileksi ada pada kulit kepala, wajah, dan ekstensor anggota gerak, sedangkan pada anak yang lebih besar terletak pada lipatan antekubiti dan popliteal. Pada kasus yang lebih berat, DA menyebabkan ruam kulit, likenifikasi (penebalan kulit), serta kulit terkelupas atau bernanah. Gatal yang hebat ini dapat mengganggu tidur dan aktivitas anak. DA bisa dikelompokkan berdasarkan usia pada saat awitan terjadi: 1) Early-onset, yaitu DA yang muncul pada rentang usia kelahiran hingga 2 tahun, 2) Late onset, timbul ketika pubertas, dan 3) Senile onset, DA tipe early-onset adalah tipe yang paling sering terjadi.
Diagnosis DA dapat dilakukan secara klinis. Namun, jika gambaran klinis tidak jelas, bisa dilakukan biopsi kuit. Untuk mengetahui pencetus DA, tes cukit kulit alergi bisa dilakukan.
Pengobatan DA bertujuan meredakan gatal, tanda-tanda peradangan, serta mengendalikan flare-up (kekambuhan). Terapi yang diberikan biasanya kombinasi steroid topikal, pelembap, dan jika perlu obat-obatan sistemik seperti antihistamin, steroid, dan imunosupresan lainnya. Pelembap perlu diaplikasikan dua kali sehari tiga menit setelah mandi, ketika ulit masih lembap. Steroid topikal perlu diberikan sebelum pelembap. Area-area yang sensitif seperti wajah dan daerah-daerah lipatan dapat diberikan inhibitor kalsineurin seperti takrolimus. Jika DA tidak bisa dikontrol dengan terapi topikal, maka terapi sistemik seperti siklosporin dan metotreksat, serta fototerapi dengan dapat membantu.
Selain obat-obatan, dokter anak perlu menyarankan perawatan kulit dan pencegahan triger pada pasien. Hal ini meliputi:
- Menjaga kelembapan kulit dengan cream moisturizer atau lotion non-parfum agar kulit tetap halus dan lembap.
- Mandi air hangat singkat dengan sabun lembut non-alkali seperti produk bayi. Hindari air panas yang dapat makin merusak lapisan pelindung kulit.
- Mengenakan bahan katun longgar yang nyaman. Hindari bahan wol, polyester atau nilon yang dapat menyebabkan iritasi.
- Menghindari hal-hal yang dapat memicu ruam seperti debu, bulu binatang, bahan pembersih kasar, atau keringat berlebih.
- Edukasi orang tua untuk mendeteksi dan menghilangkan alergen pada lingkungan rumah yang diduga sebagai pemicu.
Bila keluhan DA tidak membaik atau terus kambuh meski sudah rutin perawatan, tindak lanjut dengan dokter spesialis kulit atau imunologi klinis perlu dilakukan. Hal ini berguna untuk menyingkirkan diagnosis banding seperti infeksi jamur atau parasit, psoriasis, serta evaluasi lebih lanjut adanya kelainan kekebalan tubuh pada pasien. Konsultasi ahli gizi juga dianjurkan jika identifikasi alergi makanan perlu dilakukan.
Sebagai penutup, edukasi berkelanjutan dan dukungan psikologis pada anak penderita DA beserta keluarga mutlak diberikan. Hal ini diperlukan agar mereka lebih memahami penyakit, beradaptasi dengan kondisi kronis, serta patuh pada rejimen perawatan jangka panjang. Kesabaran dan pemantauan rutin oleh dokter anak tentu sangat membantu mengontrol gejala DA serta meningkatkan kualitas hidup anak.
Referensi:
Kolb L, Ferrer-Bruker SJ. Atopic Dermatitis. [Updated 2023 Aug 8]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448071/

