Meta PixelCiri Anak Stunting yang Sering Dianggap Normal<!-- --> | Articles | <!-- -->PrimaKu - Pelopor Aplikasi Tumbuh Kembang Anak di Indonesia

Ciri Anak Stunting yang Sering Dianggap Normal

Author: Tim PrimaKu / dr. Dini Mirasanti, Sp.A

9 Jun 2025

Topik: Stunting, Tumbuh Kembang, Gizi Kurang

Masa awal kehidupan anak adalah periode emas yang menentukan masa depan tumbuh kembangnya. Namun, banyak orang tua yang tanpa sadar melewatkan tanda-tanda awal gangguan pertumbuhan karena terlihat “baik-baik saja”. Salah satu kondisi yang sering luput dari perhatian adalah stunting. Meski prevalensinya masih tinggi di berbagai negara, termasuk Indonesia, stunting kerap tidak disadari sejak dini karena gejalanya berkembang perlahan dan sering dianggap sebagai variasi pertumbuhan yang wajar.


Kenali Ciri Anak Stunting yang Kerap Dianggap Biasa

Stunting adalah kondisi ketika anak mengalami kekurangan gizi kronis yang menyebabkan tinggi badannya lebih rendah dari standar usianya. Penyebabnya bisa bermula sejak dalam kandungan hingga usia dua tahun. Dalam banyak kasus, orang tua tidak menyadari bahwa anaknya mengalami stunting karena tampak aktif dan tidak menunjukkan gejala yang mencolok secara fisik. Padahal, ada beberapa tanda stunting yang sering disalahartikan sebagai hal normal, seperti:

  • Tinggi badan tidak sesuai usianya: Anak terlihat lebih pendek dibandingkan teman sebaya, namun sering dianggap karena faktor keturunan. Padahal, menurut World Health Organization (WHO), pertumbuhan yang tidak sesuai standar harus dievaluasi lebih lanjut.
  • Pertumbuhan lambat sejak bayi: Anak mengalami peningkatan berat dan panjang badan yang sangat lambat, tapi sering kali dianggap “genetik” atau “nanti juga naik sendiri”.
  • Kemampuan belajar dan bicara terlambat: Anak stunting bisa mengalami hambatan perkembangan kognitif dan bahasa, namun gejala ini kerap tidak dikaitkan dengan masalah gizi.
  • Sering sakit: Anak yang stunting memiliki sistem imun yang lebih lemah, sehingga mudah terserang infeksi. Hal ini sering dianggap sebagai daya tahan tubuh yang “belum kuat karena masih kecil”.
  • Wajah terlihat lebih muda dari usia sebenarnya: Tampilan fisik ini sering dianggap sebagai “imut” atau “awet muda”, padahal bisa jadi tanda pertumbuhan yang tertinggal.

Studi dari The Lancet Child & Adolescent Health menyatakan bahwa stunting memiliki dampak jangka panjang terhadap kecerdasan, prestasi akademik, dan produktivitas ekonomi anak di masa depan. Bahkan menurut UNICEF, anak yang stunting memiliki risiko lebih besar mengalami kesulitan dalam menyerap pelajaran di sekolah dan berpenghasilan rendah saat dewasa.


Deteksi Dini adalah Kunci

MomDad perlu memahami bahwa stunting bukan hanya soal tinggi badan anak, tetapi juga mencerminkan kualitas pertumbuhan secara keseluruhan, termasuk perkembangan otak dan fungsi organ tubuh. Oleh karena itu, penting untuk melakukan pemantauan pertumbuhan secara rutin, terutama di 1000 hari pertama kehidupan anak. Pemeriksaan berkala ke tenaga kesehatan, pengukuran tinggi dan berat badan sesuai kurva pertumbuhan WHO, serta pemberian gizi seimbang yang tepat dapat mencegah stunting sejak dini.

Dengan meningkatkan kesadaran tentang ciri-ciri stunting yang sering dianggap biasa, diharapkan orang tua dapat mengambil langkah lebih cepat untuk memastikan anak tumbuh optimal sesuai potensinya. Karena setiap sentimeter tinggi badan anak yang tercapai adalah hasil dari upaya pencegahan yang tepat dan penuh cinta dari orang tua.


Referensi:

  • World Health Organization (WHO). (2023). Stunting – what it is and what it means.
  • The Lancet Child & Adolescent Health. (2017). Early childhood undernutrition, education, and work outcomes. https://www.thelancet.com/journals/lanpub/article/PIIS2468-2667(17)30154-8/fulltext
  • UNICEF. (2022). Stunting: A silent emergency.
  • Dewey, K. G., & Begum, K. (2011). Long-term consequences of stunting in early life. Maternal & Child Nutrition.