Cedera Kepala pada Anak di Rumah: Kapan ke Dokter?
Author:
Topik: bayi, Pra-sekolah, Sekolah
Cedera Kepala pada Anak di Rumah: Kapan ke Dokter?
Salah satu kejadian yang kerap menjadi penyebab anak dibawa ke praktek dokter adalah anak jatuh dan terbentur kepalanya. Kejadian ini dapat saja terjadi ketika bayi mulai belajar merangkak dan berjalan, namun dapat pula saat sudah lebih besar misalnya akibat terpeleset saat bermain. Benturan pada kepala dapat menyebabkan perlukaan di kulit kepala, maupun cedera di dalam kepala.
Adanya luka di kulit kepala dapat menyebabkan perdarahan yang cukup banyak, karena pembuluh darah di kulit kepala memang relatif lebih banyak dibandingkan kulit lainnya. Dalam situasi ini, sudah jelas anak perlu dibawa ke dokter atau rumah sakit untuk dibersihkan lukanya dan diberikan perawatan luka, selain dilakukan pemeriksaan terhadap kemungkinan cedera lebih berat. Adakalanya, diperlukan pula tindakan medis menjahit luka agar robekan dapat menutup dengan baik.
Nah, yang sering menjadi pertanyaan orang tua adalah kapan anak yang kepalanya terbentur –tetapi tidak ada perlukaan- perlu diperiksa ke dokter?
Anak usia di bawah 2 tahun
Anak usia di bawah 2 tahun, relatif sulit diperiksa dan memiliki risiko keretakan tulang lebih besar. Oleh karenanya, beberapa ahli menganjurkan untuk mempertimbangkan melakukan CT scan kepala untuk memastikan ada tidaknya hal yang berbahaya seperti misalnya perdarahan dalam kepala. Lantas apakah semua anak yang kepalanya terbentur perlu dilakukan pemeriksaan CT Scan? Di sini perlu dipertimbangkan besar kecilnya risiko yang ada.
Risiko cedera kepala dapat dianggap rendah bila jatuhnya tidak tinggi, tidak ada gejala gangguan saraf setelahnya, dan dalam observasi dua jam setelahnya tidak ada kelainan. Risiko sedang bila kepala terbentur keras, mual dan muntah berulang (3-4 kali), terjadi gangguan kesadaran kurang dari 1 menit, anak jadi rewel atau lemas, adanya benjolan besar.
Risiko cedera dianggap tinggi bila didapatkan penurunan kesadaran, anak gelisah, ada gejala kelainan saraf, didapatkan tulang yang tampak masuk ke dalam, kejang, didapatkan garis retak atau patah tulang pada kepala, ubun-ubun membonjol, muntah lebih dari 5 kali atau lebih dari 6 jam, dan hilang kesadaran lebih dari 1 menit.
Cedera kepala risiko rendah umumnya tidak perlu pemeriksaan CT scan, namun untuk risiko cedera sedang dan tinggi, dianjurkan untuk diperiksa dengan CT scan. Tentunya ini pun dengan evaluasi dari dokter terlebih dahulu. Bila didapatkan hematom/benjolan di kepala sangat dianjurkan untuk dilakukan CT Scan kepala tanpa kontras.
Anak usia di atas 2 tahun
Anak usia ini juga masih sulit diperiksa, sehingga perlu observasi untuk memastikannya. Observasi dapat dilakukan di RS atau di rumah selama ada orang yang mampu melakukannya. Observasi terutama dalam 24 jam pertama, dengan pemantauan tingkat kesadaran, kejang, kelumpuhan, sakit kepala, dan muntah berulang. Pemeriksaan CT scan kepala dianjurkan bila didapatkan anak terkesan tidak sadar penuh, ada perubahan sikap, atau kecurigaan patah atau retak pada tulang.
Nasehat untuk orang tua
Pada dasarnya cedera kepala ringan tanpa gangguan kesadaran tidak perlu dirawat di rumah sakit. Namun anak perlu dipantau selama di rumah, dan tidak diberikan obat anti muntah karena dapat mengaburkan gejala. Pemantauan dapat dilakukan hingga 48 jam, dan anak harus dibawa ke RS bila didapatkan :
- anak tampak tidur terus atau tidak sadar
- anak tampak seperti bingung atau gelisah
- kejang
- mengeluh sakit kepala yang bertambah berat
- muntah berulang
- keluar darah dari telinga atau hidung
- ubun-ubun tampak membonjol.
Penulis : Dr.Martinus M. Leman, Sp.A, DTM&H
Ikatan Dokter Anak Indonesia
Catatan:
Tulisan bersumber utama dari makalah DR.dr.Irawan Mangunatmadja,Sp.A(K) berjudul “Traumatic Brain Injury” dalam “ Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak LXVIII -2015 -Current Evidences in Pediatric Emergencies Management”