
Mengapa anak saya sakit jantung?
28 Jan 2018

Author: Dhia Priyanka
13 Des 2025
Topik: Article, 0-6 Bulan, Parenthood, Pneumonia
Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi yang menyerang saluran napas bawah yang menjadi penyebab kematian utama pada anak [1]. Sayangnya, banyak orang tua yang masih belum mengenal gejala pneumonia, sehingga penanganannya kerap terlambat dan membahayakan nyawa anak. Nah, agar pneumonia cepat terdeteksi, sebaiknya kenali gejala dan cegah risiko beratnya untuk menghindari dampak yang lebih serius.
Mengapa Pneumonia sering Terlambat Terdeteksi?
Pneumonia adalah infeksi akut pada paru-paru. Penyebabnya tidak tunggal; pneumonia bisa disebabkan oleh bakteri, virus, atau jamur atau kombinasi dari ketiganya, yang terhirup oleh anak. Ketika anak terinfeksi, paru-parunya mengalami peradangan yang menyebabkannya terisi cairan atau nanah yang akan menghambat pertukaran udara di dalam paru-paru. Terganggunya pertukaran udara ini membuat anak sesak napas. Anak dengan sistem imun belum matang, seperti bayi baru lahir atau bayi prematur, serta anak dengan imunitas rendah akibat malnutrisi atau penyakit seperti HIV, memiliki risiko lebih tinggi mengalami pneumonia. [2]
Nah, karena pneumonia sebenarnya adalah komplikasi berat dari infeksi saluran pernapasan atas, maka gejala awalnya tentu mirip flu, yaitu demam, batuk, dan kadang-kadang sesak napas. Yang sulit dibedakan adalah, kapan ‘flu biasa’ ini telah berubah menjadi pneumonia [3].
Sebenarnya, MomDad dapat mengenali gejala pneumonia dengan memantau tarikan napas. Frekuensi napas yang sangat cepat atau tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam ketika bernapas menunjukkan bahwa tubuh sedang berusaha keras memasukkan udara. Pada anak sehat, dada justru akan mengembang saat menarik napas. [2]
Cara menghitung napas anak dapat dilakukan dengan meletakkan tangan MomDad atau pengasuh pada dada anak dan menghitung gerak napas anak selama 1 menit. Napas anak dikatakan cepat apabila [4]:
Bila frekuensi napas anak lebih cepat daripada batasan yang disebutkan di atas, apalagi bila disertai dengan tarikan dinding dada ke dalam saat menghirup napas, MomDad perlu khawatir terhadap kemungkinan anak menderita pneumonia. Pada keadaan yang lebih berat dapat pula dijumpai gejala kepala seperti mengangguk-angguk ketika bernapas dan/atau kebiruan pada bibir yang bisa disertai dengan menolak menyusu atau muntah serta penurunan kesadaran. [5]
Tanda pneumonia yang Harus Orang Tua Kenali
Beberapa gejala pneumonia yang harus MomDad kenali, antara lain [2,5]:
Deteksi dini pneumonia pada anak sangat penting untuk dapat segera memulai manajemen penyakit sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi yang lebih serius.
Peran Vaksinasi
Vaksin berisi bagian kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan, sehingga tidak bisa menyebabkan penyakit. Bagian kecil ini disebut antigen, dan fungsinya adalah memicu tubuh untuk membentuk kekebalan.
Ada juga vaksin yang memakai kuman utuh, tetapi sudah dilemahkan sehingga tetap aman. Sementara vaksin yang lebih baru tidak membawa antigennya langsung, tetapi membawa “cetakan” atau “blueprint” berupa DNA atau RNA supaya tubuh kita bisa membuat antigen sendiri.
Walaupun bentuknya berbeda-beda, semuanya bekerja dengan cara yang sama: mereka tidak menyebabkan penyakit, tapi mengajarkan sistem imun kita untuk mengenali dan melawan kuman asli bila suatu saat masuk ke tubuh [6].
Pneumonia pada anak paling sering disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae. Bakteri ini memiliki banyak varian yang disebut serotipe, dan masing-masing serotipe dapat menimbulkan tingkat keparahan penyakit yang berbeda. Keberagaman serotipe inilah yang membuat perlindungan terhadap pneumonia tidak bisa hanya bergantung pada satu jenis antibodi saja [7].
Dalam upaya pencegahan, vaksin pneumokokus dikembangkan untuk melindungi anak dari berbagai serotipe Streptococcus pneumoniae. Seiring perkembangan teknologi, vaksin pneumonia generasi terbaru kini hadir dengan cakupan serotipe yang lebih luas dibandingkan vaksin sebelumnya. Hal ini memungkinkan perlindungan yang lebih optimal, karena semakin banyak jenis bakteri penyebab pneumonia yang dapat dicegah sebelum menimbulkan infeksi serius [7].
Perluasan cakupan ini menjadi langkah penting dalam menurunkan angka kejadian pneumonia berat, terutama pada bayi dan balita yang merupakan kelompok paling rentan. Dengan vaksinasi yang tepat, risiko komplikasi dapat berkurang dan anak memiliki peluang lebih besar untuk tetap sehat [8].
Dosis dan Jadwal Vaksinasi
Untuk bayi usia 2–6 bulan, saat ini Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan 4 dosis vaksin pneumokokus. Pemberiannya terdiri dari 3 dosis primer dan 1 dosis booster. Kenapa harus 4 dosis? Sebab, setiap dosis meningkatkan respons kekebalan tubuh, meningkatkan kuantitas dan kualitas antibodi [9]. Pada fase dosis primer, bayi menerima tiga dosis PCV yang diberikan dengan jarak antar dosis ideal sekitar 8 minggu, dengan interval dosis minimal 4 minggu [10]. Sementara dosis booster memastikan perlindungan jangka panjang dengan mengaktifkan kembali memori kekebalan tubuh, yang dapat berkurang seiring waktu. Dengan memori respon imun yang kuat, walaupun level antibodi menurun sistem imun tetap memiliki memori terhadap patogen. [11]
Jika bayi mendapatkan dosis pertama pada usia ≤6 bulan, maka ia harus menyelesaikan 3 dosis primer tersebut sesuai interval yang dianjurkan. Setelah itu, dosis booster atau dosis keempat diberikan pada usia 12–15 bulan, dengan syarat jarak minimal 8 minggu dari dosis ketiga.
Anak usia 24–71 bulan yang belum divaksinasi perlu mendapatkan dua dosis PCV. Jarak antar kedua dosis tersebut dianjurkan minimal 8 minggu agar respons kekebalan tubuh terbentuk dengan optimal. [6]
Anak dengan riwayat pneumonia berulang sangat dianjurkan untuk melengkapi seri vaksinasi ini [12].
Semakin cepat MomDad mengenali gejala pneumonia, semakin cepat pula si Kecil bisa mendapatkan perawatan yang tepat dan terhindar dari komplikasi yang lebih serius. Namun, langkah paling penting adalah pencegahan, salah satunya melalui vaksinasi. Mencegah pneumonia dengan vaksinasi jauh lebih efektif dan ekonomis dibandingkan mengobatinya. Melalui imunisasi lengkap, nutrisi yang baik, lingkungan rumah yang bersih, dan kebiasaan hidup sehat, risiko pneumonia berat dapat ditekan secara signifikan. Dengan kewaspadaan dan melakukan pencegahan yang konsisten, MomDad dapat memberikan perlindungan terbaik agar si Kecil tumbuh sehat dan terhindar dari penyakit yang sebenarnya dapat dicegah.
Referensi:
Artikel ini telah divalidasi oleh Prof.dr. Madarina Julia, M.P.H., Ph.D., Sp.A (K), Subsp.End.
