Kesalahan yang Perlu Dihindari saat Mengajarkan si Kecil Berjalan
Author: Fauziah Sabtuanisa
Editor: dr. Lucyana Alim Santoso, Sp.A
Topik: Berjalan, Stimulasi, Tumbuh Kembang, Tips
Salah satu tahap tumbuh kembang yang dinantikan oleh para orang tua adalah saat si Kecil mulai belajar berjalan. Pada tahap ini, peran MomDad sangat dibutuhkan untuk melatih si Kecil berjalan, agar langkah kecilnya sempurna. Oleh karena itu, MomDad perlu tahu hal-hal apa saja yang perlu dihindari ketika si Kecil belajar berjalan.
Terlalu sering menggendong atau menaruh bayi di stroller, car seat, dan bouncer
WHO merekomendasikan meningkatkan tummy time secara bertahap hingga mencapai minimal 30 menit dalam sehari. Dengan cara ini, sebelum usia 1 tahun bayi telah memiliki banyak kesempatan untuk bermain floor based play atau floor time.
Bayi yang banyak bermain dan menjelajah sekitarnya akan memiliki kesempatan untuk melatih dan mengembangkan otot-otot besar tubuhnya untuk mampu bergerak dan berpindah tempat dengan lebih efisien.
Tidak menyiapkan lingkungan yang aman
Bayi yang mulai belajar berpindah tempat dengan cara merangkak atau merambat memerlukan lingkungan yang aman untuk ber-eksplorasi. Misalnya dengan tidak ada benda tajam di lantai, benda-benda yang dapat membuat bayi terjatuh atau terpeleset saat belajar jalan, saklar listrik terbuka, ujung meja tajam, maupun adanya benda-benda kecil yang berserakan. Benda-benda kecil ini berpotensi menyebabkan tersedak apabila si Kecil memasukkannya ke dalam mulutnya.
Menggunakan baby walker
American Academy of Pediatrics dengan tegas melarang penggunaan baby walker sehubungan dengan banyaknya jumlah kecelakaan terkait baby walker. Selain dianggap tidak aman, baby walker tidak melatih bayi berjalan secara mandiri dengan benar.
Sebab, belajar jalan bukan hanya menggerakkan kaki semata, tapi bayi juga perlu belajar berdiri dengan seimbang, menegakkan tubuhnya, dan melangkah tanpa berpegangan sambil menyeimbangkan badannya. Bayi yang bergerak dengan baby walker tidak belajar hal-hal tersebut.
Selain itu, saat ini sudah banyak dikembangkan peralatan bayi seperti push walker yang merangsang anak untuk berdiri sendiri. Push walker mempunyai roda yang dapat didorong atau dikunci sebagai pengaman sesuai kebutuhan anak.
Terlalu sering mengenakan alas kaki
Bertelanjang kaki dapat memberikan input stimulasi sensori serta proprioseptif bagi bayi untuk mengetahui posisi tubuhnya, merasakan dataran tempatnya menjejakkan kaki, serta mempertahankan keseimbangan setelah mampu berdiri dengan baik. Si Kecil dapat melakukan lokomosi selangkah demi selangkah hingga akhirnya berjalan dengan baik.
Tidak memberi kesempatan untuk meraih sesuatu
Bayi akan tertarik untuk bergerak ketika menemukan benda yang menarik perhatiannya. Tentunya stimulasi ini harus tetap disesuaikan dengan usia perkembangannya, misalnya pada bayi usia 9 bulan yang sudah bisa merangkak. MomDad dapat meletakkan mainan yang menarik di atas meja, kursi atau sofa agar bayi berusaha mengangkat tubuhnya dari lantai, lalu berdiri berpegangan pada kursi.
Jika bayi sudah mahir, MomDad dapat menggeser mainan tersebut ke sisi yang agak jauh dari jangkauan tangannya agar ia termotivasi untuk merembet berpegangan pada furniture.
Nah, selain hal-hal yang harus dihindari seperti di atas, MomDad jangan lupa untuk terus memberikan stimulasi pada otot-otot kaki bayi agar cepat lancar berjalannya.
MomDad mau share informasi atau pertanyaan seputar tumbuh kembang bersama orang tua lainnya? Yuk, ceritakan pengalaman MomDad di Forum Tumbuh Kembang! Selain itu, MomDad juga bisa bertanya seputar kesehatan si Kecil dan akan dijawab langsung oleh ahli, lho.
Referensi:
- https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/tips-melatih-anak-berdiri-dan-berjalan
- https://www.who.int/publications/i/item/9789241550536
Sumber foto: Freepik
Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.