Pentingnya Perawatan Kulit pada Anak dengan Dermatitis Atopik
22 Jul 2017
Author: dr. Afiah Salsabila
28 Jun 2025
Topik: dermatitis atopik, Dermatitis, Guideline
Latar Belakang
Ruam yang disertai rasa gatal merupakan salah satu keluhan kulit tersering pada anak dalam praktik klinis. Salah satu penyebab penting yang perlu dipertimbangkan sebagai diagnosis banding adalah dermatitis atopik. Dermatitis atopik adalah penyakit kulit inflamasi kronik dan residif yang sering mengenai bayi dan anak-anak. Berdasarkan Pedoman Praktik Klinis Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI), prevalensi dermatitis atopik pada anak mencapai 45% pada enam bulan pertama kehidupan, dengan angka kekambuhan yang tinggi hingga usia 5 tahun. Kondisi ini tidak hanya mengganggu kualitas hidup anak, tetapi juga memiliki kaitan erat dengan penyakit atopik lainnya seperti asma dan rinitis alergi. Oleh karena itu, dokter anak perlu waspada terhadap kemungkinan dermatitis atopik dan mengenal pendekatan diagnosisnya berdasarkan panduan terkini.
Manifestasi Klinis Berdasarkan Usia
Manifestasi klinis dermatitis atopik berbeda menurut usia. Berdasarkan klasifikasi Hill dan Sulzberger, dermatitis atopik dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase bayi (0–2 tahun), fase anak (2 tahun–pubertas), dan fase dewasa. Pada fase bayi, lesi bersifat akut dengan eritema, papul, vesikel, dan krusta yang terutama ditemukan pada pipi, kulit kepala, dan ekstremitas ekstensor. Fase anak menunjukkan lesi subakut hingga kronik berupa plak eritematosa berskuama, ekskoriasi, dan likenifikasi yang predileksinya berpindah ke area fleksural seperti siku, lipat lutut, dan leher. Lesi pada dewasa umumnya kronik dengan likenifikasi luas pada wajah, leher, dan ekstremitas.
Kriteria Diagnosis
Diagnosis dermatitis atopik ditegakkan secara klinis. Dua kriteria utama yang digunakan adalah Kriteria Hanifin dan Rajka serta UK Working Party’s Diagnostic Criteria for Atopic Dermatitis. Pada Kriteria Hanifin dan Rajka, anak baru bisa didiagnosis dengan dermatitis atopik jika memenuhi setidaknya 3 kriteria mayor dan 3 kriteria minor yang bisa dilihat pada Tabel 1. Kriteria ini memerlukan pemeriksaan yang memakan waktu, sehingga ada beberapa alternatif yang bermunculan sejak itu, seperti kriteria UK Working Party. Kritteria UK Working Group lebih sederhana, tetapi memiliki sensitivitas dan spesifistas yang sepadan dengan kriteria Hanifin dan Rajka. Pada kriteria UK Working Group, anak bisa didiagnosis dengan dermatitis atopik jika anak mengalami kulit yang gatal (atau laporan orang tua bahwa anak terlihat menggaruk atau menggosok kulit) dan setidaknya memiliki 3 kriteria tambahan yang juga dapat dilihat pada Tabel 2. Karena sifatnya yang lebih sederhana, Kriteria UK Working Party lebih sering digunakan dalam surveilans epidemiologis dan praktik sehari-hari.
Penilaian Derajat Keparahan
Penilaian derajat keparahan dermatitis atopik penting untuk menentukan tatalaksana yang tepat. Dua alat ukur yang digunakan secara luas adalah Scoring Atopic Dermatitis (SCORAD) dan Eczema Area and Severity Index (EASI). SCORAD menggabungkan parameter objektif (luas lesi, intensitas eritema, edema, ekskoriasi, lichenifikasi, dan kekeringan kulit) dan subjektif (gatal dan gangguan tidur). Sementara itu, EASI hanya mengevaluasi luas dan beratnya lesi berdasarkan distribusi anatomi, tanpa mempertimbangkan gejala subjektif. SCORAD lebih umum digunakan dalam praktik klinis karena mencakup aspek yang dirasakan pasien, sedangkan EASI lebih lazim dalam penelitian ilmiah karena bersifat lebih objektif.
Peran Pemeriksaan Penunjang
Secara umum, diagnosis dermatitis atopik tidak memerlukan pemeriksaan penunjang. Namun, pemeriksaan dapat dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis banding atau mengidentifikasi faktor pencetus. Beberapa pemeriksaan yang dapat dipertimbangkan antara lain uji tusuk kulit (skin prick test), kadar imunoglobulin E total atau spesifik, dan uji eliminasi-provokasi makanan. Uji tempel (patch test) juga dapat dilakukan jika terdapat kecurigaan alergi kontak. Pemeriksaan tersebut sebaiknya disesuaikan dengan gambaran klinis dan riwayat pasien, dan tidak digunakan sebagai alat diagnosis utama.
Rekomendasi Praktis
Dokter anak perlu mempertimbangkan dermatitis atopik sebagai diagnosis banding utama pada anak dengan keluhan ruam gatal kronik. Diagnosis harus ditegakkan secara klinis berdasarkan kriteria yang terstandar. Penilaian keparahan menggunakan SCORAD atau EASI penting untuk menentukan pilihan terapi topikal maupun sistemik. Pemeriksaan penunjang hanya dilakukan bila diperlukan.
Kesimpulan
Dermatitis atopik pada anak merupakan kondisi kronik yang sangat sering ditemukan, dengan manifestasi klinis khas tergantung usia. Diagnosis ditegakkan secara klinis berdasarkan kriteria Hanifin dan Rajka atau kriteria UK Working Party. Pemeriksaan penunjang bersifat selektif dan bukan bagian rutin dalam diagnosis. Penilaian keparahan menggunakan SCORAD dan EASI perlu dilakukan untuk memilih terapi yang tepat.
Pantau terus linimasa artikel PrimaPro untuk update terbaru seputar dermatitis atopik dan penyakit kulit lainnya pada anak. Bila Dokter tertarik dengan pembahasan lanjutan seperti terapi sistemik atau manajemen DA berat, silakan tulis di kolom komentar agar dapat menjadi bahan diskusi artikel selanjutnya!
Daftar Pustaka
Kelompok Studi Dermatologi Anak Indonesia, PERDOSKI. Pedoman Praktek Klinis: Diagnosis dan Tata Laksana Dermatitis Atopik di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia; 2017.