
Pastikan Keamanan Tidur Bayi dengan Terapkan 5 Hal Ini
12 Mar 2023
Author: dr. Afiah Salsabila
8 Agu 2025
Topik: Vaksin Anak, Thimerosal, Ilmiah
Latar Belakang
Thimerosal adalah senyawa organomerkuri (ethylmercury thiosalicylate) yang telah digunakan selama puluhan tahun sebagai bahan pengawet dalam vaksin multidosis. Senyawa ini efektif mencegah kontaminasi bakteri dan jamur, terutama pada sediaan vial yang digunakan berulang kali. Kekhawatiran publik terhadap thimerosal mulai muncul pada akhir 1990-an, seiring meningkatnya prevalensi autisme dan spekulasi bahwa kandungan etilmerkuri dalam thimerosal dapat menjadi pemicunya.
Asumsi toksisitas thimerosal sebagian besar berasal dari ekstrapolasi efek metilmerkuri, bentuk merkuri lain yang diketahui neurotoksik dalam pajanan dosis tinggi pada masa prenatal. Namun, hingga kini belum ada bukti ilmiah kuat bahwa ethylmercury pada dosis dalam vaksin memiliki efek yang sama. Meskipun beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, mulai menghapus thimerosal dari beberapa vaksin sebagai langkah preventif pada awal 2000-an, isu ini masih memicu kekhawatiran di masyarakat global, termasuk Indonesia.
Data Ilmiah Terkini dan Posisi AAP terhadap Thimerosal
Pada Juni 2025 silam, American Academy of Pediatrics (AAP) mengeluarkan pernyataan resmi mendukung keberlanjutan penggunaan thimerosal dalam vaksin. Pernyataan ini dikeluarkan sebagai tanggapan atas rencana Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP) yang mengusulkan pelarangan thimerosal karena kandungan merkurinya. AAP menyatakan bahwa langkah pelarangan ini tidak didasarkan pada bukti ilmiah yang valid dan justru berisiko merusak kepercayaan publik terhadap vaksin serta memperumit akses vaksin yang aman di negara-negara berkembang.(1)
Pernyataan tersebut memperkuat hasil riset ekologi besar yang diterbitkan oleh Stehr-Green dkk. pada tahun 2003. Studi ini membandingkan tren kejadian autisme dengan tingkat paparan thimerosal di Amerika Serikat, Swedia, dan Denmark. Meskipun di Amerika Serikat penggunaan thimerosal meningkat selama tahun 1990-an, di Swedia dan Denmark paparan thimerosal justru menurun drastis dan akhirnya dihapuskan sepenuhnya pada awal 1990-an. Menariknya, ketiga negara tetap menunjukkan tren peningkatan diagnosis autisme yang serupa pada dekade yang sama.(2)
Temuan ini menunjukkan bahwa peningkatan prevalensi autisme tidak berkorelasi dengan paparan thimerosal dalam vaksin. Di Denmark, misalnya, insiden autisme meningkat hampir 18 kali lipat antara 1990 hingga 1999, meskipun penggunaan thimerosal sudah dihentikan sepenuhnya pada tahun 1992. Demikian pula di Swedia, kasus autisme meningkat setelah thimerosal ditiadakan dari vaksin anak. Hasil ini diperkuat dengan pengamatan bahwa perubahan dalam sistem pencatatan kasus, kriteria diagnosis, serta meningkatnya kesadaran terhadap spektrum autisme dapat berkontribusi terhadap peningkatan prevalensi secara global.(2)
Meskipun secara teoritis ethylmercury dapat menembus sawar darah-otak, penelitian menunjukkan bahwa waktu paruh ethylmercury dalam darah jauh lebih pendek dibandingkan methylmercury. Ethylmercury lebih cepat dikeluarkan dari tubuh melalui feses, dengan akumulasi sistemik yang jauh lebih rendah. Selain itu, konsentrasi thimerosal dalam vaksin sangat kecil dan diberikan dalam jumlah terbatas sesuai jadwal imunisasi. Studi toksikologi tidak menemukan bukti neurotoksisitas ethylmercury dalam kadar tersebut pada bayi dan anak sehat.(1,2)
Rekomendasi Klinis
Berdasarkan bukti yang tersedia, tidak ada alasan ilmiah untuk menghindari vaksin yang mengandung thimerosal. WHO, AAP, CDC, dan UNICEF menyatakan bahwa vaksin dengan kandungan thimerosal aman untuk digunakan. Di negara-negara berkembang, penghapusan thimerosal dapat mengganggu distribusi vaksin multidosis yang lebih hemat biaya dan mudah disimpan dalam kondisi dingin terbatas.
Bagi dokter anak, penting untuk menyampaikan informasi berbasis bukti kepada orang tua dan pengasuh anak mengenai keamanan vaksin, termasuk thimerosal. Edukasi ini menjadi elemen kunci dalam mencegah hesitansi vaksin dan memastikan cakupan imunisasi yang optimal. Ketika menghadapi pertanyaan dari orang tua, dokter dapat merujuk pada pernyataan resmi AAP dan temuan penelitian internasional untuk meredakan kekhawatiran mereka.
Kesimpulan dan Penutup
Thimerosal adalah bahan pengawet vaksin yang telah terbukti aman melalui berbagai studi epidemiologis dan toksikologis. Tidak ditemukan hubungan kausal antara thimerosal dalam vaksin dengan autisme atau gangguan neurologis lainnya. Upaya pelarangan tanpa dasar ilmiah dapat menurunkan kepercayaan terhadap vaksin dan memperburuk distribusi vaksin yang aman di negara dengan keterbatasan sumber daya. Peran dokter anak sangat krusial dalam memberikan edukasi ilmiah dan mempertahankan kepercayaan masyarakat terhadap imunisasi sebagai upaya preventif utama kesehatan anak.
Daftar Pustaka
12 Mar 2023
12 Okt 2024
12 Des 2024
5 Mar 2025