Meta PixelDermatitis Kontak Alergi pada Anak<!-- --> | Articles | <!-- -->PrimaKu - Pelopor Aplikasi Tumbuh Kembang Anak di Indonesia

Dermatitis Kontak Alergi pada Anak

Author: dr. Afiah Salsabila

22 Okt 2025

Topik: Dermatitis, Dermatitis Kontak Alergi, Panduan

Latar Belakang

Dermatitis kontak alergi (DKA) adalah salah satu bentuk reaksi kulit yang dapat terjadi akibat kontak dengan alergen yang menginduksi respons hipersensitivitas tipe IV. Meskipun sebelumnya dianggap jarang terjadi pada anak-anak, prevalensi DKA pada kelompok usia ini kini menunjukkan angka yang cukup signifikan, mendekati prevalensi pada orang dewasa. Menurut sebuah studi, prevalensi DKA pada anak-anak dapat mencapai 16,5%, dengan estimasi kasus yang lebih tinggi seiring bertambahnya usia. (1) DKA berperan penting dalam patologi penyakit kulit anak karena dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien yang terkena. Untuk itu, penting bagi para dokter anak untuk bisa mengenali dan menanggulangi kondisi ini dengan tepat.


Etiologi dan Faktor Risiko

Dermatitis kontak alergi disebabkan oleh paparan alergen yang dapat menembus lapisan kulit dan memicu reaksi imun. Reaksi ini berlangsung dalam dua fase: fase sensitisasi dan fase elisitasi. Pada fase sensitisasi, alergen dikenali oleh sel dendritik dan diolah menjadi antigen yang akan memicu respon imun. Setelah terpapar kembali dengan alergen yang sama, fase elisitasi dimulai dengan aktivasi sel T spesifik yang menyebabkan inflamasi dan kerusakan kulit. (2,3)

Faktor risiko utama DKA meliputi paparan bahan-bahan tertentu, seperti logam (nikel, kobalt), wewangian, bahan pengawet, dan produk kosmetik. (4) Beberapa faktor juga meningkatkan risiko anak terkena DKA, termasuk penggunaan produk perawatan kulit yang mengandung alergen, paparan terhadap bahan-bahan dari aktivitas sehari-hari seperti bermain dengan mainan, dan kebiasaan berpakaian yang berpotensi mengiritasi kulit. (3)

Pada anak-anak dengan dermatitis atopik, ada risiko yang lebih tinggi untuk mengalami DKA dan DKI, karena fungsi penghalang kulit (skin barrier) yang terganggu meningkatkan permeabilitas terhadap alergen. (2) Oleh karena itu, anak dengan DA yang memiliki dermatitis yang tidak membaik dengan pengobatan konvensional perlu dicurigai mengalami DKA.


Manifestasi Klinis dan Patogenesis

Secara klinis, DKA biasanya ditandai dengan eritema, vesikel, dan pruritus di area yang terpapar alergen. Pada anak-anak, DKA sering muncul di tangan, kaki, wajah, dan area yang tertutup popok. (1) Gejala ini dapat menyebar ke area tubuh yang lebih luas pada fase elisitasi. Bentuk dermatitis ini juga seringkali memiliki distribusi yang jelas sesuai dengan lokasi kontak awal dengan alergen. (4)

Patogenesis DKA melibatkan aktivasi sistem imun adaptif yang dipicu oleh paparan pertama kali dan berlanjut dengan reaksi peradangan saat paparan berulang. Sel-sel T spesifik mengaktifkan keratinosit dan mastosit yang menghasilkan mediator inflamasi, yang memperburuk reaksi klinis berupa lesi kulit yang lebih parah. (3)


Diagnosis dan Diagnosis Banding

Diagnosis DKA pada anak dapat dilakukan melalui anamnesis yang teliti dan pemeriksaan fisik. Namun, diagnosis ini sering kali menantang karena bisa menyerupai kondisi lain, seperti dermatitis atopik (DA) dan dermatitis kontak iritan (DKI). Perbedaan utama antara DKA dan DKI adalah bahwa DKA memerlukan sensitisasi sebelumnya, sementara DKI disebabkan oleh paparan bahan yang mengiritasi tanpa melibatkan respons imun spesifik Sebagai contoh, pada DKI, reaksi inflamasi terjadi segera setelah terpapar iritan, sementara pada DKA, reaksi klinis baru muncul setelah beberapa jam hingga beberapa hari. (1)


Komplikasi yang Dapat Terjadi

Jika tidak ditangani dengan baik, DKA dapat menyebabkan komplikasi serius, termasuk infeksi sekunder, hiperpigmentasi, dan gangguan fungsional kulit. Selain itu, dermatitis yang berulang dapat memperburuk kondisi kulit anak, menyebabkan kekambuhan yang lebih sering dan lesi yang lebih luas. Oleh karena itu, pengelolaan yang tepat sangat penting untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. (2)


Tatalaksana

Tatalaksana utama untuk DKA adalah menghindari alergen yang memicu reaksi. Penanganan ini memerlukan identifikasi yang cermat terhadap alergen yang terlibat, yang dapat dilakukan dengan menggunakan patch test, yaitu uji standar baku emas untuk diagnosis DKA. Jika basah, berikan kompres terbuka (2-3 lapis kain kasa) dengan larutan NaCl 0,9%. Jika kering, berikan terapi topikal dengan kortikosteroid sering digunakan untuk mengatasi inflamasi, meskipun perawatan harus disesuaikan dengan usia dan tingkat keparahan reaksi alergi. Jika kering, penggunaan pelembab yang mengandung lipid seperti petrolatum juga bisa membantu memberi proteksi tambahan bagi sawar kulit. (4,5)

Perbedaan utama dalam tatalaksana DKA, DA, dan DKI terletak pada pendekatan terhadap penyebab yang mendasari. Pada DKA, penghindaran alergen adalah kunci utama, sedangkan pada DA, fokusnya adalah memperbaiki fungsi penghalang kulit dan mengurangi peradangan melalui emolien dan imunosupresan. Pada DKI, terapi umumnya lebih difokuskan pada pengelolaan paparan iritan dan penggunaan obat-obatan yang menenangkan kulit. (1)


Kesimpulan

Dermatitis kontak alergi pada anak adalah kondisi yang lebih sering terjadi daripada yang diperkirakan sebelumnya dan memiliki dampak signifikan terhadap kualitas hidup anak. Diagnosis yang tepat melalui patch testing dan penghindaran alergen yang tepat merupakan kunci utama dalam penanganannya. Mengingat adanya tumpang tindih dengan kondisi lain seperti dermatitis atopik dan dermatitis kontak iritan, penting bagi dokter anak untuk melakukan pendekatan yang holistik dalam mendiagnosis dan mengelola DKA pada anak. Pengenalan terhadap alergen yang paling sering dan munculnya alergen baru yang relevan di kalangan anak-anak menjadi faktor penting dalam mengoptimalkan pengelolaan kondisi ini di masa depan. (1,3)


Referensi

  1. Neale H, Garza-Mayers AC, Tam I, Yu J. Pediatric allergic contact dermatitis. Part II. Patch Testing Series, Procedure, and Unique Scenarios. J Am Acad Dermatol. 2021;84(2):235-244. doi: 10.1016/j.jaad.2020.11.001.
  2. Belloni Fortina A, Caroppo F, Tadiotto Cicogna G. Allergic contact dermatitis in children. Expert Rev Clin Immunol. 2020;16(2):127-137. doi: 10.1080/1744666X.2020.1777858.
  3. Pigatto PD, Martelli A, Marsili C, et al. Contact dermatitis in children. Ital J Pediatr. 2010;36(1):2-7. doi: 10.1186/1824-7288-36-2.
  4. Neale H, Yu J, Garza-Mayers AC, et al. Pediatric allergic contact dermatitis. Part I: Clinical features and common contact allergens in children. J Am Acad Dermatol. 2020;84(2):235-244.