Kulit Anak Bengkak setelah Imunisasi, Normalkah?
Author: Dhia Priyanka
Editor: dr. Lucyana Alim Santoso Sp.A
Topik: KIPI, Vaksinasi, Imunisasi
Terdapat berbagai macam reaksi setelah anak diimunisasi. Mulai dari yang paling umum, demam hingga terjadi pembengkakkan pada kulit. Kulit anak yang bengkak setelah imunisasi mungkin membuat MomDad khawatir, khususnya jika tidak ditangani secara tepat. Sebenarnya, normal gak sih kulit anak bengkak setelah imunisasi dan bagaimana penanganannya?
Reaksi KIPI yang Normal
Vaksin apa pun dapat menimbulkan reaksi merugikan, yang diklasifikasikan sebagai lokal, sistemik, atau alergi. Reaksi lokal (misalnya bengkak, nyeri, kemerahan) biasanya merupakan reaksi yang paling ringan dan paling umum terjadi. Reaksi sistemik (misalnya demam, gelisah, kehilangan nafsu makan) lebih jarang terjadi dibandingkan reaksi lokal, dan reaksi alergi parah (misalnya anafilaksis) adalah jenis reaksi yang paling jarang terjadi [1].
Salam sebuah studi [2] campuran tahun 2015 tentang KIPI dengan vaksin pentavalen pada anak usia <1 tahun, melaporkan timbulnya pembengkakan, kemerahan, nyeri, demam ringan, demam tinggi, mengantuk, kehilangan kesadaran, nafsu makan, lekas marah, muntah, dan menangis terus-menerus. Nyeri adalah reaksi yang paling umum, diikuti oleh sifat lekas marah. Sementara dalam studi cross-sectional [3] pada tahun 2013-2015 yang membandingkan efek samping vaksin pentavalen dan DPT pada bayi sehat berusia 2-6 bulan, menemukan bahwa vaksin pentavalen memiliki catatan KIPI yang lebih banyak dibandingkan vaksin DPT. Demam tinggi merupakan reaksi paling banyak terjadi pada vaksin DPT, sedangkan reaksi lokal ringan paling banyak terjadi pada vaksin pentavalen.
Tips Menghilangkan Bengkak setelah Imunisasi
Ada beberapa cara yang bisa MomDad lakukan untuk menghilangkan bengkak pada si Kecil, seperti berikut ini:
- Kompres dingin
Cara yang paling mudah dilakukan untuk mengurangi bengkak pasca imunisasi adalah dengan mengompres dingin pada bengkak. Kompres dingin bisa meminimalisir peradangan dan kerusakan pembuluh darah penyebab kemerahan. MomDad bisa mengompres dengan kain kasa yang dicelupkan ke air dingin. Sebaiknya tidak lebih dari 20 menit, ya.
- Memberikan obat pereda nyeri
Jika setelah dikompres si Kecil masih rewel dan merasa tidak nyaman, coba untuk memberikan obat pereda nyeri. Namun, obat yang diberikan pastikan sudah sesuai dengan anjuran dokter, ya.
- Memberikan lebih banyak asupan cairan
Bengkak pada imunisasi bisa saja disertai demam. Walaupun itu merupakan hal yang umum terjadi, tapi sebaiknya MomDad memberikan lebih banyak asupan cairan agar si Kecil tidak semakin dehidrasi. Dehidrasi bisa menyebabkan suhu tubuh bayi meningkat, untuk perlu memberi asupan cairan yang cukup. Jika bayi sudah bisa minum air putih maka MomDad bisa memberikannya. Namun, jika bayi masih bergantung pada ASI, maka memberi ASI pun tidak masalah. Selain itu, jus buah atau kuah dalam MPASI bayi juga bisa membantu menambah asupan cairan dalam tubuhnya.
Secara keseluruhan, pembengkakan ringan setelah imunisasi adalah bagian dari respons tubuh yang normal terhadap vaksin. Namun, penting untuk memantau kondisi anak dan menghubungi dokter jika ada gejala yang mengkhawatirkan.
Selalu pantau jadwal imunisasi anak dan lakukan Booking Vaksin di PrimaKu untuk dapatkan berbagai diskon di setiap transaksi. MomDad juga bisa konsultasi dengan Dokmin melalui WhatsApp di nomor 0877-8688-881 sebelum melakukan vaksinasi.
Referensi:
- Update: vaccine side effects, adverse reactions, contraindications, and precautions. Recommendations of the Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP) MMWR Recomm Rep. 1996;45(RR-12):1–35.
- Karami M, Ameri P, Bathaei J, Berangi Z, Pashaei T, Zahiri A, et al. Adverse events following immunization with pentavalent vaccine: experiences of newly introduced vaccine in Iran. BMC Immunol. 2017;18(1):42.
- Khazaei Z, Moradi G, Zahraei SM, Gouya MM, Goodarzi E, Yaghini F, et al. The comparison of the adverse events of pentavalent vaccine and DPT vaccine in 2–6 months infants in Iran: a national study. Ann Glob Health. 2020;86(1):11.