primaku
Mitra resmi kami:
kemenkesidaibkkbn
Unduh PrimaKu di:
playstoreappstore

Pencegahan TB: Bagaimana Caranya?

Author: dr. Afiah Salsabila

Topik: Tuberkulosis, TBC, Pencegahan

Mencegah lebih baik dari mengobati. Hal ini berlaku untuk semua penyakit, tak terkecuali tuberkulosis (TB). Pada artikel ini, akan apa saja yang dilakukan untuk usaha pencegahan TB, khususnya pemberian vaksinasi Bacillus Calmette et Guerin (BCG) dan tatalaksana profilaksis, serta perannya dalam usaha eradikasi TB. 

BCG adalah vaksin hidup dilemahkan yang berasal dari Mycobacterium bovis. Vaksin yang dikembangkan oleh Calmette dan Guerin ini pertama kali disuntikkan pada manusia di tahun 1921. Sejak itu, belum ada lagi jenis vaksin tuberkulosis lain yang dibuat. Efikasinya beragam, mulai dari 0-80%. Walaupun demikian, penelitian menunjukkan bahwa TB BCG memiliki efikasi sebanyak 50% untuk TB secara keseluruhan dan 80% untuk TB meningitis. Hal ini menunjukkan bahwa peran vaksin BCG masih penting, khususnya untuk mencegah manifestasi klinis yang berat pada anak dengan infeksi TB. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah BCG tidak boleh diberikan pada anak dengan infeksi HIV. Hal ini dikarenakan BCG dapat menyebabkan BCG-itis diseminata pada anak dengan infeksi HIV. Maka dari itu, status HIV ibu perlu diketahui; jika status HIV ibu diketahui dan usaha pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak telah dilakukan, maka bayi bisa diberikan BCG, kecuali jika bayi terbukti HIV positif. 

Tatalaksana profilaksis adalah pemberian obat TB dengan dosis dan cara khusus untuk mencegah penyakit TB. Yang diindikasikan untuk diberi profilaksis TB adalah balita tidak bergejala yang memiliki riwayat kontak erat dengan pasien TB paru dewasa BTA positif. Cara pemberian profilaksis terhadap TB ada dua cara utama: (1) monoterapi dengan isoniazid selama minimal 6 bulan , disebut dengan isoniazid preventive therapy (IPT) dan (2) regimen yang melibatkan rifampicin (bisa dalam bentuk rifampicin maupun rifapentine).  Tiap cara memiliki keunggulannya masing-masing. 

Monoterapi isoniazid diberikan dalam dosis 10 mg/kgBB/hari selama 6 atau 9, disertai oleh evaluasi minimal sekali sebulan. Efektivitasnya pada individu yang tuberkulin positif sampai hingga 64% (RR 0.36; 95% CI, 0.22-0.61). Regimen 6 bulan memiliki hasil yang tidak berbeda signifikan dengan regimen 12 bulan. Untuk perbandingan regimen 6 bulan dengan 9 bulan, belum ada studi terkontrol yang menulisnya, namun sebuah analisis ulang dan modelling data yang diambil dari sebuah penelitian di tahun 1950-1960 menunjukkan bahwa monoterapi isoniazid membuahkan hasil yang semakin baik ketika durasi pemberian ditingkatkan menjadi 9=10 bulan. penemuan ini yang mendasari rekomendasi pemberian monoterapi isoniazid 9 bulan sebagai profilaksis. Namun, karena 6H lebih mudah diimplementasikan dan data untuk regimen 9H tidak terlalu kuat, 6H lebih direkomendasikan.

Setelah pengobatan dengan isoniazid selesai dan gejala tidak muncul selama durasi waktu tersebut, pasien sebaiknya dilakukan uji tuberkulin. Jika uji tuberkulin negatif, maka anak disarankan untuk diberi vaksin BCG. 

Alternatif dari monoterapi isoniazid sebagai profilaksis TB adalah regimen rifampisin dan isoniazid selama 3 bulan tiap harinya (3HR). Sebuah systematic review yang dipublikasikan di tahun 2017 menunjukkan bahwa regimen 3HR memiliki efikasi dan profil keamanan yang kurang lebih sama dengan regimen isoniazid selama 6 bulan. Hasil yang serupa juga didapatkan dengan pemberian pemberian monoterapi rifampisin selama 4 bulan. Regimen rifapentine dan isoniazid setiap minggu untuk 3 bulan (3HP) juga bisa menjadi alternatif, khususnya untuk pasien dengan HIV. Regimen 3HP lebih disarankan dari regimen yang mengandung rifampisin  karena risiko hepatoksisitas lebih sedikit dibandingkan dengan regimen yang mendung rifampisin.  Karena data yang terbatas mengenai keamanan dan efektivitas rifapentine pada anak di bawah 2 tahun, 3HP  hanya disarankan untuk anak di atas 2 tahun. Untuk anak kurang dari 15 tahun, regimen 3HR yang paling direkomendasikan karena tersedianya sediaan kombinasi dosis tetap yang mudah untuk diresepkan dan durasi regimen yang lebih singkat; durasi regimen yang lebih singkat dapat meningkatkan kepatuhan minum obat. Dosis dari tiap regimen bisa dilihat pada Tabel 1.

Pencegahan TB pada anak di Indonesia bertumpu pada pemberian vaksin BCG dan tatalaksana profilaksis yang telah dipaparkan. Dengan pemberian vaksin BCG secara rutin pada populasi anak dan pemberian profilaksis TB pada anak dengan kontak erat TB, angka transmisi TB dapat berkurang dan proses penanggulangan TB sebagai masalah kesehatan nasional dan internasional dapat dilaksanakan. 



Tabel 1. Obat-obatan Profilaksis TB

Referensi:

PNPK 2019

               https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK344409/

               https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538185/

            https://www.who.int/publications-detail-redirect/9789240001503





familyfamily
Baca artikel tumbuh kembang anak di PrimaKu!
Unduh sekarang
playstoreappstore
primaku
Aplikasi tumbuh kembang anak Indonesia. Didukung penuh oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
Mitra resmi kami:
kemenkesidaibkkbn
Unduh PrimaKu
playstoreappstore
© 2023 All rights reserved PRIMAKU, Indonesia
Cari kami di: